MUTIARA SHAHIH AL-BUKHARI
Kitabul Fitan : Berlindung Dari Fitnah
Hadis No. 7048
7048 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ السَّرِيِّ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ عُمَرَ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ : قَالَتْ أَسْمَاءُ : عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ : أَنَا عَلَى حَوْضِيْ أَنْتَظِرُ مَنْ يَرِدُ عَلَيَّ، فَيُؤْخَذُ بِنَاسٍ مِنْ دُونِيْ، فَأَقُولُ : أُمَّتِيْ. فَيُقَالُ : لَا تَدْرِيْ، مَشَوْا عَلَى الْقَهْقَرَى. قَالَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ : اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ أَنْ نَرْجِعَ عَلَى أَعْقَابِنَا أَوْ نُفْتَنَ.
(Imam al-Bukhari berkata) Telah menerangkan kepada kami, Ali bin Abdullah , telah menerangkan kepada kami, Bisyr bin al-Sariy, telah menerangkan kepada kami, Nafi’ bin Umar, dari Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata, Asma’ berkata, dari Nabi saw, beliau bersabda,
“Aku berada di telagaku, menunggu orang-orang yang datang kepadaku, lalu diambil beberapa orang dari sampingku, maka aku berkata, ‘Umatku’. Maka ada yang mengatakan, ‘Engkau tidak tahu, mereka telah berjalan mundur ke belakang.’ Ibnu Abi Mulaikah berkata, “Ya Allah, sungguh kami berlindung kepada-Mu untuk kembali ke belakang kami atau tertimpa fitnah.”(HR. al-Bukhari, No. 7048, diriwayatkan pula No. 6593, Muslim No. 2292)
MUTIARA HADIS :
1. Keterangan rawi : Ali bin Abdillah bin al-Madini. Bisyr bin al-Sari al-Basri, laqabnya al-afwah (mulut), tsiqah, pemilik berbagai nasihat, namun dalam shahih al-Bukhari hanya terdapat dalam hadis ini. Nafi’ bin Umar bin Abdullah al-Qurasy al-Makki. Ibnu Abi Mulaikah, Namanya Abdullah, dan nama Abu Mulaikah adalah Zuhair, dan Abdullah adalah qadhi di Makkah pada masa Khalifah Abdullah bin al-Zubair. Asma binti Abu Bakar al-Shiddiq.
2.
Fitnah ada dua : fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Fitnah syubhat adalah fitnah yang memalingkan seseorang, ia seakan-akan memiliki ilmu, padahal terkena fitnah, sehingga ia mencampuradukkan haq dengan kebatilan. Fitnah syahwat adalah hawa nafsu, ia memiliki ilmu namun perilakunya menyalahi ilmunya. Kadang-kadang fitnah terjadi perbuatan, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian umat islam yang memerangi kaum muslimin, karena mereka memerangi disebabkan samanya haq dengan kebatilan menurutnya, dan diantara mereka ada memerangi disebabkan membela tokoh dan penguasa, yang pertama memerangi karena syubhat, dan yang kedua memerangi karena syahwat. Intinya, semua fitnah kembali kepada dua fitnah ini, fitnah syubhat dan fitnah syahwat.
4.
Hadis ini disimpan oleh al-Bukhari dalam Bab Takutlah kepada fitnah dan bukan hanya menimpa orang zhalim (Al-Anfal : 25) dan dari fitnah yang diperingatkan oleh Nabi saw. Dan fitnah yang diperingatkan nabi saw., Beliau mengisyaratkan kandungan hadis dalam bab ini berupa ancaman bagi orang yang merubah dan mengada-ada dalam urusan agama, karena fitnah umumnya timbul dari perbuatan tersebut.
5. “Umatku” dalam riwayat lain “sahabatku”, maksudnya adalah adalah umatnya yang datang setelahnya, namun apabila yang dimaksud adalah sahabat yang sezaman dnegan beliau, maka maksudnya adalah orang-orang arab yang murtad dan tidak ada iman dalam hati mereka dan mereka yang diperangi oleh Abu Bakar al-Shiddiq. (Minhat al-Malik al-Jalil, 13/10)
6. Al-qahqara adalah kembali ke belakang. Menurut al-Azhari, “Makna hadis ini adalah murtad dari keadaan sebelumnya.” Menurut al-Rojihi, “Maknanya murtad dari agama dan menyelisihi jalar para sahabat.”
7.
Ibnu Abi Mulaikah berkata, “Ya Allah, sungguh kami berlindung kepada-Mu untuk kembali ke belakang kami atau tertimpa fitnah.” Ibnu Abu Mulaikah adalah Rawi Tabi’in. ini menunjukkan disyariatkannya berdoa dan tunduk kepada Allah dengan memohon keselamatan dari fitnah.
8. Pernyataan Ibnu Abi Mulaikah diriwayatkan secara Maushul, lengkapnya sebagai berikut, "Luas telagaku sejauh sebulan perjalanan. Setiap sisinya sama panjangnya. Airnya lebih putih dari perak, Baunya lebih harum dari kesturi. Gemerlapan cahayanya bagaikan sinar bintang di langit. Siapa yang minum dari telaga itu tidak akan haus selama-lamanya sesudah itu." (HR. Muslim No. 2292)
9. Kembali ke belakang kami atau tertimpa fitnah dari agama kami, adalah kinayah dari menyalahinya perintah, yang fitnah menjadi sebabnya, maka berlindunglah dari keduanya bersamaan. (Fath al-Bari 11/476)
10. Kalau kita ingin menjadi umat Nabi saw yang sejati, tidak menyesal pada pertemuan di telaga nanti, maka harus dibuktikan dengan mengikuti nabi saw, menjaga agamanya dari perubahan (menambah atau mengurangi), dan jangan sekali-kali keluar dari islam (murtad).
11.
Cinta nabi yang sesungguhnya adalah mengikuti dan menghidupkan sunnahnya.
Wallahu a’lam bi al-shawwab.
Lembang, 10 November 2021
Ahmad Wandi, Awalofficial.com
Maraji’ :
1. Fath al-Bari Bi Syarah Shahih al-Bukhari, Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Dar Thayyibah, Cetakan ke-1, 2005/1426.
2. Umdat al-qari syarah shahih al-Bukhari, Badruddin al-Aini, Dar Ihya al-Turat al-Arabi, Beyrut.
3. Irsyad al-Syari Li Syarh Shahih al-Bukhari, Syihabuddin al-Qasthalani, Mathba’ah al-Kubra al-Amiriyah, Mesir. Cetakan ke-7, 1323 H.
4. Syarah Shahih al-Bukhari, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, al-Maktabah al-islamiyah, Kairo. Cetakan ke-1, 2008/1428.
=========
Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar