4 SYARIAT SEPUTAR GERHANA - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Kamis, 30 Maret 2023

4 SYARIAT SEPUTAR GERHANA

 

4 SYARIAT SEPUTAR GERHANA
4 SYARIAT SEPUTAR GERHANA (GAMBAR: PIXABAY)


Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandi.blogspot.com)

 

Gerhana adalah fenomena alam yang secara sunnatullah akan terjadi, baik gerhana matahari ataupun gerhana bulan. Peristiwa gerhana ini sudah rutin terjadi, ada yang setahun sekali, lima tahun sekali, dan seterusnya. Apabila betul-betul merenungkannya, betapa menakjubkannya kekuasaan Allah swt yang Maha Kuasa.

 

Ketika terjadi gerhana terdapat beberapa syariat yang diajarkan di dalam Islam. Ini berupa panduan dan petunjuk bagi umat Islam, bahwa ketiak terjadi gerhana sudah pedomannya berupa syariat yang harus dilakukan. Tentu saja syariat tersebut berupa ibadah-ibadah yang disyariatkan dan akan bernilai pahala di sisi Allah swt.

 

Syariat tersebut untuk mengganti berbagai kepercayaan dan amalan yang tidak jelas sumbernya, baik di masyarakat ataupun dalam agama dan kepercayaan tertentu.

 

Baca pula : 4 PESAN NABI SAW SAAT TERJADI GERHANA

 

 

Apa saja yang disyariatkan ketika terjadi gerhana? Berikut uraiannya:

 

1.   BERTAKBIR, BERDZIKIR, BERDO’A, BERSITIGHFAR

 

Syariat gerhana yang pertama adalah bertakbir, berdzikir, berdo’a, dan beristighfar. Kita harus membaca dzikir-dzikir tersebut, karena gerhana yang terjadi ini adalah tanda kekuasaan Allah swt (ayat kauniyah), agar kita semua merasa takut (takhwifa).

 

Rasulullah saw bersabda,

 

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا (ح ر البخاري)

 

"Sesungguhnya matahari dann Bulan adalah dua tanda kekuasan Allah. Tidak terjadi gerhan karena kematian seseorang atau lahirnya. Apabila kalian melihat gerhana berdo'alah kepada Allah, berkbir, shalat, dan bershadaqah. (HR. Bukhari)

 

“Sesungguhnya matahari dan bulan itu diantara tanda-tanda kekuasaan Allah keduanya tidak gerhana karena mati dan hidupnya seseorang, maka apabila kalian melihatnya hendaklah bertakbir, berdu’a, shalat, dan bershodaqoh.” (HR. Muslim)

 

Dari Abi Musa, berkata : “Telah terjadi gerhana matahari lalu Nabi  saw berdiri dengan terkejut, takut terjadi qiyamat, kemudian datang ke mesjid …..maka apabila kalian melihat sesuatu dari itu (gerhana), maka segeralah berdzikir, berdu’a, dan istighfar (memohon ampunan).” (HR. Al Bukhary).

 

2.  SHALAT GERHANA

 

Syariat gerhana yang kedua adalah shalat gerhana. Shalat gerhana pada dasarnya sama dengan shalat yang lainnya, kecuali ada kekhususan yang diterangkan langsung oleh Rasulullah saw. Berikut rinciannya:

 

Pertama, Dua rakaat, empat kali ruku.

 

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ مُنَادِيًا: الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِيْ رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ.  رواه البخاري

 

Dari Siti Aisyah (Semoga Allah meridlai kepadanya), ia berkata, “Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah saw. Beliau mengutus seorang munadi (penyeru) mengumandangkan : As-Shalatu Jami’ah. Kemudian beliau shalat empat kali ruku pada dua rakaat dan empat kali sujud.” (HR. Al-Bukhari 2/38).

 

Kedua, Bacaannya dijaharkan.

 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَهَرَ فِيْ صَلَاةِ الْخُسُوْفِ بِقِرَاءَتِهِ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِيْ رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجْدَاتٍ. أخرجاه

 

Dari Siti Aisyah (Semoga Allah meridlai kepadanya), “Bahwa Nabi  saw mengeraskan bacaannya dalam shalat gerhana. Beliau shalat dua rakaat dengan empat kali ruku dan empat kali sujud. (HR. Al-Bukhari Dan Muslim, Nail al-Authar 4/21)

 

 

Ketiga, Bacaan al-fatihah dan suratnya 4 kali.

 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى بِالنَّاسِ فَأَطَالَ الْقِرَاءَةَ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَأَطَالَ الْقِرَاءَةَ وَهِيَ دُونَ قِرَاءَتِهِ الْأُولَى ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ دُونَ رُكُوعِهِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ قَامَ فَصَنَعَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ ذَلِكَ ... البخاري

 

Dari Siti Aisyah (Semoga Allah meridlai kepadanya) berkata, “Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah saw. Lalu Nabi  saw berdiri shalat mengImami orang-orang (para sahabat), beliau membaca surat yang panjang, lalu ruku (dengan) lama, kemudian bangkit dari ruku, lalu beliau membaca surat yang panjang, namun dibawah panjangnya yang pertama, kemudian beliau ruku dengan lama, namun di bawah lamanya yang pertama, kemudian bangkit dari ruku, baru setelah itu beliau sujud dua kali. Kemudian berdiri lagi, lalu beliau melakukan pada rakaat yang kedua (ini) sama seperti itu juga ….” (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari 2/36 no. 1058).

 

Keempat, Dilakukan secara berjama’ah.

 

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله تَعَالىَ عَنْهَا قَالَتْ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِيْ حَيَاةِ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَقَامَ فَكَبَّرَ وَصَفَّ النَّاسُ. وراءه ...متفق عليه

 

Dari Siti Aisyah (Semoga Allah meridlai kepadanya), ia berkata, “Telah terjadi gerhana matahari pada masa hidup Rasulullah saw, beliau lalu pergi ke mesjid, kemudian berdiri, lalu takbir. Dan orang-orang ber-shaf di belakang beliau …” (HR. Mutafaq Alaih, Nail al-Authar 4/13).

 

Kelima, Tidak ada azan dan iqamah.

 

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ خَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ مُنَادِيًا. الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ فَقَامَ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِيْ رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجْدَاتٍ. 

 

Dari Siti Aisyah (Semoga Allah meridlai kepadanya), ia berkata, “Telah terjadi gerhana pada zaman Rasulullah saw. Beliau lalu mengutus seorang penyeru mengumandangkan : As-Shalatu Jami’ah. Beliau lalu berdiri dan shalat empat kali ruku dan empat kali sujud dalam dua rakaat.” (HR. Mutafaq Alaih, Nail al-Authar 4/13).

 

Baca Pula : Tata Cara Shalat Gerhana

 

 

3.  KHUTBAH

 

Syariat gerhana yang ketiga adalah khutbah. Maksudnya setelah selesai shalat dilanjutkan oleh khutbah satu kali. Perhatikan hadis berikut.

 

عَنِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ انْخَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا نَحْوًا مِنْ قِرَاءَةِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدِ اْنجَلَتْ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ.

 

Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw, lalu beliau shalat (kusuf), yaitu beliau berdiri dengan sangat lama, sekitar (lamanya) membaca surat al-Baqarah, kemudian beliau ruku dengan panjang, kemudian beliau bangkit, kemudian berdiri lagi dengan panjang, tetapi tidak sepanjang berdirinya yang pertama, kemudian beliau ruku dengan panjang, tetapi tidak sepanjang rukunya yang pertama, kemudian beliau bangkit, kemudian sujud, kemudian beliau berdiri lagi dengan panjang, tetapi tidak sepanjang berdirinya yang pertama, kemudian ia bangkit, lalu berdiri dengan panjang, tetapi tidak sepanjang yang pertama, kemudian ia ruku dengan panjang, tetapi tidak sepanjang ruku yang pertama, kemudian sujud, kemudian salam, dan matahari-pun menjadi terang, lalu ia berkhutbah di hadapan orang-orang. (Mutafaq alaih, dan lafadz kepunyaan Imam al-Bukhari)

 

4.  SHADAQAH

 

Syariat gerhana yang keempat adalah shadaqah. Yaitu mengeluarkan harta untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Shadaqah dalam peristiwa gerhana ini sangat diperhatikan oleh Nabi  saw, sampai beliau memerintahkan untuk memerdekakan hamba sahaya yang harganya sangat mahal.

 

Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya matahari dan bulan itu diantara tanda-tanda kekuasaan Allah keduanya tidak gerhana karena mati dan hidupnya seseorang, maka apabila kalian melihatnya hendaklah bertakbir, berdu’a, shalat, dan bershodaqoh.” (HR. Muslim)

 

Dari Asma, ia berkata : “Sungguh Nabi  saw memerintahkan untuk memerdekakan hamba sahaya pada gerhana matahari.” (HR. al-Bukhari)

 

Demikian beberapa syariat seputar gerhana yang harus menjadi pedoman dan petunjuk ketika terjadi gerhana. Syariat ini perlu diperhatikan, karena di sebagaian kalangan masih dianggap aneh dan belum menjadi amalan. Mereka lebih percaya kepada kepercayaaan-kepercayaan yang tidak jelas sumbernya. Wallahu a’lam bi al-shawwab.

 

Baca pula: I’TIDAL DALAM SHALAT GERHANA

 

Kamis pagi, 09 Ramadhan 1444 H/ 30 Maret 2023 M

 

@ Ahmad Wandi Lembang

 

@ SDIT Istiqomah Lembang

 

Artikel ahmadwandilembang.com

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024 Artikel Terbaru Ke - 227 Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com) Pada hari Senin-Selasa,...