(12) MUTIARA HADIS RIYADUS SHALIHIN: PENTINGNYA IKHLAS DALAM BERAMAL - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Jumat, 10 Maret 2023

(12) MUTIARA HADIS RIYADUS SHALIHIN: PENTINGNYA IKHLAS DALAM BERAMAL

 

PENTINGNYA IKHLAS DALAM BERAMAL
MUTIARA HADIS RIYADUS SHALIHIN: PENTINGNYA IKHLAS DALAM BERAMAL

(12) MUTIARA HADIS RIYADUS SHALIHIN: PENTINGNYA IKHLAS DALAM BERAMAL

 

HADIS NO 12 PENTINGNYA IKHLAS DALAM BERAMAL

 

(12)- وعن أبي عبد الرحمان عبدِ الله بنِ عمرَ بن الخطابِ رضيَ اللهُ عنهما ، قَالَ : سمعتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - ، يقول : (( انطَلَقَ ثَلاثَةُ نَفَرٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى آوَاهُمُ المَبيتُ إِلى غَارٍ فَدَخلُوهُ، فانْحَدرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الغَارَ ، فَقالُوا : إِنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ مِنْ هذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أنْ تَدْعُوا اللهَ بصَالِحِ أعْمَالِكُمْ .

 

قَالَ رجلٌ مِنْهُمْ : اللَّهُمَّ كَانَ لِي أَبَوانِ شَيْخَانِ كبيرانِ ، وكُنْتُ لا أغْبِقُ قَبْلَهُمَا أهْلاً ولاَ مالاً ، فَنَأَى بِي طَلَب الشَّجَرِ يَوْماً فلم أَرِحْ عَلَيْهمَا حَتَّى نَامَا ، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُما نَائِمَينِ ، فَكَرِهْتُ أنْ أُوقِظَهُمَا وَأَنْ أغْبِقَ قَبْلَهُمَا أهْلاً أو مالاً ، فَلَبَثْتُ - والْقَدَحُ عَلَى يَدِي - أنتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُما حَتَّى بَرِقَ الفَجْرُ والصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَميَّ ، فاسْتَيْقَظَا فَشَرِبا غَبُوقَهُما . اللَّهُمَّ إنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابِتِغَاء وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هذِهِ الصَّخْرَةِ ، فانْفَرَجَتْ شَيْئاً لا يَسْتَطيعُونَ الخُروجَ مِنْهُ .

قَالَ الآخر : اللَّهُمَّ إنَّهُ كانَتْ لِيَ ابْنَةُ عَمّ ، كَانَتْ أَحَبَّ النّاسِ إليَّ - وفي رواية : كُنْتُ أُحِبُّها كأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرِّجَالُ النساءَ - فأَرَدْتُهَا عَلَى نَفْسِهَا فامْتَنَعَتْ منِّي حَتَّى أَلَمَّتْ بها سَنَةٌ مِنَ السِّنِينَ فَجَاءتْنِي فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمئةَ دينَارٍ عَلَى أنْ تُخَلِّيَ بَيْني وَبَيْنَ نَفْسِهَا فَفعَلَتْ ، حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا - وفي رواية : فَلَمَّا قَعَدْتُ بَينَ رِجْلَيْهَا ، قالتْ : اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَفُضَّ الخَاتَمَ إلاّ بِحَقِّهِ ، فَانصَرَفْتُ عَنْهَا وَهيَ أَحَبُّ النَّاسِ إليَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِي أعْطَيتُها . اللَّهُمَّ إنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابْتِغاءَ وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فيهِ ، فانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ ، غَيْرَ أَنَّهُمْ لا يَسْتَطِيعُونَ الخُرُوجَ مِنْهَا .

 

وَقَالَ الثَّالِثُ : اللَّهُمَّ اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ وأَعْطَيْتُهُمْ أجْرَهُمْ غيرَ رَجُل واحدٍ تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهبَ، فَثمَّرْتُ أجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنهُ الأمْوَالُ، فَجَاءنِي بَعدَ حِينٍ ، فَقالَ : يَا عبدَ اللهِ ، أَدِّ إِلَيَّ أجْرِي ، فَقُلْتُ : كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أجْرِكَ : مِنَ الإبلِ وَالبَقَرِ والْغَنَمِ والرَّقيقِ ، فقالَ : يَا عبدَ اللهِ ، لاَ تَسْتَهْزِىءْ بي ! فَقُلْتُ : لاَ أسْتَهْزِئ بِكَ ، فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فاسْتَاقَهُ فَلَمْ يتْرُكْ مِنهُ شَيئاً . الَّلهُمَّ إنْ كُنتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابِتِغَاءَ وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحنُ فِيهِ ، فانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ )) مُتَّفَقٌ عليهِ .

 

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin al-Khathab radiyallahu anhuma, dia berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Telah berangkat (bepergian) tiga orang dari golongan orang-orang sebelum kalian, sehingga mereka terpaksa untuk menginap di sebuah gua, kemudian mereka pun memasukinya. Maka runtuhlah sebuah batu besar dari gunung sehingga menutup pintu goa tersebut. Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kalian tidak dapat keluar dari perangkap batu ini kecuali kalian harus berdoa kepada Allah dengan perantara amal shalih kalian’. Maka salah seorang dari mereka berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang telah lanjut, aku tidak minum di sore hari, begitu juga aku tidak memberi minum keluarga dan budakku sebelum mereka berdua meminumnya. Pada suatu hari aku mencari kayu di tempat jauh sehingga aku tidak kembali kecuali keduanya telah tidur. Kemudian aku peraskan susu untuk minum keduanya namun ternyata keduanya telah tidur. Aku enggan membangunkan mereka berdua (khawatir mengganggu) dan aku tidak memberi minum keluargaku dan budakku sebelum keduanya minum. Maka aku berdiam diri -sedang gelas susu masih berada di tanganku- untuk menunggu keduanya bagun hingga waktu fajar sedang anak-anaku menangis di bawah kedua kakiku (karena lapar). Kemudian mereka bangun dan meminum susu tersebut. Ya Allah jika aku melakukan itu semua karena mengharap keridhan-Mu bukakanlah batu besar ini untuk kami.’ Maka batu tersebut bergeser sedikit namun mereka belum bisa keluar.

 

Orang yang kedua berkata, ‘Ya Allah sesungguhnya pamanku mempunyai anak perempuan. Dia orang yang paling aku cintai.’ Dalam riwayat lain disebutkan, ‘Aku begitu mencintainya sebagaimana seorang laki-laki begitu mencintai wanita’. ’Maka aku ingin berhubungan intim dengannya, namun dia menolaknya. Hingga datanglah musim paceklik, dia mendatangiku dan aku memberinya serratus dua puluh dinar uang dengan syarat dia haryus menyerahkan dirinya kepadaku, makai a pun menyetujuinya. Ketika aku ingin melakukannya.’ Dalam riwayat lain disebutkan, ‘Ketika aku duduk di antara kedua kakinya, dia berkata, ‘Takutlah kamu kepada Allah, jangan engkau robek cingcinku kecuali dengan cara yang benar’. ‘Maka aku tinggalkan dia, sedangkan dia adalah orang yang paling aku contain dan aku relakan emas yang telah aku berikan padanya. Ya Allah jika aku melakukan itu semua karena mengharap keridhaan-Mu maka bukakanlah batu besar itu untuk kami’. Maka batu tersebut bergeser sedikit namun mereka juga belum bisa keluar.

 

Orang yang ketiga berkata, ‘Ya Allah, aku mempekerjakan beberapa orang pekerja, semua aku beri upah kecuali satu orang. Dia tidak mengambil upahnya dan pergi. Maka aku kembangkan upahnya hingga menjadi banyak hartanya. Setelah beberapa lama dia mendatangikui dan berkata, ‘Wahai Abdullah, bayarlah upahku kepadaku’. Aku berkata, ‘Semua yang kamu lihat adalah dari upahmu, seperti unta, sapi kambing dan budak’. Aku menjawab, ‘Aku tidak mengejek kamu’. ‘Maka dia mengambil semua dan menggiringnya serta tidak meninggalkannya sedikit pun untukku. Ya Allah jika aku melakukan itu semua karena mengharap keridhaan-Mu, maka bukakanlah batu besar ini untuk kami.’ Maka batu tersebut bergeser sehingga mereka dapat keluar kemudian pergi.” (Muttafaq alaih)[1]

 

MUTIARA HADIS :

 


1.     Dianjurkan berdoa ketika mendapatkan kesulitan, dan kesulitan tersebut salah satu sebab diijabahnya doa.

 

2.   
Pentingnya ikhlas dalam beramal, sehingga amal tersebut menjadi amal shalih yang dapat dijadikan wasilah untuk mendapatkan solusi dari masalah.


 

3.    Disyariatkan tawasul kepada Allah dengan amal shalih, seperti tawasul dengan sifat dan asma Allah, sepeprti tawasul dengan do’a orang shalih. Adapun tawasul kepada para Nabi, para wali dan quburan mereka, setelah mereka wafat, tidak ada dasarnya dan termasuk bid’ah dhalalah.

 

4.    Datanglah kepada Allah pada waktu tenang, niscaya Allah akan datang kepadamu pada waktu susah.

 

5.   
Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua bisa menghilangkan kesulitan disebabkan keduanya.


 

6.    Anjuran untuk hidup sederhana dan menjaga diri dari sesuatu yang haram.

 

7.   
Meninggalkan maksiat dengan menghapus yang terdahulu, karena taubat wajib dari yang sebelumnya.


 

8.    Keutamaan janji yang baik, menunaikan amanat dan toleran dalam muamalah.

 

9.    Adanya kemuliaan orang para wali Allah yang shalih, mereka orang yang beriman dan bertaqwa.

 

10.  Allah tidak akan menyia-nyiakn pahala orang yang paling baik amalnya.

 

11.   Hadis ini menjadi isyarat bahwa ikhlas kunci kesuksesan dan meliputi semua aspek kehidupan, tidak akan berhasil dari kesusahan dunia dan akhirat, kecuali orang-orang yang ikhlas. Wallahu a’alm bi al-shawwab

 

Referensi pokok :


1.   Nuzhat al-Muttaqin Syarah Riyad al-Shalihin, Dr Mustafa Said al-Khin, dkk, Muasasah al-Risalah, Cetakan ke-14, 1407 H/ 1987 M.

2.  Bahzat al-Nazirin Syarah Riyad al-Shalihin, Abu Usamah Salim bin Ied al-Hilali, Dar Ibn al-Jauzi, tt.

3.  Shahih Riyad al-Shalihin, Abu Usamah Salim bin Ied al-Hilali, Muasasah Ghiras, Cetakan pertama, 1423 H/ 2002 M.

4.  Syarah Riyad al-Shalihin, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Tahqiq Ahmad Abdurrazaq al-Bakri, Dar al-Salam, Cetakan pertama, 1423 H/ 2002 M.

5.  Tathriz Riyad al-Shalihin, Faishal Abdul Aziz Alu Mubarak, tahqiq Dr. Abdul Aziz bin Abdullah bin Ibrahim al-Zair Alu Hamd, Cetakan pertama, 1423 H/ 2002 M.

6.  Kunuz Riyad al-Shalihin, A. D. Hamad bin Nashir bin Abdirrahman al-Ammar, Dar Kunuz Isybiliya, Cetatan Pertama, 1430 H / 2009 M.

 

Jumat siang, 18 Sya’ban 1444 H/ 10 Maret 2023 M

 

@ Ahmad Wandi Lembang

 

@ SDIT Istiqomah Lembang

 

Artikel ahmadwandilembang.com

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

 

 



[1] SHAHIH. Al-Bukhari (2215), (3465), Muslim (2743).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024 Artikel Terbaru Ke - 227 Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com) Pada hari Senin-Selasa,...