Kewajiban manusia terhadap al-Qur'an (Gambar: Pixabay) |
KEWAJIBAN MANUSIA TERHADAP AL-QURAN (1)
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Sumber hukum dan pedoman hidup, disamping as-sunnah. Sudah semestinya, al-Quran melekat dalam hidup kita. Dari mulai mempelajarinya, mengamalkannya sampai mendakwahkannya.
Namun dalam realita yang ada, tidak sedikit kitab yang disepakati sebagai kitab suci tersebut hanya dijadikan pajangan saja, bukan pedoman. Hanya berpegang teguh kepadanya hanya slogan dan pengakuan saja.
Apabila keadaan demikian dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, umat islam yang buta huruf al-Quran menyebar di mana-mana, al-Quran sudah tidak dibaca dan dipelajari dalam kesehariannya, maka yang terjadi apa yang diperingatkan oleh Allah swt dalam ayat berikut.
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid [57]:16)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “Ayat ini dengan tegas memerintahkan umat islam untuk melunakkan hati ketika berdzikir dan berinteraksi dengan al-Quran. Jangan menyia-nyiakan kitab Allah swt dalam waktu yang lama, sehingga kelak hati mereka mengeras seperti pernah terjadi pada ahli kitab sebelum mereka.”[1]
Padahal al-Quran itu, diibaratkan Allah swt jika diturunkan kepada gunung maka gunung akan hancur remuk saking takutnya kepada Allah swt. (QS. Al-Hasyr [59] : 21). Gunung saja hancur remuk, maka aneh jika hati manusia tidak tergerak sama sekali. Saking kerasnya hati ahli kitab dalam pembangkangan terhadap kitabnya, dalam QS al-Jumu’ah [62]:5, Allah swt menyebut mereka seperti keledai yang bodoh. Sementara dalam QS. Al-A’raf [7]: 175-176, Allah menyebut mereka seperti anjing, diperlakukan bagaimanapun tetap saja menjulurkan lidahnya, diingatkan tidak diingatkan pun, tetap saja tidak mau tunduk pada ayat Allah swt. Bahkan mereka sampai berani mengubah-ubah kandungan kitab Allah swt (QS. An-Nisa [4] : 46). Ayat semakna terdapat juga dalam QS. Al-Baqarah [2] : 74-75, al-Ma-idah [5] : 13, 41 dan mereka menulis ulang kitab Allah tersebut dengan nama mereka sendiri (QS. Al-Baqarah [2] : 79).
Lalu apa saja kewajiban kita sebagai umat Islam terhadap al-Quran. Agar al-Quran betul-betul menjadi petunjuk dan pedoman dalam kehidupan. Berikut adalah kewajiban manusia terhadap al-Quran :
1. Iqra Dan Tartil
Makna iqra adalah membaca melalui teks atau membaca lewat hafalan (‘an zahri qalbin). Pada zaman Nabi saw Iqra dipraktikkan dengan cara membaca lewat hafalan. Dalam al-Quran Allah swt berfirman :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5)
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Dan bacalah Al Quran itu dengan tartil. (QS. Al-Muzamil [73]: 4)
Tartil asal katanya ratl, bermakna menyusun dan merangkai sesuatu dengan baik. maksud dari tartil al-Quran adalah mengeluarkan kalimat dari mulut dengan ringan dan benar.[2] Berdasarkan ayat di atas, tartil dipraktikkan pada waktu shalat malam dengan penuh penghayatan. Sehingga dengan sendirinya, amal tartil mencakup : membaca, menghafal dan memahami isinya.
Sudah sejauh mana kita melakukan iqra terhadap al-Quran ? Rasul pernah bersabda :
اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِي شَهْرٍ قُلْتُ إِنِّي أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ فَاقْرَأْهُ فِي سَبْعٍ وَلَا تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ
“Bacalah al-Quran dalam satu bulan.” Aku menjawab, “aku masih kuat lebih dari itu.” Sabda nabi saw, “Bacalah dalam tujuh hari, dan jangan lebih dari itu.” (HR. Bukhari, , dari Abdullah bin ‘Amr).[3]
Sabda Nabi saw tersebut ditujukan kepada Abdullah bin ‘Amr yang sering membaca al-Quran semalam suntuk. Mudah-mudahan menjadi inspirasi buat kita semua, betapa dekatnya para sahabat dengan al-Quran.
Namun tentu saja, membaca al-Quran tidak cukup hanya membacanya saja, motivasinya harus benar, dan harus diikuti dengan memahami kandungannya sehingga al-Quran bisa menjadi petunjuk dan siap diamalkan dalam kehidupan. Rasulullah saw pernah mengingatkan,
يَكُوْنُ خَلْفٌ يَقْرَأُوْنَ اْلقُرْآنَ لَا يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ وَيَقْرَأُ اْلقُرْآنَ ثَلَاثَةٌ مُؤْمِنٌ وَمُنَافِقٌ وَفَاجِرٌ " وَقَالَ بَشِيْرٌ قُلْتُ لِلْوَلِيْدِ مَا هَؤْلَاءِ الثَّلَاثَةِ؟ قَالَ اَلْمُؤْمِنُ مُؤْمِنٌ بِهِ وَاْلمُنَافِقُ كَافِرٌ بِهِ وَالْفَاجِرُ يَأْكُلُ بِهِ.
“Akan datang sebuah generasi yang membaca al-qur’an tidak melewati kerongkongan mereka”. Dan yang membaca al-qur’an itu ada 3 macam : Mu’min, Munafiq, dan Fajir”. Basyir (rawi) berkata, aku bertanya kepada Al-Walid bagaimana kriteria ketiga orang itu ? ia menjawab : “Orang Mu’min beriman kepadanya, Orang Munafiq mengkufuri kepadanya, dan Orang Fajir mencari makan dengannya”.(HR. Ibnu Abi Hatim dari Abi Said Al-Khudri)[4]
2. Iddikar Dan Tadabbur
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS. Al-Qomar [54]:17)
Muddakir asal katanya idztikar, dari dzikr; peringatan. Berdasarkan qaidah sharaf, huruf dza dan ta diidghamkan menjadi dal, jadilah iddikar. Maknanya, merenungkan peringatan dan pengajaran al-Quran, dengan kata lain mengambil pelajaran dan menjadikannya ibrah.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا (24)
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad [47] : 24)
Tadabbur asal katanya adalah dubur; ujung sesuatu. Maksudnya, menurut al-Biqa’i adalah merenungkan akibatnya dan kesudahan perkaranya.[5] Makna tadabbur menurut al-Zuhaili adalah merenungkan maknanya dan menghayati kandungannya.[6]
BERSAMBUNG ….
Baca juga : KEWAJIBAN MANUSIA TERHADAP AL-QURAN (2)
Baca juga : KEWAJIBAN MANUSIA TERHADAP AL-QURAN (3)
Selasa malam, 07 Ramadhan 1444 H/ 28 Maret 2023 M
Artikel ahmadwandilembang.com
=========
Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
[1] Tafsir Ibnu Katsir Tafis Surat Al-Hadid [57] : 16.
[2] Mu’jam Mufradat Alfazh Al-Quran, entri ratala.
[3] Shahih al-Bukhari no. 5054.
[4] Tafsir Ibnu Katsir 3/129.
[5] Nazhmu Al-Dhurar, QS. 4: 82.
[6] Tafsir Al-Munir, QS. 4: 82.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar