TERNYATA DHAIF: DOA BUKA ALLAHUMMA LAKA SUMTU - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Jumat, 24 Maret 2023

TERNYATA DHAIF: DOA BUKA ALLAHUMMA LAKA SUMTU

 

Doa buka puasa yang dhaif, Allahumma laka sumtu (Gambar: Pixabay)

TERNYATA DHAIF: DOA BUKA ALLAHUMMA LAKA SUMTU

 

 

Hadis viral berikutnya adalah tentang do’a buka shaum, yaitu doa berbuka yang berbunyi:

 

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

 

Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.

 

 

Baca Pula : Ternyata Dhaif: Ramadhan Diawali Rahmat


Secara periwayatan hadis, redaksi doa seperti itu tidak ditemukan sumbernya dalam kitab hadis apapun. Adapun redaksi do’a yang kami temukan berbeda lafalnya. Hadis tersebut diantaranya bersumber dari lima orang sahabat, yaitu:

 

1.    Dari Muadz bin Zuhrah

 

أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِىٍّ الرُّوذْبَارِىُّ أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ دَاسَةَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ : أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ :« اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ».

 

Dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya ia telah menyampaikannya kepada Hushain, “Bahwasanya Nabi apabila beliau berbuka puasa, beliau berdoa, “Ya Allah, karena-Mu aku shaum dan atas rezeki-Mu aku berbuka.” (HR Abu Daud, Sunan Abu Daud 2/278 no. 2360, al-Marasil, hlm. 124, Al Baihaqi As Sunanul Kubra 4/239 no. 8392, Syu’Abul Iman 3/407 no. 3619, al-Da’wat al-Kabir 2/98 no. 500,  al-Baghawi, Syarh al-Sunnah 6/265 no. 1741)

 

Hadis ini dhaif karena mursal (lihat, al-Marasil karya Abu Dawud, hlm. 124). Penyebabnya, Muadz bin Zuhrah adalah seorang Tabiin sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar, “Riwayat Al Baihaqi dari Muadz bin Zuhrah, hadisnya mursal sama dengan riwayat Abu Daud.” (Tahdzibut Tahdzib 10/190-191)

 

Ibnu Katsir berkata, “Mu’adz bin Zuhrah disebut juga Mu’adz Abu Zuhrah, dia seorang tabi’in, Ibnu Hiban menyebutkannya dalam al-Tsiqat, dan telah menyebutkannya sebagian mereka dalam kelompok sahabat, karena Abu Dawud meriwayatkan dalam Sunannya melalui Hushain bin Abdirrahman darinya.” (Jami’ al-Masanid wa al-Sunan no. 1752)

 

Abu al-Qasim berkata, “Aku tidak tahu, bagi Mu’adz bin Zuhrah terdapat sahabat atau tidak” (Mu’jam al-Shahabah 5/143). Ibnu al-Atsir berkata, “Ja’far berkata, dia termasuk tabi’in, dan barangsiapa yang berkata bahwa dia sahabat maka dia telah keliru.” (Usdu al-Ghabah 5/201)

 

Syu’aib al-Arna’uth berkata, “Hadis ini mursal dan Mu’adz bin Zuhrah (disebut juga Mu’adz Abu Zuhrah), seorang tabi’in, Ibnu Hiban menyebutkan dalam kitab al-Tsiqatnya (7/482) dan tidak meriwayatkan darinya selain Hushain, yaitu Hushain bin Abdurrahman al-Sulami, dan al-Bukhari mengemukakannya dalam al-Tarikh al-Kabir (7/364), Ibnu Abi Hatim (8/248), namun keduanya tidak menyebutkan jarh ta’dil, padahal ia diperbincangkan dalam hadis ini sebagaimana akan datang. (Tahqiq Sunan Abi Dawud 4/40)

 

Menurut Syaikh al-Albani, “Sanadnya dhaif mursal, Mu’adz ini adalah tabi’in majhul, dengan kemursalannya al-Hafizh al-Mundziri mencacatkannya. Hadis ini dhaif, mursal, aku telah mentakhrijnya bersama hadis lainnya yang semakna dengannya, termasuk hadis-hadis yang tidak dapat menguatkannya.” (Dhaif Abi Dawud 1/264-265)

 

“Sanad ini dhaif, karena selain mursal juga majhulnya Mu’adz ini, para ulama tidak menyebutkan rawi yang meriwayatkan darinya selain Hushain ini. Ibnu Abi Hatim menyebutkannya dalam al-Jarh wa al-Ta’dil, namun tidak disebutkan padanya jarh dan ta’dil. Ibnu Hiban menyebutkannya dalam tabi’in yang tsiqat, sebagaimana dalam al-Tahdzib, namun demikian Ibnu Hajar tidak mentsiqahkannya dalam al-Taqrib, ia hanya berkata, maqbul, yakni diterima ketika ada mutabi’, sebagaimana dijelaskan dalam muqadimah ...” (Irwa al-Ghalil 4/42)

 

2.   Dari Abu Hurairah

 

حدثنا محمد بن فضيل عن حصين عن أبي هريرة قال كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا صام ثم أفطر قال : " اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت "

 

Dari Abu Hurairah, ia berkata, adalah Nabi apabila shaum kemudian berbuka, beliau membaca doa “Ya Allah, karena-Mu aku shaum dan atas rezeki-Mu aku berbuka.” (HR Ibnu Abi Syaibah, Al-Mushannaf 2/511)

 

Hadis ini pun dhaif karena sanadnya terputus, sebab Hushain bin Abdurrahman As-Sulami (seorang tabiin) tidak didapatkan keterangan menerima hadis dari Abu Hurairah. (lihat biografi Hushain dalam al-Tarikh al-Kabir 3/7, Tadzkirat al-Hufazh 1/68, al-Kamil 2/397, Taqrib al-Tahdzib 1/170, Tahdzib al-Kamal 6/519)

 

Penulis cenderung terjadinya tashif (hadisnya mushahhaf) antara Abu Hurairah dengan Abu Zuhrah, karena dalam kitab al-mushannaf cetakan yang lain ditemukan redaksinya sebagai berikut :

 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ ، عَنْ حُصَيْنٍ ، عَنْ أَبِي زُهْرَةَ ، قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إذَا صَامَ ، ثُمَّ أَفْطَرَ ، قَالَ : اللَّهُمَّ لَكَ صُمْت وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت

 

Kalaulah terjadi tashif, maka yang benar adalah Abu Zuhrah bukan Abu Hurairah, sehingga hadis ini tetap dhaif karena mursal, yaitu Abu Zuhrah bukan seorang sahabat (lihat keterangan hadis pertama dari Mu’adz bin Zuhrah)

 

3.   Dari Anas bin Malik

 

حدثنا محمد بن إبراهيم بن حبيب العسال الأصبهاني حدثنا إسماعيل بن عمرو البجلي حدثنا داود الزبرقان حدثنا شعبة عن ثابت البناني عن أنس بن مالك قال : كان النبي صلى الله عليه و سلم إذا أفطر قال بسم الله اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت

 

Dari Anas bin Malik, ia berkata, Nabi apabila berbuka membaca doa “Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah karena-Mu aku shaum dan atas rezeki-Mu aku berbuka.” (HR Al-Thabrani, al-Mu’jam al-Ausath 8/270 no. 7549, al-Mu’jam al-Shagir 2/133 no. 912, Abu Nu’aim, Akhbar Ashbahan 2/217)

 

Menurut al-Thabrani :

 

لم يروه عن شعبة إلا داود بن الزبرقان تفرد به إسماعيل بن عمر ولا كتبناه إلا عن محمد بن إبراهيم

 

Tidak meriwayatkan hadis ini dari Syu’bah kecuali Dawud bin al-Zarqani, tafarud padanya Ismail bin Umar, dan kami tidak menulisnya, kecuali dari Muhammad bin Ibrahim.” (Al-Mu’jam al-Shagir 2/133)

 

Masih riwayat al-Thabrani melalui jalur sama, namun terdapat tambahan :

 

تَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

 

“Terimalah dariku, sesungguhkan Engkau Maha Mendengar dan Mengetahui.” (lihat, al-Du’a, hlm. 286, no. 918)

 

Hadis ini pun dhaif karena dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Ismail bin Amr al-Bajali dan Daud bin al-Zibriqan.

 

Ismail bin Amr bin Najih al-Bajali al-Kufi al-Ashbahani. Ibnu Adi berkata, “Meriwayatkan hadis yang tidak ada mutabi’ baginya.” Abu Hatim dan Al-Daraqutni berkata, "Dhaif.” (Mizal al-I’tidal 1/239). Al-Azdi dan al-Uqaili berkata, “Munkar al-hadis.” Al-Khathib berkata, “Pemilik hadis-hadis gharib dan munkar.” Ibnu Uqdah berkata, “Dhaif zahib al-hadis.” (al-Tsiqat miman lam yaqa’ fi al-kutub sittah 2/398)

 

Daud bin al-Zibriqan al-Ruqasyi. Ibnu Ma’in berkata, “Laisa bisyaiin”. Abu Zur’ah berkata, “Matruk”. Abu Daud menyatakan, “Dhaif, hadisnya ditinggalkan”. Menurut Al Jauzajani, “Ia seorang pendusta”. Al-Nasai berkata, “Ia rawi yang tidak tsiqat”. (Mizanul I’tidal 2/7) Ibnu Hajar, “Matruk.” Al-Azdi memandangnya sebagai pendusta. (Taqrib al-Tahdzib, hlm. 305)

 

Menurut Syaikh al-Albani, al-Dzahabi berkata dalam al-Dhu’afa, “Telah mendhaifkannya lebih dari seorang.” Menurutku (Syaikh al-Albani), gurunya adalah Dawud bin al-Zibriqan Syarmanah, al-Dzahabi berkata, Abu Dawud berkata, “matruk.” Al-Bukhari berkata, “muqarib al-ahdis.” Al-Hafizh dalam al-Taqrib ebrkata, “Matruk, al-Azdi mendustakannya.” (Irwa al-Ghalil 4/41)

 

Dalam riwayat lainnya lagi disebutkan,

 

( إذا قُرِّبَ إلى أحدِكم طعامٌ وهو صائمٌ ؛ فليقلْ : باسم الله، والحمد لله، اللهم ! لك صمت، وعلى رزقك أفطرت، وعليك توكلت، سبحانك وبحمدك، تقبله مني، إنك أنت السميع العليم ).

 

“Apabila telah didekatkan makanan kepada kalian dan sedang shaum, maka bacalah, ‘Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah karena-Mu aku shaum dan atas rezeki-Mu aku berbuka, hanya kepada-Mu aku bertawakkal, Maha suci Engkau dan dengan memuji-Mu, terimalah dariku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Mengetahui’.”  (HR. Al-Syajari, Umaly al-Syajari 1/259)

 

Hadis ini pun sangat dhaif. Menurut Syaikh al-Albani, “Munkar sekali, sanad ini dhaif sekali, Dawud dan Ismail, dua rawi dhaif. Rawi yang pertama sangat dhaif, al-Hafizh dalam al-Taqrib berkata, matruk, al-Azdi mendustakannya.” (Silsilah al-Dhaifah 14/1096 no. 6996)

 

 

4.   Dari Ibnu Abbas

 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْحَضْرَمِيُّ، ثنا يُوسُفُ بْنُ قَيْسٍ الْبَغْدَادِيُّ، ثنا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ هَارُونَ بْنِ عَنْتَرَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: «لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ»

 

Dari Ibnu Abbas, ia berkata, adalah Nabi apabila berbuka membaca doa, “Karena-Mu aku shaum, dan atas rezeki-Mu aku berbuka, maka terimalah dariku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Mengetahui.” (HR. al-Thabrani, Al Mu’jam al-Kabir 12/146 no. 12720)

 

Hadis ini pun dhaif karena dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Abdul Malik bin Harun bin Antarah dan ayahnya, Harun bin Antarah.

 

Abdul Malik bin Harun bin Antarah, Ad Daraquthni mengatakan, “Keduanya dhaif (dan ayahnya).” Ahmad mengatakan, “Ia rawi yang dhaif”. Yahya berkata, “Ia seorang pendusta”. Menurut Abu Hatim, “Matruk, dzahibul hadis”. Ibnu Hiban berkata, “Ia pemalsu hadis”. (Mizanul I’tidal 2/666). Ibnu Hajar berkata, “Hadis ini gharib melalui jalur ini, dan sanadnya dhaif sekali, serta Harun bin  didustakan oleh para ulama.” (Faidhu al-Qadir 1/265)

 

Menurut Syaikh al-Albani, “Sanad ini dhaif sekali dengan dua kecatatan. Pertama, Abdul Malik ini, dhaif sekali. Al-Dzahabi dalam al-Dhu’afa berkata, “Mereka meninggalkannya.” Al-Sa’di berkata, “Dajjal.”

 

Kedua, Harun bin ‘Antarah, diperbincangkan, al-Dzahabi menukil dari al-Daraquthni dalam al-mizan, bahwa ia mendhaifkannya. Ibnu Hiban menyebutkannya dalam al-Dhu’afa dan berkata, hadisnya sangat diinkari, banyak meriwayatkan hadis munkar sehingga bergegas ke hati untuk bersandar kepadanya. Tidak boleh berhujjah dengannya dalam keadaan demikian.” Dan beliau menyebutkannya juga dalam al-Tsiqat, dan mentsiqahkannya juga yang lainnya. Namun dalam al-Taqrib, “la ba’sa bih.” Menurutku (Syaikh al-Albani), “kelemahan sanad ini bersumber dari putranya Abdul Malik, dengan demikian Ibnu al-Qayim berkata, “tidak kuat.”. al-Hafizh dalam al-Talkhis berkata, “sanadnya dhaif.” Al-Haitsami dalam al-Majma’ (3/156) berkata, “ diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam al-Kabir, padanya terdapat Abdul Malik bin Harun, dia dhaif.” ... (lihat. Irwa al-Ghalil 4/40)

 

5.   Dari ali bin Abu Thalib

 

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ وَاقِدٍ ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ عُمَرَ ، عَنِ السَّرِيِّ بْنِ خَالِدِ بْنِ شَدَّادٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ ، عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنْ عَلِيٍّ أَنَّهُ قَالَ : قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَا عَلِيُّ إِذَا تَوَضَّأْتَ فَقُلْ بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ تَمَامَ الْوُضُوءِ وَتَمَامَ الصَّلاةِ وَتَمَامَ رِضْوَانِكَ وَتَمَامَ مَغْفِرَتِكَ فَهَذِهِ زَكَاةُ الْوُضُوءِ ، وَإِذَا أَكَلْتَ فَابْدَأْ بِالْمِلْحِ وَاخْتِمْ بِالْمِلْحِ فَإِنَّ بِالْمِلْحَ شِفَاءٌ مِنْ سَبْعِينَ دَاءً أَوَّلُهَا الْجُذَامُ وَالْجُنُونُ وَالْبَرَصُ وَوَجَعُ الأَضْرَاسِ وَوَجَعُ الْحَلْقِ وَوَجَعُ الْبَصَرِ وَيَا عَلِيُّ كُلِ الزَّيْتَ وَادَّهْنِ بِالزَّيْتِ فَإِنَّهُ مَنِ ادَّهَنَ بِالزَّيْتِ لَمْ يَقْرَبْهُ الشَّيْطَانُ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً وَيَا عَلِيُّ لاَ تَسْتَقْبَلِ الشَّمْسَ فَإِنَّ اسْتِقْبَالَهَا دَاءٌ وَاسْتِدْبَارَهَا دَوَاءٌ ، وَلاَ تُجَامِعِ امْرَأَتَكَ فِي نِصْفِ الشَّهْرِ ، وَلاَ عِنْدَ غُرَّةِ الْهِلالِ أَمَا رَأَيْتَ الْمَجَانِينَ يُصْرَعُونَ فِيهَا كَثِيرًا يَا عَلِيُّ إِذَا رَأَيْتَ الأَسَدَ فَكَبِّرْ ثَلاثًا تَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَعَزُّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَأَكْبَرُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ مَا أَخَافُ وَأُحَاذِرُ فَإِنَّكَ تُكْفَى شَرَّهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، وَإِذَا هَرَّ الْكَلْبُ عَلَيْكَ فَقُلْ يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ فَانْفُذُوا لاَ تَنْفُذُونَ إِلاَّ بِسُلْطَانٍ يَا عَلِيُّ إِذَا كُنْتَ صَائِمًا فِي شَهْرِ رَمَضَانَ فَقُلْ بَعْدَ إِفْطَارِكَ اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ تُكْتَبُ لَكَ مِثْلَ مَنْ كَانَ صَائِمًا مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْتَقَصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا يَا عَلِيُّ وَاقْرَأْ سُورَةَ يس فَإِنَّ فِي يس عَشْرُ بَرَكَاتٍ مَا قَرَأَهَا جَائِعٌ إِلاَّ شَبِعَ ، وَلاَ ظَمْآنُ إِلاَّ رُوِيَ ، وَلاَ عَارٍ إِلاَّ كُسِيَ ، وَلاَ عَزَبٌ إِلاَّ تَزَوَّجَ ، وَلاَ خَائِفٌ إِلاَّ أَمِنَ ، وَلاَ مَسْجُونٌ إِلاَّ خَرَجَ ، وَلاَ مُسَافِرٌ إِلاَّ أُعِينَ عَلَى سَفَرِهِ ، وَلاَ مَنْ ضَلَّتْ لَهُ ضَالَّةٌ إِلاَّ وَجَدَهَا ، وَلاَ مَرِيضٌ إِلاَّ بَرِئَ ، وَلاَ قُرِئَتْ عِنْدَ مَيِّتٍ إِلاَّ خُفِّفَ عَنْهُ

 

Dari Ali, sesungguhnya ia berkata, “Rasulullah berkata kepadaku, ‘Ya Ali … Apabila engkau shaum pada bulan Ramadhan maka ucapkanlah (berdoalah) setelah engkau berbuka, ‘Ya Allah karena-Mu aku shaum dan hanya kepada-Mu aku serahkan dan atas rezeki-Mu aku berbuka’, maka akan dicatat bagimu pahala seperti pahala yang shaum tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka …”. (HR Al Haitsami, Musnad Al Harits 1/526 no. 469)

 

Hadis ini dhaif karena dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama As-Sari bin Khalid. Menurut Ad Dzahabi, “Ia rawi yang tidak dikenal”. Al Azdi berkata, “Ia tidak bisa dijadikan hujah”. (Mizanul I’tidal 2/117). Selain itu, terdapat pula rawi yang bernama Hamad bin Umar yang dinyatakan “Matruk” oleh Abul Fadhl Al Asqalani. (Al Ishabah 2/321)

 

Menurut al-Bushiri, “Sanad ini musalsal (berurutan) dengan rawi dhaif, yaitu al-Sari, Hamad, dan Abdurrahim semuanya rawi dhaif, dan telah lalu sebagian hadis ini dalam kitab thaharah bab tasmiyah.” (Ithaf al-Khairah 3/128)

 

Dalam riwayat lain terdapat tambahan “wabika amantu” redaksi lengkapnya sebagai berikut :

 

اللّهم لك صمت وبك أمنت وعليك توكلت وعلى رزقك أفطرت

 

“Ya Allah karena-Mu aku shaum, dan kepada-Mu aku beriman, dan hanya kepada-Mu aku bertawakkal, dan atas rizki-Mu aku berbuka.” (al-La’ali al-mashnu’ah fi al-Ahadits al-maudhu’ah 1/473)

 

Menurut al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi :

 

أخرجه الحرث بن أبي أمامة حدثنا عبدالرحيم واقد حدثنا حماد بن عمرويه وأخرج البهيقي أوله في الدلائل ثم قال وهو حديث طويل في الرغائب والآداب قال وهو حديث موضوع

 

Diriwayatkan oleh al-Harts bin Abi Umamah, dari Abdurrahim Waqid, dari Hamad bin Amriwaih. Al-Baihaqi meriwayatkan bagian awalnya dalam al-dalail, kemudian berkata, hadis ini panjang dalam al-raghaib dan al-adab, dan berkata, hadis ini maudhu’ (palsu) ... (al-La’ali al-Mashnu’ah 1/473)

 

Adapun lafal “wa bika amantu” menurut al-Qari, adalah tidak ada sumbernya, meskipun maknanya benar (Muraqat al-Miftah, al-Tibrizi 15/36)

 

Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut seluruhnya sangat dhaif (syadid) dan tidak bisa saling menguatkan, sehingga hadis do’a berbuka shaum “allahumma laka sumtu” adalah dhaif dan tidak dapat dijadikan hujjah. Wallahu a’lam bi al-shawwab.

 

Baca pula : Hadis doa buka shaum yang shahih

 

 

Jumat pagi, 02 Ramadhan 1444 H/ 24 Maret 2023 M

 

@ Ahmad Wandi Lembang

 

@ SDIT Istiqomah Lembang

 

Artikel ahmadwandilembang.com

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024 Artikel Terbaru Ke - 227 Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com) Pada hari Senin-Selasa,...