TRAGEDI BANJARAN: REFLEKSI IMAN DARI LUKA YANG MENDALAM - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Minggu, 07 September 2025

TRAGEDI BANJARAN: REFLEKSI IMAN DARI LUKA YANG MENDALAM

 

BUNUH DIRI (GAMBAR: PIXABAY)


TRAGEDI BANJARAN: REFLEKSI IMAN DARI LUKA YANG MENDALAM

 

Artikel Terbaru Ke - 241

 

Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com)

 

Beberapa hari terakhir, masyarakat dikejutkan oleh sebuah tragedi di Banjaran, Kabupaten Bandung. Seorang ibu, karena tekanan hidup yang begitu berat, memilih mengakhiri hidupnya (baca: bunuh diri) setelah lebih dulu menghilangkan nyawa dua anaknya. Kabar ini bukan hanya membuat pilu, tetapi juga menggoreskan tanda tanya besar: apa yang sebenarnya terjadi hingga seorang ibu tega melakukan itu semua?

 

Peristiwa ini menyentuh sisi kemanusiaan kita yang paling dalam. Di satu sisi, kita bersedih, marah, bahkan sulit menerima. Namun di sisi lain, sebagai Muslim, kita diajak untuk mengambil pelajaran, mencari hikmah, agar tragedi serupa tidak terulang. Islam mengajarkan bahwa setiap kejadian, betapapun pahitnya, selalu ada pelajaran berharga yang bisa dipetik.

 

Hidup Pasti Penuh Ujian

 

Allah sudah mengingatkan bahwa hidup di dunia bukanlah jalan lurus tanpa rintangan. Justru, hidup adalah ladang ujian.

 

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

 

“Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 155)

 

Ibnu Katsir menjelaskan dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim bahwa ayat ini mengajarkan sebuah kepastian: setiap manusia akan diuji dengan berbagai bentuk penderitaan. Namun di balik itu, ada janji kabar gembira bagi orang yang sabar. Maka, sebesar apapun tekanan, jalan terbaik bukanlah menyerah, tetapi bersabar dan tetap berharap kepada Allah.

 

Haramnya Mengakhiri Hidup

 

Islam menegaskan bahwa nyawa adalah milik Allah. Kita tidak berhak mengakhirinya tanpa izin-Nya. Rasulullah bersabda:

 

مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُّخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

 

“Barang siapa membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan berada di tangannya, ia akan menusuk-nusukkan ke perutnya di neraka Jahannam, kekal di dalamnya selamanya.” (HR. al-Bukhari, no. 5778; Muslim, no. 109)

 

Hadis ini tegas: bunuh diri adalah dosa besar. Meski begitu, para ulama menegaskan bahwa pelakunya tidak otomatis kafir, tapi tetap Muslim yang melakukan dosa besar, berada di bawah kehendak Allah; jika Dia berkehendak, bisa diampuni. (Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi).

 

Membunuh Anak, Dosa yang Berat

 

Apa yang dilakukan ibu di Banjaran juga mengingatkan kita pada larangan keras dalam Al-Qur’an untuk tidak membunuh anak, sekalipun karena alasan ekonomi.

 

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُم مِّنْ إِمْلَاقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ

 

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. al-An‘ām [6]: 151)

 

Al-Qurthubi dalam tafsirnya menegaskan bahwa ayat ini menunjukkan dosa besar bagi siapa saja yang membunuh anaknya dengan alasan takut miskin. Sebab, rezeki ada di tangan Allah, bukan semata dari kerja keras manusia.

 

Sabar dan Tawakal adalah Kunci

 

Betapa banyak orang di luar sana juga menghadapi himpitan utang, rumah tangga berantakan, atau masalah ekonomi. Namun jalan keluar yang diajarkan Islam adalah sabar dan tawakal, bukan keputusasaan. Rasulullah bersabda:

 

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ...

 

“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, semua urusannya adalah kebaikan. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu juga baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

 

Di sinilah letak keindahan iman. Seberat apapun, selalu ada peluang untuk berpahala, asalkan sabar.

 

Butuh Empati dan Dukungan Sosial

 

Tragedi ini juga menyadarkan kita bahwa banyak orang di sekitar kita mungkin tampak baik-baik saja, padahal menyimpan luka batin yang dalam. Mereka butuh teman bicara, butuh dukungan, butuh uluran tangan. Rasulullah bersabda:

 

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ... مَثَلُ الْجَسَدِ

 

“Perumpamaan kaum mukminin dalam kasih sayang dan kepedulian mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. al-Bukhari, no. 6011; Muslim, no. 2586)

 

Sayangnya, dalam banyak kasus, orang yang depresi justru merasa sendirian. Di sinilah pentingnya peran keluarga, tetangga, dan masyarakat untuk peduli.

 

Jangan Lemah, Mintalah Pertolongan Allah

 

Islam mengajarkan kita untuk tidak menyerah pada keadaan, melainkan mencari solusi. Nabi bersabda:

 

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ

 

“Bersemangatlah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah.” (HR. Muslim, no. 2664)

 

Artinya, seorang Muslim harus tetap berusaha, mencari jalan keluar, meminta pertolongan Allah, bukan memilih jalan pintas yang berbahaya.

 

Peran Negara dan Masyarakat

 

Kita juga tidak boleh hanya melihat kasus ini sebagai “kesalahan pribadi”. Ada faktor struktural: masalah utang, ekonomi, kurangnya layanan konseling, minimnya perhatian mental health. Islam menuntut para pemimpin untuk melindungi rakyatnya. Nabi bersabda:

 

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

 

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. al-Bukhari, no. 893; Muslim, no. 1829)

 

Tragedi Banjaran menjadi alarm keras bahwa masyarakat dan pemerintah perlu hadir untuk mencegah kasus serupa.

 

Jangan Pernah Putus Asa dari Rahmat Allah

 

Akhirnya, pesan paling penting dari tragedi ini adalah jangan pernah menyerah. Allah berfirman:

 

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ

 

“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (QS. az-Zumar [39]: 53)

 

Ayat ini adalah pelukan kasih sayang dari Allah. Selama masih hidup, pintu taubat dan harapan selalu terbuka.

 

Penutup

 

Tragedi Banjaran meninggalkan luka mendalam, tetapi juga pelajaran besar. Kita belajar bahwa hidup penuh ujian, dan iman adalah benteng terkuat. Kita diajak untuk lebih peduli pada sesama, menjaga kesehatan mental, menguatkan kesabaran, dan tidak pernah putus asa dari rahmat Allah.

 

Semoga Allah melindungi keluarga kita, meneguhkan iman kita, dan menjadikan kita bagian dari orang-orang yang sabar dan saling menguatkan dalam menghadapi ujian hidup.

 

 

Lembang, 14 Rabiul Awal 1447 H/ 07 September 2025

 

@ Ahmad Wandi Lembang

 

@ SDIT Istiqomah Lembang

 

Artikel ahmadwandilembang.com

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di WhatsApp "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://bit.ly/Awalofficial, silahkan sebarkan, semoga bermanfaat.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

TRAGEDI BANJARAN: REFLEKSI IMAN DARI LUKA YANG MENDALAM

  BUNUH DIRI (GAMBAR: PIXABAY) TRAGEDI BANJARAN: REFLEKSI IMAN DARI LUKA YANG MENDALAM   Artikel Terbaru Ke - 241   Oleh : Ahmad Wan...