3 HAL YANG DAPAT MENDATANGKAN RASA CINTA KEPADA NABI SAW - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Jumat, 05 September 2025

3 HAL YANG DAPAT MENDATANGKAN RASA CINTA KEPADA NABI SAW

 

CINTA NABI SAW
CINTA NABI SAW (GAMBAR: PIXABAY)


3 HAL YANG DAPAT MENDATANGKAN RASA CINTA KEPADA NABI SAW

 

Artikel Terbaru Ke - 238

 

Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com)

 

Cinta kepada Rasulullah adalah salah satu rukun keimanan yang sangat penting. Ia bukan sekadar perasaan, tetapi bagian dari inti iman. Bahkan, Rasulullah menegaskan bahwa keimanan seorang Muslim tidak sempurna sebelum ia mencintai Nabi melebihi kecintaan kepada siapa pun, termasuk dirinya sendiri.

 

Rasulullah bersabda:

 

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ، وَوَلَدِهِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ


“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai aku lebih ia cintai daripada ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Juz 1, hlm. 14, no. 15; Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, Juz 1, hlm. 67, no. 44)

 

Hadis ini menunjukkan bahwa cinta kepada Nabi adalah syarat kesempurnaan iman. Oleh karena itu, setiap Muslim wajib berusaha menumbuhkan dan memperkuat rasa cinta tersebut.

Namun, bagaimana caranya agar cinta itu benar-benar tumbuh di hati, bukan hanya sekadar pengakuan di lisan? Para ulama menjelaskan bahwa cinta kepada Nabi dapat diperoleh melalui ma‘rifah (pengenalan yang mendalam). Semakin kita mengenal beliau, semakin kuat rasa cinta itu.

 

Ada tiga hal utama yang dapat mendatangkan rasa cinta kepada Rasulullah :

 

1. Ma‘rifatu Syakhṣiyyatihi (Mengenal Sosok Nabi )

 

Rasulullah adalah manusia yang paling sempurna, dari sisi jasmani maupun rohani. Allah sendiri memilih beliau sebagai penutup para nabi dan rasul. Pemilihan ini menunjukkan bahwa beliau adalah makhluk terbaik yang pernah Allah ciptakan.

 

Allah Ta‘ala berfirman:

 

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

 

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam [68]: 4,
Tafsīr Ibn Kathīr, Juz 8, hlm. 187, Dār Ṭayyibah)

 

Imām al-Sa‘dī menafsirkan ayat ini:

 

"أَثْنَى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَذَا الْخُلُقِ الْعَظِيمِ الْجَامِعِ لِجَمِيعِ الْأَخْلَاقِ الْمَحْمُودَةِ"

 

“Allah memuji beliau dengan akhlak yang agung, yang mencakup seluruh akhlak terpuji.” (al-Sa‘dī,
Tafsīr al-Karīm al-Raḥmān, hlm. 911, Maktabah al-Rushd)

 

Bahkan para sahabat pun merasakan langsung kesempurnaan akhlak beliau. Anas bin Mālik ra. berkata:

 

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا


“Nabi adalah manusia yang paling baik akhlaknya.” (HR. al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Juz 4, hlm. 1905, no. 3560; Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, Juz 4, hlm. 1810, no. 2322)

 

Selain akhlak, secara fisik pun Rasulullah sangat menawan. Imām al-Tirmiżī dalam al-Syamā’il al-Muḥammadiyyah meriwayatkan banyak hadis tentang gambaran fisik beliau: wajahnya bercahaya, senyumnya memikat, tubuhnya ideal, dan setiap gerakannya penuh wibawa. (al-Tirmiżī, al-Syamā’il al-Muḥammadiyyah, hlm. 29–75, tahqīq Basyār ‘Awwād Ma‘rūf, Mu’assasah al-Risālah, 2005)

 

Maka, orang yang mengenal sosok Nabi secara fisik maupun akhlak, pasti akan tumbuh rasa cinta mendalam kepadanya.

 

2. Ma‘rifatu Tārīkhihi wa Sīratihi (Mengenal Sejarah dan Perjalanan Hidup Nabi )

 

Sejarah hidup Nabi adalah sejarah yang paling lengkap dan terperinci dibandingkan tokoh mana pun dalam sejarah umat manusia. Semua aspek kehidupannya tercatat: sejak lahir, masa remaja, masa kenabian, perjuangan dakwah, peperangan, kehidupan rumah tangga, hingga wafatnya.

 

Membaca dan memahami sīrah Nabawiyyah akan membuat hati kagum dan cinta. Sebab di dalamnya kita menemukan kisah nyata tentang kesabaran beliau menghadapi ujian, keberanian dalam dakwah, kelembutan dalam berinteraksi, hingga ketawadhuan meskipun beliau adalah pemimpin seluruh manusia.

 

Allah berfirman:

 

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ


“Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan terhadap orang-orang mukmin beliau sangat pengasih lagi penyayang.” (QS. al-Tawbah [9]: 128, Tafsīr al-Baghawī, Juz 4, hlm. 136, Dār Ṭayyibah)

 

Imām Ibn Kathīr berkata:

 

"وَفِي مَعْرِفَةِ السِّيرَةِ النَّبَوِيَّةِ قُوَّةٌ فِي الْإِيمَانِ، وَزِيَادَةٌ فِي الْمَحَبَّةِ وَالِاتِّبَاعِ"

 

“Dalam mempelajari sīrah nabawiyyah terdapat penguat iman, penambah cinta, dan dorongan untuk mengikuti beliau.” (Ibn Kathīr, al-Sīrah al-Nabawiyyah, Juz 1, hlm. 5, Dār al-Ma‘rifah, 1990)


Tidak heran jika banyak ulama klasik dan kontemporer menulis buku khusus tentang sīrah, seperti al-Sīrah al-Nabawiyyah karya Ibn Hishām, Zād al-Ma‘ād karya Ibn Qayyim, hingga Fiqh al-Sīrah karya Dr. Sa‘īd Ramaḍān al-Būṭī. Semua itu ditulis untuk menanamkan cinta kepada Rasulullah melalui perjalanan hidup beliau.

 

3. Ma‘rifatu Risālatihi (Mengenal Risalah Nabi )

 

Risalah Nabi adalah inti misi kerasulannya: menyampaikan wahyu Allah. Risalah ini termaktub dalam al-Qur’an dan Sunnah.

 

Allah Ta‘ala berfirman:

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ


“Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu Rasul (Muhammad) membawa kebenaran dari Tuhanmu. Maka berimanlah, itu lebih baik bagimu.” (QS. al-Nisā’ [4]: 170, Tafsīr al-Qurṭubī, Juz 5, hlm. 342, Dār al-Kutub al-Miṣriyyah)

 

Rasulullah bersabda:

 

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي


“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Mālik, al-Muwaṭṭa’, Juz 2, hlm. 899, no. 1594, Dār Iḥyā’ al-Turāth; dinyatakan hasan oleh al-Albānī dalam al-Irwā’, Juz 1, hlm. 134)

 

Maka, orang yang benar-benar mempelajari al-Qur’an dan Sunnah, menghayatinya, dan mengamalkannya, akan semakin mencintai risalah Nabi . Sebab risalah itu bukan sekadar bacaan, tetapi cahaya hidup yang menghubungkan seorang hamba dengan Tuhannya.

 

Ibn al-Qayyim berkata:

 

"إِنَّ الْمَحَبَّةَ الصَّادِقَةَ لَا تَكُونُ إِلَّا بِمُوَافَقَةِ الْمَحْبُوبِ فِي أَفْعَالِهِ وَأَقْوَالِهِ"


“Cinta yang sejati tidak akan ada kecuali dengan mengikuti orang yang dicintai, baik dalam ucapan maupun perbuatan.” (Ibn al-Qayyim, Madārij al-Sālikīn, Juz 3, hlm. 17, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah)

 

Cinta kepada Rasulullah adalah bukti keimanan. Ia tumbuh bukan hanya dari perasaan, tetapi dari pengetahuan. Dengan mengenal sosok beliau, memahami sejarah hidup beliau, dan menghayati risalah beliau, cinta itu akan bersemi semakin kuat.

 

Dan cinta itu akan membuahkan harapan agung: bersama beliau di surga. Rasulullah bersabda:

 

الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ


“Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai.” (HR. al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Juz 5, hlm. 2287, no. 3688; Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, Juz 4, hlm. 2032, no. 2639)

 

Semoga Allah menghiasi hati kita dengan cinta yang tulus kepada Nabi Muhammad , dan mengumpulkan kita bersama beliau di surga-Nya. Āmīn.

 

Lembang, 12 Rabiul Awal 1447 H/ 05 September 2025

 

@ Ahmad Wandi Lembang

 

@ SDIT Istiqomah Lembang

 

Artikel ahmadwandilembang.com

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di WhatsApp "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://bit.ly/Awalofficial, silahkan sebarkan, semoga bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

TRAGEDI BANJARAN: REFLEKSI IMAN DARI LUKA YANG MENDALAM

  BUNUH DIRI (GAMBAR: PIXABAY) TRAGEDI BANJARAN: REFLEKSI IMAN DARI LUKA YANG MENDALAM   Artikel Terbaru Ke - 241   Oleh : Ahmad Wan...