GEMA MUKTAMAR DAN DAKWAH PEDESAAN
Metode dakwah secara terang-terangan (izhar) dan sembunyi-sembunyi (sirr) merupakan bagian dari suksesnya perjalanan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Menyesuaikan dengan situasi dan kondisi tantangan dakwah yang dihadapi. Keadaan seperti itu tentu saja menjadi potret dan cermin bagi seluruh aktivis dan gerakan dakwah, kapanpun dan di manapun. Termasuk PERSIS (Persatuan Islam) sebagai salah satu organisasi dakwah di Indoensia.
Dalam perjalanannya yang hampir memasuki usia satu abad, Gerakan dakwah PERSIS sudah sangat terasa dan memberikan kontribusi yang besar, baik untuk umat maupun bangsa ini. Banyak kader-kader PERSIS atau binaan-binaan PERSIS mereka menjadi orang penting dan berpengaruh di negeri ini. Tuan A. Hassan sebagai guru besar PERSIS, ternyata juga guru spiritualnya Bung Karno, Presiden RI pertama. Buya Natsir sebagai kader muda PERSIS, dengan gaya dakwahnya yang khas di bidang politik, menjadi tokoh besar yang mampu mewarnai perpolitikan di negeri ini dengan keislaman. Begitupun dalah hal aqidah, ibadah dan muamalah, dengan tokoh-tokoh lainnya dan para penerusnya sampai hari ini, baik yang mengatasnamakan PERSIS ataupun tidak, semuanya tidak diragukan lagi kontribusinya terhadap negeri dan bangsa ini.
Memang gerakan PERSIS ini di berbagai daerah kondisinya tidak sama. Tidak semua orang mengenal PERSIS ini dengan baik. Ada yang sudah lama dirintis, namun sangat sulit berkembang. Namun ada juga yang baru dirintis, namun sambutannya bagus dan cepat berkembang. Semua tergantung daerah, factor pendukung dan latar belakang masyarakatnya. Sehingga untuk beberapa daerah, perlu kiranya untuk mengizharkan dakwah PERSIS ini. Menunjukkan bahwa PERSIS ini bukan sekedar ada, tapi ternyata organisasinya besar, jumlah anggotanya banyak, gerakannya jelas, memiliki identitas yang khas, sangat terbuka dan menjanjikan untuk kemajuan agama dan bangsa.
Sehingga momentum Muktamar yang digelar setiap lima tahunan ini bisa dijadikan momentum berharga. Bukan sekedar memilih pemimpin, merumuskan program jihad, menghadirkan kader-kader terbaik dari berbagai daerah, namun juga sebagai momentum untuk lebih mengizharkan lagi dakwah PERSIS kepada masyarakat, kepada para pejabat, para pengusaha, dan berbagai kalangan lainnya. Sehingga PERSIS bukan hanya memiliki daya tarik dari sisi dalil saja, tetapi mampu memperlihatkan bahwa PERSIS itu ada dan jumlahnya besar. Memiliki visi misi yang jelas dan mereka semakin yakin dan tertarik terhadap jam’iyyah ini.
Beberapa hari yang akan datang Persis akan menggelar acara besar, yaitu Launching Muktamar XVI di Stadion Si Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung. Stadion kebanggaan Persib Bandung ini akan berubah warna, bukan biru dengan botohnya, tetapi hijau, putih, pink, sebagai warna kebanggaan jama’ah Persis dan otonomnya. Sesuai dengan seruannya, hijaukan, putihkan, dst … Stadion Si Jalak Harupat! Acara ini tentu saja menjadi momentum berharga untuk mengizharkan jam’iyyah.
Urgensi mengizharkan jam’iyyah ini pasti sangat besar. Bagi daerah rintisan, ini bisa dijadikan kesempatan untuk memperlihatkan bahwa PERSIS ini besar dan anggotanya banyak. Adapun untuk jama’ah-jama’ah atau cabang-cabang yang sudah berkembang dan anggotanya banyak, ini menjadi peluang untuk reuni dan silaturhami akbar, bagaikan fathu Makkah di zaman Rasulullah saw. Semangat ukhuwah dan kerinduan jam’iyyah tertumpuk di sini. Sesama alumni pesantren, tamhid, ma’ruf, tafiq, dll semua berkumpul dan tumpah ruah di sini. Mereka berkumpul bukan hanya sehobi untuk nonton Persib, tetapi berkumpul dengan orang-orang shaleh -insya Allah- yang se-aqidah, se-jam’iyyah, se-nafas perjuangan dalam dakwah qur’an sunnah dan jihad fi sabilillah.
Saya yakin, banyak tetesan air mata berjatuhan ketika kalimat takbir menggema dan mars perjuangan PERSIS digaungkan. Lebih dari sekedar terharunya bobotoh Persib yang menyaksikan laga final kemenangan Persib Bandung menaklukkan Persija Jakarta di Stadion Si Jalak Harupak. Karena jumlah masa sebesar ini, bukan melalui proses yang mudah dan sebentar. Tetapi telah melewati berbagai tantangan dan rintangan yang berdarah-darah. Dari mulai tenaga dan harta, sampai tetesan air mata, bahkan nyawa. Selama kurang lebih 99 tahun (1923-2022).
Gema Muktamar Di Kota Kelahiran
Hemat penulis, Muktamar PERSIS digelar di Bandung bagaikan Persib Bandung menjalankan laga kandang di Stadion Si Jalak Harupak. Bukan soal jago kandang, namun ada kebanggan tersendiri, karena Bandung adalah memang kandang maung. Karena Bandung adalah kota kelahiran dan basis masa Persatuan Islam. Tanpa menafikan kader-kader di luar daerah, jumlah anggota dan simpatisan Persatuan Islam, mayoritasnya ada di daerah Bandung dan sekitarnya. Dengan kata lain, Bandung adalah basis masa PERSIS terbesar di dunia.
Muktamar PERSIS sebagai hajat jam’iyyah yang digelar setiap lima tahun ini, dalam usianya yang hampir satu abad, sudah 15 kali melaksanakan Muktamar. Dan Muktamar ke 16 ini akan digelar di Bandung di kota kelahirannya. Dan ini merupakan kali ke 3 PERSIS menggelar mutkamar di Bandung. Sebelumnya tahun 1967 muktamar ke-8 dan tahun 1981 muktamar ke-9 (Data Prof. Dadan Wildan).
Sebagai kota kelahiran dan basis anggota, Bandung sangat strategis untuk dijadikan tempat perhelatan akbar ini. Pertama, cabang-cabang yang ada di Bandung merindukan adanya kebersamaan dan persatuan dalam jam’iyyah ini. Bukan hanya berkumpul dengan sesame anggota dan simpatisan di cabangnya masing-masing, tetapi dengan semua warga jam’iyyah yang ada di cabang lain atau daerah lainnya. Karena kita saling mencintai, al-mar’u ma’a man ahabba, seseorang akan bersama-sama dengan yang dicintainya.
Kedua, daerah-daerah sekitar Bandung masih banyak dalam masa “dakwah rintisan” sehingga mereka sangat merindukan silaturahmi akbar juga, bahwa ternyata jam’iyyah ini sangat besar, Ikhwan-ikhwan se jam’iyyah yang berjuang itu sangat banyak. Sehingga suasana ini benar-benar bisa mengobati mereka, minimal meringankan beban mereka, dalam memikul tekanan dakwah yang sangat berat di daerahnya. Yasyuddu ba’duha ba’dhan, satu sama lain saling menguatkan.
Ketiga, meng-upgrade ghirah dakwah dan jam’iyyah bagi semua warga jam’iyyah. Jalinan silaturahmi dan semangat ukhuwah akan sangat kuat di momentum ini, bagaikan laga kandang Persib bermain di Bandung. Bukan soal menang atau kalah, tetapi kehadiran suporter bobotoh menjadi pemain ke 12 sangat penting bagi Persib dan ada kepuasan tersendiri bagi bobotoh. Begitupun jam’iyyah ini, perkumpulan sesama aktitivis dan warga jam’iyyah dengan jumlah massa yang sangat banyak ini ada kebanggan tersendiri yang tidak bisa diungkapkan dnegan kata-kata.
Sebagai anak Bandung, penulis pun merasa bangga dan memiliki kebanggan tersendiri, bisa menyaksikan perhelatan besar ini di tempat kelahiran, karena sejak bergabung dengan Pemuda PERSIS tahun 2002, baru kali ini bisa merasakan aroma dan gema muktamar di Bandung ini, di tempat kelahiran penulis dan kelahiran PERSIS. Apalagi acara launching Muktamar XVI ini digelar Si Stadion Si Jalak Harupat di Kutawaringin, yang 20 tahun yang lalu di PC Kuwatawirngin ini (dulu Seoreang Muara) penulis di ma’ruf dan resmi menjadi anggota Pemuda Persis, ketika masih nyantri kelas 2 Mu’allimien di PPI 34 Cibegol, yang lokasinya sekitar 100 meter dari stadion ini.
Pengaruh Untuk Dakwah Pedesaan
PERSIS dengan gerakan dakwahnya yang hampir satu abad ini, telah mampu menembus berbagai daerah di seluruh Indonesia, dari mulai perkotaan sampai pedesaan. Namun di sebagian daerah masih dianggap eksklusif, dalam artian, membatasi diri sesuai syariat, karena memang menjadi ciri khas dan prinsip dalam pandangan jam’iyyah ini. Moment-moment keislaman seperti maulid nabi, isra mi’raj, dan lain-lain, PERSIS seringkali absen dalam acara seperti itu. Baik secara lembaga ataupun perorangan.
Padahal bukan eksklusif, bukan ingin beda dengan orang lain, tetapi karena sudah menjadi identitas jam’iyyah. Sehingga untuk beberapa daerah dan beberapa kalangan sudah memakluminya. Karena momentum seperti itu, bukan hanya sekedar berkumpul, bersilaturahmi, menuntut ilmu dan dzikrullah. Namun betul-betul menjadi prinsip dan memiliki landasan nas yang jelas, sehingga dengan gaya dakwah seperti itu identitas kepersisannya tetap terjaga.
Karena gerakan dakwahnya seperti itu, seringkali PERSIS dikucilkan, dianggap tertutup, tidak toleran dan sebagainya. Bagi aktivis PERSIS, hal seperti itu sudah dianggap biasa dan mereka sudah punya mental baja untuk menghadapi berbagai stigma negative terhadap dirinya ataupun lembaga. Dan hadis yang selalu dijadikan jargon diantaranya:
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Menjaga pola gerakan dakwah seperti ini tentu saja tidak mudah, perlu kesabaran tingkat tinggi, mental baja, terutama keistiqomahan. Sehingga pasang surut, jatuh bangun, gesekan dan benturan bertubi-tubi, terus datang dan silih berganti. Hal itu sangat terasa terutama di daerah rintisan, membuka lahan baru untuk pengembangan dakwah, di mana pintu-pintu masih tertutup dan peluang-peluang belum terbuka. Jumlah anggota dan simpatisan masih dihitung jari, jarak yang berjauhan, belum memiliki masjid binaan, dan sebagainya.
Momentum muktamar PERSIS yang ke-16 ini sebuah momentum untuk kebangkitan jam’iyyah, khususnya daerah-daerah pinggiran atau pedesaan yang anggotanya masih minim. Menghadirkan spirit ukhuwah dan ghirah jam’iyyah. Karena meskipun mereka punya mental “man kana alal haq walau kana wahid”, tetap saja, bahwa ikhwan jam’iyyah ini banyak dan jam’iyyah ini besar, adalah sebuah kebanggaan yang sangat dirindukan.
Dalam pergerakan dakwah di daerah, untuk menyemangati Ikhwan-ikhwan simpatisan yang ingin lebih mengenal jam’yyah dan memotivasi mereka, seringkali dilakukan dengan cara mengajak mereka menghadiri pengajian PERSIS yang jumlahnya banyak, meskipun jaraknya sangat jauh, lintas PC dan PD. Bahkan seringkali, dari daerah-daerah terpencil seperti itu memaksakan hadir mengikuti pengajian ahad di Viaduct. Di samping menimba ilmu dari Asatidz PP Persis atau Dewan Hisbah, juga dapat menyaksikan jumlah jama’ah yang sangat banyak. Sehingga sangat terasa dan ada kebanggaan tersendiri. Ketika di daerahnya hanya seorang diri atau segelintir orang, ketika hadir di sana, ternyata PERSIS itu besar, jam’iyyah ini anggtotanya dan simpatisannya sangat banyak. Sebuah kebanggan tersendiri bagi orang yang merindukan “hadirnya jam’iyyah” di daerahnya.
Sebagai sesama kader jam’iyyah, penulis mengajak semua kader di berbagai daerah untuk ikut hadir dalam perhelatan akbar ini. Ajak semua keluarga dan jama’ah yang ingin bersilaturahmi dan menyaksikan syiar jam’iyyah. Mari kita tumpahkan kerinduan kita, kuatkan ukhuwah dan ghirah jam’iyyah kita, bangun as-sam’u wa tha’ah dalam imamah dan imarah kita, untuk kebaikan dan kemajuan jam’iyyah kita tercinta. Salam hangat buat semua warga jam’iyyah di mana pun berada, sampai bertemu besok di Stadion Si Jalak Harupak!
Lembang, 26 Agustus 2022
Ahmad Wandi, Bidang Dakwah PW Pemuda Persis Jabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar