TANTANGAN DAKWAH DI AKHIR ZAMAN - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Jumat, 30 Agustus 2024

TANTANGAN DAKWAH DI AKHIR ZAMAN

 

TANTANGAN DAKWAH DI AKHIR ZAMAN (GAMBAR: FIXABAY)


 

Artikel Terbaru Ke - 214

 

Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com)

 

Dalam sebuah hadis populer disebutkan, “Hampir datang kepada manusia suatu zaman, tidak tersisa dari islam kecuali namanya, tidak tersisa dari al-Quran kecuali tulisannya, masjid-masjidnya megah, namun kosong dari petunjuk, ulama-ulama mereka manusia paling jelek di kolong langit, dari sisi mereka keluar fitnah dan kepada mereka kembali. (HR. al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman No. 1763)

 

Meski secara periwayatan hadis tersebut bermasalah atau dhaif, namun setidaknya fakta di lapangan hampir menunjukkan seperti itu. Sehingga Syaikh al-Albani setelah mendhaifkan hadis tersebut berkomentar, namun secara makna, kaum muslimin hampir mengalaminya, sebagiannya sudah nampak dalam realita kehidupan umat islam.” (Silsilah al-Dhaifah 4/411)

 

Begitupun Syaikh Bin Baz, "Hadis ini diriwayatkan dari Ali semoga Allah meridhainya, tentang keshahihannya perlu ditinjau kembali, namun maknanya shahih karena di akhir zaman banyak yang berubah dan tidak tersisa dari islam kecuali namanya saja … (https://binbaz.org.sa)

 

TIDAK TERSISA DARI ISLAM KECUALI NAMANYA. Tidak tersisa dari islam, yakni syi’ar-syi’arnya. Kecuali namanya, yakni kecuali sesuatu yang nama islam melekat digunakan padanya seperti shalat, zakat, dan haji. Atau kecuali mengetahuinya, adapun mengamalkannya tidak. (Mura’at al-Mafatih 1/820)

 

Pernyataan tersebut sesuai dengan sabda Nabi saw dalam hadis yang shahih,

 

«بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا، وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ»

 

“Islam itu permulaannya asing, dan akan kembali asing sebagaimana permulaannya, maka bergembiralah bagi orang asing.” (HR Muslim no. 232). 


Dalam riwayat lainnya,

 

فَقِيلَ: مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: " أُنَاسٌ صَالِحُونَ، فِي أُنَاسِ سُوءٍ كَثِيرٍ، مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ " مسند أحمد ط الرسالة (11/ 231)

 

Siapa ghuraba itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Manusia yang berbuat kemalsahatan, ketika kebanyakan manusia berbuat kejelekan, orang yang maksiat lebih banyak daripada yang taat. (HR. Ahmad no. 6650, shahih)

 

Abu Isa al-Tirmidzi berkata: kegembiraan bagi orang asing, orang yang melakukan perbaikan ketika orang-orang melakukan kerusakan setelahku dari sunnahku. (al-Ahkam al-Syar’iyyah al-Isybili 4/496)

 

Ibnu al-Atsir dalam al-Nihayah berkata, “Islam pada permulaannya seperti asing yang tidak ada yang memilikinya, karena sedikitnya kaum muslimin waktu itu, dan akan kembali asing sebagaimana permulannya, yakni kaum muslimin sedikit di akhir zaman, menjadi seperti asing, maka kebahagiaan bagi orang asing, yakni surge bagi mereka kaum muslimin yang berada di permulaan islam dan berada di akhir zaman. Dan tiada lain dikhususkannya itu karena kesabaran mereka atas gangguan orang kafir, baik di awal maupun di akhir, dan keistiqomahan mereka dalam memegang agama islam. (Tahqiq Sunan Ibnu Majah 5/125)

 

Dalam hadis lain, ajaran islam akan hilang satu-persatu dan yang petama kali hilang adalah hokum islam. Sebagaimana dalam hadis berikut.

 

لَتُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً، فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا، وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ .

 

Ikatan islam akan terputus satu-persatu, setiap kali ikatan terputus umat islam akan berpegang kepada ikatan berikutnya, yang pertama terputus adalah hokum, dan terakhir adalah shalat. (HR. Ahmad no 22160, shahih).

 

Berdasarkan hadis tersebut, jangan aneh kalau dalam urusan politik sangat sulit membawa nama islam. Karena dengan politik salah satunya hokum islam bisa ditegakkan dengan sempurna. Hal ini sangat ironi, karena kita berada di negara mayoritas muslim. Sehingga ada apa dengan islamnya? Atau bagaimana kualitas keislamannya? Kalau hokum yang diperintahkan agamanya saja tidak diindahkan penganutnya. 


Padahal Allah swt berfirman dengan tegas:

 

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ [المائدة: 44] وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ [المائدة: 45] وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ [المائدة: 47].

 

Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang KAFIR. (44). Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang ZALIM. (45) Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang FASIK. (47). (Qs. Al-Maidah: 44, 45, 47)

 

Usaha untuk bisa memberlakukan hokum islam di negeri ini masih belum usai dan perlu perjuangan yang masih panjang. Terutama pemahaman yang mendalam dan merata dari umat islamnya sendiri. Karena bagaimana mungkin hokum islam mau ditegakkan, kalau umat islam sendiri tidak faham bahkan menolaknya. Dan mereka berani menolak,  karena memang kualitas ilmu dan keimanannya masih rendah. 

 

Belum lagi dengan tantangan dan perlawanan dari islamophobia, mereka sangat berani menunjukkan permusuhan atau ketidaksukaan terhadap hal-hal yang berbau islam. Sehingga sejak lama M. Natsir telah mengatakan, “Islam beribadah, akan dibiarkan, Islam berekonomi, akan diawasi, Islam berpolitik, akan dicabut seakar-akarnya”.

 

Lenyapnya ajaran islam secara keseluruhan di akhir zaman digambarkan dalam hadis berikut:

 

يَدْرُسُ الْإِسْلَامُ كَمَا يَدْرُسُ وَشْيُ الثَّوْبِ، حَتَّى لَا يُدْرَى مَا صِيَامٌ وَلَا صَلَاةٌ وَلَا نُسُكٌ وَلَا صَدَقَةٌ. سنن ابن ماجه (5/ 173)

 

Warna Islam akan luntur seperti lunturnya warna pakaian, sehingga tidak diketahui apa itu shaum, shalat, sembelihan, dan shadaqah. (HR. Ibnu Majah no. 4049, shahih).

 

TIDAK TERSISA DARI AL-QURAN KECUALI TULISANNYA. Tidak tersisa dari al-Quran, yakni adab-adabnya dan ilmu-ilmunya. Kecuali namanya, yakni atsarnya yang nampak seperti membaca lafazhnya, menulisnya, melalui tulisan dan kebiasaan, bukan dengan cara yang menghasilkan ilmu dan ibadah. Dikatakan juga: bahwa yang dimaksud dengan tulisan al-Quran adalah memperbagus huruf dan menjaga lafazh, memperbagus suara padanya tanpa mentafakuri maknanya, tanpa melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangannya. (Mura’at al-Mafatih 1/820)

 

Kekhawatiran Rasulullah saw bahwa umatnya akan jauh dari al-Quran pernah disampaikan dalam hadisnya yang lain:

 

إِنِّي أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي اثْنَتَيْنِ: الْقُرْآنَ وَاللَّبَنَ، أَمَّا اللَّبَنُ فَيَتَّبِعُونَ الزَّيْفَ وَيَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ وَيَتْرُكُونَ الصَّلَوَاتِ، وَأَمَّا الْقُرْآنُ فَيَتَعَلَّمُهُ الْمُنَافِقُونَ فَيُجَادِلُونَ بِهِ الْمُؤْمِنِينَ.

 

Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah dua perkara: al-Quran dan al-Laban. Al-Laban adalah mengikuti yang palsu, mengikuti syahwat, dan meninggalkan shalat. Adapun al-Quran dipelajari oleh orang munafiq lalu menyerang orang beriman dengannya. (HR. Ahmad no. 17421, shahih lighairih)

 

Yang membaca al-Quran itu ada 3 golongan: Mukmin, Munafiq, Fajir. Basyir berkata: aku bertanya kepada al-Walid, siapakah mereka 3 golongan itu? Jawabnya, Munafiq dia kafir, fajir mencari makan dengannya, mukmin dia beriman kepadanya. (HR. al-Hakim 2/406, shahih)

 

MASJID MEREKA PADA HARI ITU MEGAH, NAMUN KOSONG DARI PETUNJUK. Masjid mereka megah, yakni bangunannya tinggi, dindingnya bermotif, memiliki banyak lampu dan permadani. Dia kosong dari petunjuk, yang dimaksud dengan masjidnya megah adalah megah bangunannya secara zhahir dan karena kaadaan. (Mura’at al-mafatih 1/820)

 

Kosong dari petunjuk, yaitu mengandung dua makna: pertama, masjid kosong dari pemberi petunjuk yang orang-orang mendapat petunjuk dengan petunjuknya dalam mengenal agama dan menunjukkan mereka ke jalan yang baik. Kedua, kosongnya karena adanya petunjuk kepada kejelekan yang menyesatkan manusia dengan bid’ah dan kesesatan mereka, dan menyebut mereka dengan pemberi petunjuk sebagai bentuk ejekan, dan di akhir kalimat ini dengan cara isti’naf (memulai kembali) untuk menjelaskan alasannya dengan perkataan (ulama mereka manusia paling jelek di kolong langit). (Muraqat al-Mafatih 1/338)

 

{إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (18)} [التوبة: 18]

 

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At-Taubah: 18)

 

Said Hawa berkata “Sesungguhnya kembali ke masjid, menghidupkan masjid dengan ilmu dan dzikir dan mengikat umat islam dengan halaqah ilmu di dalamnya merupakan aktivitas pertama untuk menghidupkan islam.” (Jundullah Tsaqafah wa Akhlaq, Said Hawa, hlm. 160)

 

Agar masjid menjadi pusat pembinaan umat, perlu ada inovasi dan terobosan baru, khususnya untuk memikat genarasi muda agar mereka tertarik untuk memakmurlkan masjid. Beberapa masjid modern bisa dijadikan percontohan, seperti Masjid Jogokariyan dan Masjid Sejuta Pemuda di Sukabumi.

 

ULAMA-ULAMA MEREKA MANUSIA PALING JELEK DI KOLONG LANGIT, DARI SISI MEREKA KELUAR FITNAH DAN KEPADA MEREKA KEMBALI. Akhir-akhir ini seringkali kita temukan orang-orang nyeleneh yang mengaku Nabi, mengaku bisa berkomunikasi dengan Malaikat, dan sebagainya. Mereka sangat jelas penyimpangannya, namun selalu ada bahkan banyak pengikutnya. Padahal Allah swt telah mengingatkan kesesatan mereka dengan siksaan yang sangat pedih.

 

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا ؛  وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا ؛  رَبَّنَا ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

 

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (QS. Al-Ahzab : 66-68)

 

وإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ  ؛  قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ 

 

Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?"  Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba- (Nya)". (QS. Al-Mu’min : 47-48)

 

Mereka akan muncul ketika para ulama yang lurus sudah wafat, sehingga yang tersisa adalah orang-orang yang tidak berilmu dan mereka berfatwa berdasarkan hawa nafsunya.

 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.

 

Sesuangguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu secara sakaligus dari seorang hamba, tetapi dicabutnya ilmu dengan diwafatkannya ulama dengan diwafatkannya ulama, sehingga apabila tidak tersisa orang yang berilmu, orang-orang akan menjadikan pemimpin orang yang bodoh, lalu ditanya dan memberi fatwa bukan dengan ilmu, maka dia sesat dan menyesatkan. (HR. al-Bukhari no. 100)

 

Semoga kita semua mampu menjaga islam dengan keistiqomahan, dengan berpegah teguh kepada al-Quran dan as-Sunnah, senantiasa memakmurkan masjid dan menjadikan masjid sebagai pusat peradaban, selalu belajar, cinta kepada ilmu dan dekat dengan para ulama yang lurus.

 

Dalam Analisa seorang ulama, hilangnya islam tidak lepas dari sejauh mana perhatian umat terhadap ilmu. Sebagaimana disebutkan dalam pernyataan berikut.

 

ذِهَابُ الإِسْلاَمِ مِنْ أَرْبَعَةٍ لاَ يَعْملُوْنَ بِمَا يَعْلَمُوْنَ، وَيَعْمَلُوْنَ بِمَا لاَ يَعْلَمُوْنَ، ولا يتعلمون مالا يَعلَمُوْنَ، وَيَمنَعُوْنَ النَّاسَ مِنَ العِلْمِ-(سير أعلام النبلاء 14/525)

 

Hilangnya islam disebabkan 4 perkara: 1] tidak mengamalkan ilmu, 2] beramal tanpa ilmu, 3] tidak mau belajar ilmu, 4] menghalangi orang-orang dari belajar ilmu. (Siyar A’lam al-Nubala 14/252)

 

 

Lembang, 30 Agustus 2024

 

 

@ Ahmad Wandi Lembang

 

@ SDIT Istiqomah Lembang

 

Artikel ahmadwandilembang.com

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024 Artikel Terbaru Ke - 227 Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com) Pada hari Senin-Selasa,...