| KEMERDEKAAN INDONESIA, UNTUK KEMERDEKAAN PALESTINA |
KEMERDEKAAN INDONESIA, UNTUK KEMERDEKAAN PALESTINA
Artikel Terbaru Ke - 235
Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com)
“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.” (Ir. Soekarno, 1962)
Setiap tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia
dari Sabang sampai Merauke bersatu merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
Republik Indonesia. Tahun 2025 ini, bangsa kita memperingati HUT RI
ke-80—sebuah usia yang menandai perjalanan panjang penuh suka duka dalam
mempertahankan kemerdekaan, membangun negeri, serta menjaga marwah bangsa di
mata dunia.
Namun, kemerdekaan yang kita rayakan ini bukanlah
hanya milik kita sendiri. Bung Karno, Proklamator sekaligus Presiden pertama
Republik Indonesia, sejak awal mengingatkan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia
memiliki misi universal: menentang segala bentuk penjajahan di muka
bumi, termasuk penjajahan Israel atas Palestina. Kutipan Bung Karno pada tahun
1962 menjadi saksi sejarah bahwa dukungan Indonesia terhadap Palestina bukanlah
sikap politik sesaat, melainkan amanat ideologis dan konstitusional.
Kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah, melainkan hasil perjuangan berdarah selama berabad-abad melawan kolonialisme. Bangsa kita mengalami penderitaan panjang di bawah kekuasaan penjajah Belanda, Jepang, dan sebelum itu berbagai ekspedisi kolonial yang merampas tanah, sumber daya, dan martabat bangsa.
Saat Proklamasi 17 Agustus 1945 dikumandangkan oleh
Soekarno-Hatta, itulah momen puncak penegakan harga diri bangsa. Namun
Bung Karno sadar, kemerdekaan ini bukan hanya untuk Indonesia. Dalam
pidato-pidatonya, ia selalu menegaskan bahwa Indonesia berdiri dalam garis
depan perlawanan terhadap kolonialisme global.
Hal itu sejalan dengan Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.”
Dengan demikian, sejak awal berdiri, Indonesia
mengemban amanat konstitusional untuk menentang segala bentuk penjajahan di
dunia, termasuk penjajahan Israel terhadap Palestina.
Dukungan Indonesia kepada Palestina bukan hanya
retorika. Secara historis, Palestina adalah salah satu pihak yang pertama kali
mendukung kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1944, sebelum Proklamasi, Mufti
Besar Palestina, Syekh Muhammad Amin al-Husaini, melalui siaran radio di
Timur Tengah menyerukan dukungan penuh bagi kemerdekaan Indonesia. Dukungan ini
menjadi modal moral besar bagi bangsa kita yang baru lahir.
Sebaliknya, Indonesia pun konsisten berdiri di
barisan depan mendukung Palestina. Pada Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di
Bandung, Soekarno menjadikan Palestina sebagai salah satu isu penting.
Kemudian, dalam Konferensi Gerakan Non-Blok (GNB) 1961, Indonesia
kembali mengangkat aspirasi rakyat Palestina.
Kutipan Soekarno tahun 1962—“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel”—menjadi bukti komitmen tak tergoyahkan itu. Bung Karno sadar, kemerdekaan Indonesia akan kehilangan maknanya bila membiarkan bangsa lain hidup dalam penindasan.
Tahun 2025 ini, Indonesia memasuki usia 80 tahun
kemerdekaan. Usia yang matang, penuh pengalaman, dan seharusnya semakin
teguh dalam memimpin isu-isu kemanusiaan global.
Perayaan kemerdekaan bukan hanya pesta bendera,
lomba rakyat, atau parade militer. Lebih dari itu, peringatan HUT RI ke-80
harus menjadi momentum refleksi nasional:
- Apakah kita sudah mengisi kemerdekaan sesuai amanat para pendiri
bangsa?
- Apakah kita tetap konsisten menentang penjajahan dalam bentuk
apapun?
- Apakah kita berani bersuara lantang mendukung Palestina, meskipun
menghadapi tekanan internasional?
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah. Kemerdekaan Indonesia lahir dari solidaritas bangsa-bangsa lain, termasuk Palestina. Karena itu, kita punya kewajiban moral, politik, dan spiritual untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Bung Karno bukan hanya seorang proklamator, tapi
juga visioner global. Ucapan beliau tahun 1962 masih sangat relevan
hingga kini. Israel masih menduduki tanah Palestina, Gaza masih menderita
akibat blokade, ribuan nyawa tak berdosa masih melayang.
Generasi Indonesia hari ini, khususnya kaum muda,
harus mewarisi semangat Bung Karno: tidak pernah menyerah melawan penjajahan.
Solidaritas untuk Palestina tidak boleh berhenti pada slogan, tapi diwujudkan
dalam:
- Dukungan diplomasi internasional.
- Gerakan kemanusiaan (donasi, bantuan medis, pendidikan).
- Advokasi di forum dunia.
- Edukasi publik agar isu Palestina tidak tenggelam.
Indonesia tidak bisa berjuang sendirian. Dukungan
terhadap Palestina harus diinternasionalisasikan. Pada HUT RI ke-80 ini,
Indonesia harus memimpin ajakan kepada dunia. Indonesia punya posisi strategis
sebagai negara demokrasi terbesar di dunia Islam, anggota G20, sekaligus bangsa
yang dihormati karena sejarah perlawanan kolonialismenya. Posisi ini harus
digunakan untuk menggaungkan Palestina di setiap forum internasional.
Perayaan HUT RI ke-80 bukan sekadar seremonial. Ia
harus menjadi panggilan perjuangan. Ada beberapa langkah nyata yang bisa
dilakukan rakyat Indonesia untuk mendukung Palestina:
- Menghidupkan Kesadaran Publik. Melalui
pendidikan, media, dan dakwah, isu Palestina harus tetap hidup di hati
rakyat.
- Gerakan Kemanusiaan. Rakyat
Indonesia bisa menyalurkan bantuan melalui lembaga-lembaga terpercaya
untuk meringankan penderitaan rakyat Palestina.
- Diplomasi Rakyat. Tidak hanya
pemerintah, masyarakat sipil, ormas, mahasiswa, hingga komunitas diaspora
Indonesia harus bersuara untuk Palestina di tingkat internasional.
- Doa dan Solidaritas Spiritual. Sebagai
bangsa beriman, kita meyakini bahwa doa adalah senjata yang tak kalah
kuat. Dukungan doa untuk rakyat Palestina harus selalu dipanjatkan di
masjid, majelis taklim, dan rumah-rumah kita.
Kemerdekaan Indonesia tidak diraih dengan mudah.
Begitu pula kemerdekaan Palestina. Jalan mereka masih panjang, penuh darah dan
air mata. Namun sejarah membuktikan: tiada penjajahan yang abadi.
Indonesia harus terus memberi contoh bahwa perjuangan panjang pasti berbuah manis. Pesan kepada rakyat Palestina adalah: jangan pernah menyerah. Dan pesan untuk bangsa Indonesia sendiri adalah: jangan pernah berhenti mendukung Palestina.
Perayaan 80 tahun kemerdekaan Indonesia
harus dimaknai lebih dari sekadar pesta rakyat. Ia adalah momentum untuk
meneguhkan kembali cita-cita universal bangsa Indonesia: menentang
segala bentuk penjajahan di muka bumi.
Kutipan Bung Karno tahun 1962 seakan menggema kembali:
“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.”
Kalimat ini bukan hanya pesan sejarah, tapi juga janji
perjuangan yang harus terus kita hidupkan. Rakyat Indonesia tidak boleh
diam. Dunia internasional harus diajak bergerak. Dan Palestina harus terus
diperjuangkan sampai mereka merdeka di tanah airnya sendiri.
Maka, mari jadikan Perayaan Kemerdekaan
Indonesia ke-80 sebagai momentum untuk berteriak lebih lantang: Merdeka
untuk Indonesia, Merdeka untuk Palestina!
Lembang, 29 Shafar 1447 H/ 23 Agustus
2025
Artikel ahmadwandilembang.com
=========
Dapatkan update artikel islam setiap
harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di WhatsApp "Kajian
AWAL Official", caranya klik link https://bit.ly/Awalofficial,
silahkan sebarkan, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar