4 AMALAN PAHALANYA SETARA DENGAN IBADAH HAJI - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Jumat, 10 Mei 2024

4 AMALAN PAHALANYA SETARA DENGAN IBADAH HAJI

 

4 AMALAN PAHALANYA SETARA DENGAN IBADAH HAJI
4 AMALAN PAHALANYA SETARA DENGAN IBADAH HAJI (GAMBAR: PIXABAY)


 

Artikel terbaru ke 207

 

Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com)

 

 

Bagi orang yang tidak jadi melaksanakan ibadah haji tahun ini, padahal semua persyaratan sudah dipenuhi, jangan khawatir dan putus asa dari rahmat Allah swt. Mungkin inilah rencana Allah swt yang terbaik untuk kita dan hendaklah menyadari bahwa berangkat atau tidaknya ibadah haji adalah ketentuan dari-Nya.

 

Orang yang sudah berniat haji tahun ini insya Allah pahalanya sudah Allah tetapkan. Sahabat Jabir pernah berkata, "Kami pernah ikut berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu peperangan, ketika itu beliau bersabda: "Ada beberapa orang laki-laki di Madinah yang mereka tidak ikut serta dalam peperangan, biasanya jika kalian pergi berperang sedangkan kalian melewati suatu lembah, mereka tetap turut bersama-sama kamu, namun mereka sekarang terhalang karena sakit." (HR. Muslim No. 5041)

 

Dalam lafaz lain disebutkan, “…. Namun mereka bersama kalian di dalam mendapatkan pahalanya karena udzur telah menghalangi mereka.” (HR. Ibnu Majah no. 2675, shahih)

 

Begitu pun bagi sahabat yang belum mendapatkan panggilan untuk ibadah mulia ini, jangan pernah menyerah dan berputus asa. Karena sangat mudah bagi Allah swt untuk memampukan hamba-Nya memenuhi undangan-Nya ke Baitullah. Semoga kita semuanya diberi kemudahan dan kemampuan untuk memenuhi undangan-Nya. Amien

 

Nah, sebelum kita mendapatkan panggilan ibadah haji, ternyata ada beberapa amalan yang tak kalah mulia dan istimewa, karena amalan-amalan ini menurut informasi dari Nabi saw, pahalanya setara dengan pahala ibadah haji. Apa saja amalan tersebut? Yuk kita simak uraiannya.

 

1.  UMRAH DI BULAN RAMADHAN

 

Ibnu Abbas menceritakan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada seorang wanita dari kalangan Anshar, “Apa yang menghalangimu untuk melaksanakan haji bersama kami?" wanita itu menjawab, "Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali dua ekor Unta, yang satu ekor dipakai suamiku pergi haji bersama anaknya sedangkan yang satu lagi ia tinggalkan agar dipakai menyiram kebun." Beliau bersabda: "Kalau bulan Ramadlan tiba, maka tunaikanlah umrah, sebab umrah di bulan Ramadlan menyamai ibadah haji.” (HR. Muslim no. 3097)

 

2.  SHALAT BERJAMA’AH DI MASJID

 

 

Dari Abu Umamah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang haji yang sedang ihram, dan barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk melaksanakan shalat Dluha, dia tidak mempunyai niat kecuali itu, maka pahalanya seperti orang yang sedang umrah. Dan menunggu shalat hingga datang waktu shalat yang lain yang tidak ada main-main di antara keduanya, maka pahalanya ditulis di 'Iliyyin."  (HR. Abu Dawud no. 558, shahih)

 

Dari Abu Umamah, dari nabi saw, beliau bersabda,“Barangsiapa berjalan menuju shalat wajib berjamaah maka ia seperti melaksanakan haji. Dan barangsiapa berjalan menuju shalat sunat maka ia seperti melaksanakan umrah yang sempurna.” (HR. al-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir 8/127 no. 7578, shahih)

 

3.  MEMPERBANYAK DZIKRULLAH

 

Dari Abu Hurairah berkata: Pernah datang para fuqara kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: "Orang-orang kaya, dengan harta benda mereka itu, mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi, juga kenikmatan yang abadi. Karena mereka melaksanakan shalat seperti juga kami melaksanakan shalat.      shaum sebagaimana kami juga shaum. Namun mereka memiliki kelebihan disebabkan harta mereka, sehingga mereka dapat menunaikan 'ibadah haji dengan harta tersebut, juga dapat melaksanakan 'umrah bahkan dapat berjihad dan bersedekah."

 

Maka beliau pun bersabda: "Maukah aku sampaikan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian ambil (sebagai amal ibadah) kalian akan dapat melampaui (derajat) orang-orang yang sudah mengalahkan kalian tersebut, dan tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian dengan amal ini sehingga kalian menjadi yang terbaik di antara kalian dan di tengah-tengah mereka kecuali bila ada orang yang mengerjakan seperti yang kalian amalkan ini. 


Yaitu kalian membaca tasbih (Subhaanallah), membaca tahmid (Alhamdulillah) dan membaca takbir (Allahu Akbar) setiap selesai dari shalat sebanyak tiga puluh tiga kali."

 

Kemudian setelah itu di antara kami terdapat perbedaan pendapat. Di antara kami ada yang berkata: "Kita bertasbih tiga puluh tiga kali, lalu bertahmid tiga puluh tiga kali, lalu bertakbir puluh tiga empat kali." Kemudian aku kembali menemui Beliau, lalu beliau bersabda: "Bacalah 'Subhaanallah walhamdulillah wallahu Akbar' hingga dari itu semuanya berjumlah tiga puluh tiga kali."  (HR. al-Bukhari no. 843)

 

Dalam riwayat lain diterangkan: “Tidak lama kemudian para fuqara' Muhajirin kembali ke Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan seperti itu!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya!"  (HR. Muslim  no. 1375)

 

4.  MENGHADIRI MAJELIS ILMU DI MASJID

 

«مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُرِيدُ إِلَّا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ»

 

“Siapa yang berangkat ke masjid hanya untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, diberikan pahala seperti pahala ibadah haji yang sempurna hajinya.” (HR At-Thabarani, al-Mu’jam al-Kabir 8/94, no. 7473, shahih).

 

Demikian beberapa amalan yang dapat dijadikan alternative sebelum kita mendapatkan panggilan ibadah haji atau belum diberikan kemampuan untuk memenuhi panggilannya. Semoga bermanfaat!

 

 

***

 

Dalam masalah ini ada juga keterangan-keterangan yang bersumber dari hadis dhaif yang tidak bisa dijadikan landasan untuk beramal. Antara lain sebagai berikut:

 

1.  SHALAT ISYRAQ

 

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ.

 

Dari Anas bin Malik dia berkata: Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang shalat subuh berjama'ah kemudian duduk berdzikir sampai matahari terbit yang dilanjutkan dengan shalat dua raka'at, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah." dia (Anas radliallahu 'anhu) berkata: Rasulullah bersabda: "Sempurna, sempurna, sempurna."  (HR. al-Tirmidzi, al-Jami’ al-Shahih al-Tirmidzi, 2/481 no. 586)

 

Pada sanad hadis ini terdapat seorang rawi dengan kunyah Abu Zhilal. Namanya adalah Hilal bin Maimun. Al-Mundziri berkata, “Sebagian rawinya (hadis ini) diperselisihkan.” Saya bertanya kepada al-Bukhari mengenai Abu Zhilal, “Ia muqarib al-hadits.” Muhammad al-Bukhari berkata, “Namanya Hilal bin Abu hilal atau Ibnu Abi Malik atau Ibnu Maimun.” Ada yang mengatakan nama lainnya untuk bapaknya. Al-Dzahabi berkata, “Hilal bin Maimun adalah Hilal bin Abu Suwaid kawan Anas bin Malik.” Ibnu main berkata, “Dhaif laisa bi syaiin (bukan siapa-siapa).” Al-Nasai dan al-Azdi berkata, “Dhaif.” Ibnu Adi berkata, “Semua riwayatnya tidak diikuti oleh rawi-rawi yang tsiqat.” Ibnu Hibban berkata, “Mugfil (orang yang lalai) sama sakali tidak dapat dijadikan hujjah.” Al-Bukhari berkata, “Ia memiliki hadis-hadis munkar.” Di dalam al-Kuna ia berkata, “Ia wahin (meragukan).” (Tuhfat al-Ahwadzi 3/195)

 

2.  IBADAH JUMAT ADALAH HAJINYA ORANG MISKIN

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْجُمُعَةُ حَجُّ الْمَسَاكِينَ

 

Dari Ibnu Abbas, ia berkata, telag bersabda Rasulullah saw, “Jumat itu haji bagi orang-orang miskin.” (HR. al-Qadha’I 1/81 np. 78, al-Dailami 2/116 no. 2614)

 

Hadis ini dhaif karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama Isa bin Ibrahim al-Hasyimi, Imam al-Bukhari dan al-nasai berkata, “Munkar al-hadits.” Yahya bin Main berkata, “Laisa bi syaiin.” Abu Hatim berkata, “Matruk al-hadits.” (lihat, Mizan al-I’tidal 3/308)

 

Oleh karena itu, Imam Ibnu Hajar mengatakan, “Dhaif jiddan.” (lihat, Tuhfat al-Labib bi man takallama fi him al-Hafizh Ibnu Hajar bim ruwat fi ghair al-Taqrib, 2/386 no. 931)

 

3.  MENOLAK HARTA HARAM

 

عن ابن عُمر، قال: قال رسول الله صَلى الله عَليه وسَلم: لَرَدُّ دَانِقٍ مِنْ حَرَامٍ يَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ سَبْعِينَ أَلْفِ حَجَّةٍ

 

Dari Abdullah bin Umar, “Menolak seper enam dirham dari yang haram itu di sisi Allah sebanding dengan 70 ribu haji.”

 

Hadis ini maudhu, karena ada rawi yang bernama ishaq bin Wahb al-Thuhurmusy. Al-Daraquthni berkata, “Kadzdzab (pendusta), Matruk, sering menceritakan hadis-hadis yang batil.” Ibnu Hibban berkata, “Yadha’u al-hadits (sering memalsukan hadis) secara jelas.” (Lisan al-Mizan 1/378)

 

4.  BERBUAT BAIK KEPADA KEDUA ORANG TUA

 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي أَشْتَهِي الْجِهَادَ، وَإِنِّي لَا أَقْدِرُ عَلَيْهِ، فَقَالَ: «هَلْ بَقِيَ أَحَدٌ مِنْ وَالِدَيْكَ؟» قَالَ: أُمِّي قَالَ: «فَأَبْلِ اللَّهَ عُذْرًا فِي بِرَّهَا، فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ وَمُعْتَمِرٌ وَمُجَاهِدٌ، إِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ، فَاتَّقِ اللَّهَ وَبِرَّهَا»

 

Dari Anas bin Malik, ia berkata, seseorang mendatangi Nabi saw, lalu ia berkata, “Sesungguhnya aku sangat menginginkan jihad, sedangkan aku tidak sanggup untuk merealisasikannya.” Nabi saw bertanya, “Apakah masih ada salah satu dari orangtuamu?” Ia menjawab, “Ya ada ibuku.” Nabi saw bersabda, “maka mintalah kepada Allah untuk bisa berbuat baik kepadanya. Jika engkau berbuat hal itu, maka engkau itu bagaikan orang yang berhaji, melaksanakan umrah dan mujahid. Apabila ibumu ridha, maka bertaqwalah kepada Allah dan berbuat baiklah kepadanya.” (HR. al-Thabrani dalam al-Ausath 3/199 no. 2915, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman 10/250 no. 7451, Abu ya’la dalam musndanya 5/143 no. 2760)

 

Imam al-Thabrani berkata, “Tidak meriwayatkan hadis ini dari al-Hasan kecuali Maimun bin Najih, Ibrahim bin al-Hajjaj menyendiri menerima dari Maimun bin Najih. Dan tidak diriwayatkan dari Anas kecuali dengan sanad ini.”

 

Hadis ini dhaif karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama Maimun bin Najih Abu al-Hasan al-Naji. Ibnu Hibban berkata, “Yukhtiu (ia sering berbuat salah).” (Lihat, al-Tsiqat 7/471 no. 11002)

 

5.  MEMBACA SURAT YASIN

 

عَنِ أَبِيْ بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " سُورَةُ يس فِي التَّوْرَاةِ تُدْعَى الْمُعِمَّةَ " قِيلَ: مَا الْمُعِمَّةُ؟ قَالَ: " تَعِمُّ صَاحِبَهَا بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَتُكَابِدُ عَنْهُ بَلْوَى الدُّنْيَا، وَتَدْفَعُ عَنْهُ أَهْوَالَ الْآخِرَةِ، وَتُدْعَى الْمُدَافِعَةَ الْقَاضِيَةَ تَدْفَعُ عَنْ صَاحِبِهَا كُلَّ سُوءٍ، وَتَقْضِي لَهُ كُلَّ حَاجَةٍ مَنْ قَرَأَهَا عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِينَ حَجَّةً، وَمَنْ سَمِعَهَا عَدَلَتْ لَهُ أَلْفَ دِينَارٍ فِي سَبِيلِ اللهِ، مَنْ كَتَبَهَا ثُمَّ شَرِبَهَا أَدْخَلَتْ جَوْفَهُ أَلْفَ دَوَاءٍ وَأَلْفَ نُورٍ وَأَلْفَ يَقِينٍ وَأَلْفَ بَرَكَةٍ وَأَلْفَ رَحْمَةٍ، وَنَزَعَتْ عَنْهُ كُلَّ غِلٍّ وَدَاءٍ " " تَفَرَّدَ بِهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ هَذَا عَنْ سُلَيْمَانَ، وَهُوَ مُنْكَرٌ "

 

Dari Abu Bakar al-Shiddiq ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Surat Yasin dalam Taurat disebut al-Mu’immah.” Dikatakan apa itu al-Mu’immah? Beliau menjawab, “Akan meliputi kebaikan dunia dan akhirat bagi shahibnya serta akan menahan musibah dunia baginya. Dan akan menolak (menahan) kedahsyatan-kedasyatan akhirat. Surat Yasin juga disebut al-Mudfa’ah al-Qadhiyah yang akan menolak bagi shahibnya setiap kejelekan serta akan menunaikan semua keperluannya. Barang siapa mendengar bacaan surat Yasin, ia akan diberi ganjaran 20 dinar di jalan Allah. Barang siapa yang membacanya diberi ganjaran kepadanya lansana ganjaran 20 kali melakukan ibadah haji. Barang siapa yang menuliskannya kemudian ia meminum airnya maka akan dimasukkan ke dalam rongga dadanya seribu keyakinan, seribu cahaya, seribu berkah, seribu rahmat, seribu rizki, dan dicabut (dihilangkan) segala macam kesulitan dan penyakit.” (HR. al-baihaqi dalam Syu’ab al-Iman 2/966)

 

Hadis ini dhaif, karena ada rawi yang bernama Sulaiman bin Mirqa al-Junadi. Al-Uqaili berkata, “Munkar al-hadits.” (Lihat, Mizan al-I’tidal 2/222)

 

Sedangkan mengenai Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Bakar al-Judani. Imam al-Bukhari berkata, “Munkar al-Hadits.” (Lihat, Tahdzib al-Kamal 9/292).

 

Demikian beberapa amalan yang dianggap pahalanya setara dengan ibadah haji. Namun karena bersumber dari hadis yang dhaif, maka tidak bisa diyakini dan dijadikan dasar untuk diamalkan. Wallahu a’lam bi al-shawwab!

 

 Lembang, 10 Mei 2024

 

@ Ahmad Wandi Lembang

 

@ SDIT Istiqomah Lembang

 

Artikel ahmadwandilembang.com

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024 Artikel Terbaru Ke - 227 Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com) Pada hari Senin-Selasa,...