CATATAN HARDIKNAS 2024 - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Senin, 20 Mei 2024

CATATAN HARDIKNAS 2024

 


 

CATATAN HARDIKNAS 2024
CATATAN HARDIKNAS 2024

Artikel terbaru ke 203

 

Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandi.blogspot.com)

 

Setiap tanggal 02 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS). Sesuai dengan kelahiran Ki Hajar Dewantara. Sebab, Ki Hajar Dewantara mempunyai peran penting dalam kemajuan pendidikan Indonesia. Pada masa kolonial Belanda, Ki Hajar Dewantara terus memperjuangkan pendidikan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah telah menetapkan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

 

Perjuangan Ki Hadjar Dewantara melawan sistem kolonialisme melalui pendidikan mengantarkannya pada pengasingan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Namun, semangatnya tak pernah padam. Sekembali dari pengasingan, beliau mendirikan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang populer berlandaskan filosofi “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”.

 

“Ing ngarso sung tulodo” (pendidik memberikan teladan), “in madyo mangun karso” (pendidik selalu berada di tengah, terus memulai dan memotivasi), dan “tut wuri handayani” (pendidik selalu mendukung dan mendorong peserta didik untuk maju).

 

Dari filosofi tersebut setidaknya dapat difahami, bahwa menjadi pendidik bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi memberikan uswah hasanah, teladan kebaikan kepada siswa dan masyarakat sekitar. Kemudian pendidik harus menerapkan pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi individu peserta didik agar mereka dapat mengoptimalkan bakat dan kemampuan masing-masing. Terakhir, pendidik harus menjadi inspirator bagi peserta didik, selalu menjadi motivator agar terus berkembang sesuai masa dan perkembangan zaman.

 

Melihat filosofi tersebut, bahwa pendidikan bukan sekedar pengajaran, transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan akademis, tetapi sesuai dengan makna mendidik itu sendiri, seorang pendidik mesti membentuk kepribadian, nilai-nilai, dan keterampilan sosial melalui bimbingan dan keteladanan.

 

Pendidikan yang mahal hari ini adalah keteladanan. Sementara keteladanan adalah metode pendidikan yang utama. Menurut Abdullah Nashih Ulwan, pakar Pendidikan islam, bahwa dalam pendidikan ada beberapa metode: 1] Tarbiyah bil qudwah (dengan contoh), 2] Tarbiyah bil adah (pembiasaan), 3] Tarbiyah bil mau’izhah (nasihat), 4] Tarbiyah bil mulahazah (pengawasan), 5] Tarbiyah bil uqubah (sanksi).

 

Tarbiyah bil qudwah, yaitu mendidik dengan cara memberikan keteladanan dan memperlihatkan contoh yang baik. Karena disadari atau tidak, setiap yang dilakukan oleh seseorang, akan ditiru dan dicontoh oleh orang lain, terutama oleh murid dan anak. Dan tak dapat dipungkiri, mendidik dengan memberi teladan yang baik sangat memberikan pengaruh yang besar pada hati dan jiwa seorang anak.

 

Kesungguhan dalam mendidik dibuktikan dengan memberikan keteladanan, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah . Allah berfirman,

 

{وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ}

 

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)

 

 {لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}

 

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21)

 

Beliau memberi contoh yang baik dalam segala hal, baik dalam beribadah maupun dalam bermuamalah. Al-Mughirah bin Syu’bah menyebutkan, Rasulullah shalat malam sampai telapak kakinya bengkak-bengkat, ketika ditanya, bukankah dosa engkau yang dulu dan akan datang telah diampuni? Beliau menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang rajin bersyukur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Alangkah indahnya umat islam, laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak muda, terutama para da’i dan para pendidik, baik di lingkungan pendidikan formal, non formal, maupun informal, dari yang pertama dan utama (keluarga), sampai level perguruan tinggi, semuanya menyadari urgensi keteladanan ini, sehingga semuanya berbondong-bondong untuk menerapkan pendidikan bil qudwah, memberi contoh yang baik antara satu dengan yang lainnya.

 

Menuurt Abdullah Nashih Ulwan, yang memegang peranan penting dalam memberi qudwah ini adalah ibu bapak, keduanya, bukan salah satunya, teman-teman, guru dan kakak terbesar. Oleh karena itu, wajib bagi kedua orang tua mencurahkan seluruh upayanya dalam mendidik anaknya yang paling besar, lalu anak setelahnya, agar nanti mereka ini dapat memberi contoh yang baik kepada adik-adiknya.

 

Pendidikan keteladanan ini bukan hanya tugas guru di sekolah dan orang tua di rumah, tetapi para public pigur seperti selebriti dan para pejabat sangat besar pengaruhnya. Apalagi zaman sekarang, apa saja yang dilakukan oleh mereka langsung viral sampai kepada anak-anak di semua usia melalui gadget mereka.

 

Maraknya narkoba di kalangan selebriti dan korupsi di kalangan pejabat, sampai kecurangan pemilu kemarin, bisa dipastikan betapa besar pengaruhnya terhadap generasi kita, karena secara tidak langsung mereka telah melihat dan diberi contoh seperti itu.

 

Suatu ketika Umar bin al-Khatab mengumpulkan seluruh penghuni rumahnya, lalu berkata kepada mereka, “Amma ba’du, sesungguhnya aku akan mengajak orang-orang melakukan sesuatu dan akan melarang orang-orang melakukan sesuatu. dan aku bersumpah dengan nama Allah yang maha Agung, bila aku menemukan salah seorang dari kalian melakukan apa yang aku larang orang-orang melakukannya atau tidak melakukan apa yang aku perintah orang-orang melakukannya, maka aku akan menindaknya dengan tegas. Kemudian Umar keluar mengajak orang-orang kebapa kebaikan. (Tarbiyat al-Aulad 2/479-496)

 

Lemahnya kualitas pendidikan di kita sudah disadari bersama, berbagai penelitian dilakukan oleh para ahli, sampai kurikulum yang terus berganti setiap pergantian Menteri, semuanya itu belum mendapatkan hasil yang signifikan atau menggembirakan, karena persoalan yang paling fundamental bukan kurikulumnya, tetapi krisis keteladanan dari seluruh pemangku kepentingan, baik di dalam dunia pendidikan maupun di lingkungan masyarakat secara nyata.

 

Di momentum hardiknas ini, seharusnya pendidikan kita dikembalikan kepada pernyataan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional “ing ngarso sung tulodo”, bahwa mendidik adalah memberikan keletadanan. Semoga kita semua bisa menjadi pelopor dan teladan kebaikan untuk anak-anak kita tercinta di rumah dan di sekolah, juga untuk masyarakat pada umumnya, amien!

 

Lembang, 20 Mei 2024

 

@ Ahmad Wandi Lembang

 

@ SDIT Istiqomah Lembang

 

Artikel ahmadwandilembang.com

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024 Artikel Terbaru Ke - 227 Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com) Pada hari Senin-Selasa,...