Artikel terbaru ke 203
Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandi.blogspot.com)
Setiap tanggal 02 Mei
ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS). Sesuai dengan
kelahiran Ki Hajar Dewantara. Sebab,
Ki Hajar Dewantara mempunyai peran penting dalam kemajuan pendidikan Indonesia.
Pada masa kolonial Belanda, Ki Hajar Dewantara terus memperjuangkan pendidikan
yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah telah menetapkan Ki Hajar Dewantara sebagai
Bapak Pendidikan Nasional.
Perjuangan Ki Hadjar
Dewantara melawan sistem kolonialisme melalui pendidikan mengantarkannya pada
pengasingan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto
Mangoenkoesoemo. Namun, semangatnya tak pernah padam. Sekembali dari
pengasingan, beliau mendirikan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang populer
berlandaskan filosofi “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani”.
“Ing ngarso sung tulodo” (pendidik memberikan teladan), “in madyo mangun karso” (pendidik selalu berada di tengah, terus memulai dan memotivasi), dan “tut wuri handayani” (pendidik selalu mendukung dan mendorong peserta didik untuk maju).
Dari filosofi tersebut
setidaknya dapat difahami, bahwa menjadi pendidik bukan hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan, tetapi memberikan uswah hasanah, teladan kebaikan kepada siswa dan
masyarakat sekitar. Kemudian pendidik harus menerapkan pembelajaran yang
disesuaikan dengan potensi individu peserta didik agar mereka dapat
mengoptimalkan bakat dan kemampuan masing-masing. Terakhir, pendidik harus menjadi
inspirator bagi peserta didik, selalu menjadi motivator agar terus berkembang
sesuai masa dan perkembangan zaman.
Melihat filosofi tersebut, bahwa pendidikan
bukan sekedar pengajaran, transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan akademis,
tetapi sesuai dengan makna mendidik itu sendiri, seorang pendidik mesti membentuk
kepribadian, nilai-nilai, dan keterampilan sosial melalui bimbingan dan
keteladanan.
Pendidikan yang mahal hari ini adalah keteladanan. Sementara keteladanan adalah metode pendidikan yang utama. Menurut Abdullah Nashih Ulwan, pakar Pendidikan islam, bahwa dalam pendidikan ada beberapa metode: 1] Tarbiyah bil qudwah (dengan contoh), 2] Tarbiyah bil adah (pembiasaan), 3] Tarbiyah bil mau’izhah (nasihat), 4] Tarbiyah bil mulahazah (pengawasan), 5] Tarbiyah bil uqubah (sanksi).
Tarbiyah bil qudwah, yaitu mendidik dengan cara
memberikan keteladanan dan memperlihatkan contoh yang baik. Karena disadari
atau tidak, setiap yang dilakukan oleh seseorang, akan ditiru dan dicontoh oleh
orang lain, terutama oleh murid dan anak. Dan tak dapat dipungkiri, mendidik
dengan memberi teladan yang baik sangat memberikan pengaruh yang besar pada
hati dan jiwa seorang anak.
Kesungguhan dalam mendidik dibuktikan dengan memberikan
keteladanan, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. Allah ﷻ berfirman,
{وَإِنَّكَ لَعَلَى
خُلُقٍ عَظِيمٍ}
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar
ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (QS.
Al-Ahzab [33]: 21)
Beliau memberi contoh yang baik dalam segala
hal, baik dalam beribadah maupun dalam bermuamalah. Al-Mughirah bin Syu’bah
menyebutkan, Rasulullah ﷺ
shalat malam sampai telapak kakinya bengkak-bengkat, ketika ditanya, bukankah
dosa engkau yang dulu dan akan datang telah diampuni? Beliau menjawab, “Tidak
bolehkah aku menjadi hamba yang rajin bersyukur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Alangkah indahnya umat islam, laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak muda, terutama para da’i dan para pendidik, baik di lingkungan pendidikan formal, non formal, maupun informal, dari yang pertama dan utama (keluarga), sampai level perguruan tinggi, semuanya menyadari urgensi keteladanan ini, sehingga semuanya berbondong-bondong untuk menerapkan pendidikan bil qudwah, memberi contoh yang baik antara satu dengan yang lainnya.
Menuurt Abdullah Nashih Ulwan, yang memegang
peranan penting dalam memberi qudwah ini adalah ibu bapak, keduanya, bukan
salah satunya, teman-teman, guru dan kakak terbesar. Oleh karena itu, wajib
bagi kedua orang tua mencurahkan seluruh upayanya dalam mendidik anaknya yang
paling besar, lalu anak setelahnya, agar nanti mereka ini dapat memberi contoh
yang baik kepada adik-adiknya.
Pendidikan keteladanan ini bukan hanya tugas
guru di sekolah dan orang tua di rumah, tetapi para public pigur seperti
selebriti dan para pejabat sangat besar pengaruhnya. Apalagi zaman sekarang,
apa saja yang dilakukan oleh mereka langsung viral sampai kepada anak-anak di
semua usia melalui gadget mereka.
Maraknya narkoba di kalangan selebriti dan korupsi di kalangan pejabat, sampai kecurangan pemilu kemarin, bisa dipastikan betapa besar pengaruhnya terhadap generasi kita, karena secara tidak langsung mereka telah melihat dan diberi contoh seperti itu.
Suatu ketika Umar bin al-Khatab mengumpulkan
seluruh penghuni rumahnya, lalu berkata kepada mereka, “Amma ba’du,
sesungguhnya aku akan mengajak orang-orang melakukan sesuatu dan akan melarang
orang-orang melakukan sesuatu. dan aku bersumpah dengan nama Allah yang maha
Agung, bila aku menemukan salah seorang dari kalian melakukan apa yang aku
larang orang-orang melakukannya atau tidak melakukan apa yang aku perintah orang-orang
melakukannya, maka aku akan menindaknya dengan tegas. Kemudian Umar keluar
mengajak orang-orang kebapa kebaikan. (Tarbiyat al-Aulad 2/479-496)
Lemahnya kualitas pendidikan di kita sudah
disadari bersama, berbagai penelitian dilakukan oleh para ahli, sampai kurikulum
yang terus berganti setiap pergantian Menteri, semuanya itu belum mendapatkan
hasil yang signifikan atau menggembirakan, karena persoalan yang paling fundamental
bukan kurikulumnya, tetapi krisis keteladanan dari seluruh pemangku
kepentingan, baik di dalam dunia pendidikan maupun di lingkungan masyarakat
secara nyata.
Di momentum hardiknas ini, seharusnya
pendidikan kita dikembalikan kepada pernyataan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional “ing
ngarso sung tulodo”, bahwa mendidik adalah memberikan keletadanan. Semoga kita semua bisa menjadi pelopor dan teladan kebaikan
untuk anak-anak kita tercinta di rumah dan di sekolah, juga untuk masyarakat
pada umumnya, amien!
Lembang, 20 Mei 2024
Artikel ahmadwandilembang.com
=========
Dapatkan
update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari
bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya
klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install
aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar