TANTANGAN DAKWAH SIYASAH - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Minggu, 05 Mei 2024

TANTANGAN DAKWAH SIYASAH

 

TANTANGAN DAKWAH SIYASAH
PILKADA SERENTAK (Gambar: Dokumentasi Antara)


 

Artikel terbaru ke 206

 

Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com)

 


Dakwah secara lughah berarti ajakan atau seruan. Menurut istilah, Dakwah adalah  seruan atau ajakan kepada al-Haq. Atau dengan kata lain dakwah adalah upaya untuk merubah suatu keadaan tertentu menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam.

 

Secara gamblang al-Qur’an menegaskan bahwa dakwah itu adalah menyeru manusia Ila sabili Rabbika“ (QS. An-Nahl: l25). Dengan pengertian ini maka perubahan tersebut terjadi dengan menumbuhkan  kesadaran dan kekuatan pada diri objek dakwah (mad’u) untuk mengetahui, mengimani dan mengamalkan ajaran Islam. Perubahan dari sikap, tingkah laku, keyakinan dan pola pikir yang tidak islami menjadi islami, serta upaya pembebasan (tahrir) manusia dari  Sabili thaghut ke Sabilillah.

 

Keberadaan umat Islam secara tegas dinyatakan oleh Allah swt dalam firman-Nya :

 

{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ} [آل عمران: 110]

 

“Kamu adalah umat  yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah“ (QS. Ali Imran: ll0)

 

Firman Allah tersebut menegaskan keberadaan umat Islam itu sangat tergantung kepada ada tidaknya aktivitas dakwah, semakin tinggi kualitas dakwah yang dilakukan, semakin tinggi pula kualitas umat Islam dan sebaliknya.

 

Ayat tersebut juga menegaskan bahwa keunggulan umat Islam itu terletak pada dua aspek, yaitu aspek iman dan aspek dakwah. Artinya umat Islam yang tidak terlibat dalam kegiatan dakwah berarti ia telah menjalani proses pemisahan diri dari bangunan umat (bunyanul islam) secara keseluruhan.

 

Kata siyasah berasal dari kata “sasa” yang berarti mengatur, mengurus, dan memerintah. Siyasah dapat juga diartikan sebagai pemerintahan dan politik, sesuatu yang dapat membuat sebuah kebijakan.

 

Sebagai agama yang sempurna, siayasah atau politik tentu saja bagian yang tak terpisahkan dari ajaran islam.

 

لَتُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً، فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا، وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ

 

“Ajaran Islam akan lepas sebagian-sebagian, setiap satu ajaran lepas, manusia akan berpegang kepada yang berikutnya, Ajaran yang akan pertama kali lepas adalah masalah pemerintahan, dan yang terakhir, tentang shalat.” (HR. Ahmad dari Abu Umamah)

 

Al-Mawardi menyatakan,

 

الإمامة موضوعةٌ لِخلافة النُّبوة في حراسة الدِّين وسياسة الدُّنيا، وعقدها لِمن يقوم بها في الأُمَّة واجب

 

“Imamah atau kepemimpinan itu diletakkan sebagai pengganti kenabian dalam menjaga agama dan politik dunia, mengangkat pemimpin dari individu yang dapat melaksanakan tujuan itu adalah wajib.” (Al-Ahkam Al-Sultoniyah, hlm. 5)

 

M. Natsir menyebutkan bahwa Islam sebagai ideologi secara prinsip merupakan perangkat ajaran, gagasan, yang didalamnya adalah kumpulan nilai dari suatu sistem berkaitan dengan masalah keduniaan yang disusun dalam aturan sebagai pedoman kenegaraan dan politik. Dimana arah dan tujuan ideologi tersebut adalah bentuk perjuangan, prinsip sistem yang akan dikembangkan (sistem politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, pendidikan dan sebagainya) yang berpijak pada sumber otoritatif, yaitu al-Quran dan sunnah sebagai petunjuk setiap muslim. (H.R. Gibb dalam M. Natsir, Capita Selecta, 1973)

 

Dakwah siyasah adalah dakwah di bidang politik dan pemerintahan, atau mengajak manusia untuk berpolitik secara syariat. Karena politik bagian dari kesempurnaan ajaran islam.

 

Berpolitik itu luas, bisa ikut andil sebagai pemimpin atau politikus, anggota dewan, aktivis partai politik, tim sukses, dan sebagainya. Minimal sebagai pemilih atau rakyat, dapat memilih calon pemimpin yang sesuai dengan petunjuk agama. Bukan karena uang, iming-iming materi, serangan fajar, dan yang lainnya.

 

Adapun puncak dari politik islam itu adalah berdirinya daulah islam (negara islam), yaitu suatu pemerintahan yang menjalankan hokum syariat secara kaffah dalam menjalankan pemerintahannya. Sehingga tercipta baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, negara yang subur makmur dan penduduknya mendapatkan ridha Allah swt.

 

Untuk mewujudkan negara islam atau suatu pemerintahan yang menjalankan syariat islam, dalam kenyataannya tidaklah mudah, sekalipun kita berada di negara mayoritas muslim. Karena banyak musuh yang menghadang dan kepentingan dari berbagai pihak. Sehingga dibutuhkan dakwah yang terstruktur, sistematis dan massif.

 

Di antara tantangan dakwah siyasah ini antara lain: Pertama, rendahnya kualitas keislaman. Umat islam secara kuantitas memang mayoritas, namun kualitas keislamannya masih dipertanyakan. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan minimnya kontribusi umat islam hampir dalam setiap kontestasi politik di negeri ini.

 

Secara logika, preman tidak mungkin memilih pemimpin dari kalangan kiai, atau para santri memilih pemimpin dari kalangan preman, yang benar pasti mereka akan memilih dari kalangan mereka sendiri.

 

Begitu pula dengan umat islam di negeri ini, apabila mereka benar keislamannya, maka bisa dipastikan mereka akan memilih pemimpin yang baik dari segi keislamannya, pemimpin yang pro islam, pemimpin yang terbaik dari segi agamanya, yang bisa membawa negara ini lebih baik dan diridhai oleh Allah swt, bukan semata duniawi yang menjadi ukurannya.

 

Kedua, merebaknya penyakit sekulerisme. Faham yang memisahkan antara agama dan dunia. Bahwa urusan agama adalah urusan pribadi yang tidak boleh dibawa-bawa ke dalam urusan negara, ekonomi, dan yang lainnya.

 

Faham ini jelas bertentangan dengan ajaran islam yang sempurna, agama yang mengatur urusan manusia dalam segala aspek kehidupannya, termasuk politik, ekonomi, budaya, social, dan semuanya.

 

Ketika umat islam tidak menjalankan politiknya berdasarkan agamanya, salah satu factor terbesarnya bisa jadi karena mereka sudah terjangkit faham ini, dalam shalat mereka menggunakan al-quran dan hadis, tapi dalam politik mengikuti hawa nafsu, kepentingan kelompok dan iming-iming dunia sesaat.

 

Ketiga, minimnya dakwah siyasah. Rendahnya pemahaman umat islam dalam siayah, sehingga mereka berpolitik tidak sesuai syariat, factor berikutnya adalah karena masih lemahnya dakwah siyasah.

 

Maksudnya, lembaga dakwah, praktisi dakwah, da’I dan muballigh, mayoritas masih dominan mendakwahkan urusan lain, ketimbang masalah politik. Apalagi dari pendakwah itu sendiri, banyak yang tabu dan tidak percaya diri ketika harus menjelaskan politik dalam dakwahnya.

 

Di sisi lain, dakwah siyasah ini tantangannya lebih berat, karena banyak pihak yang tidak suka, tidak akan membiarkannya, baik dari lawan politik, rezim yang berkuasa, terutama pihak-pihak yang tidak suka dengan islam. Kata M. Natsir, “Islam beribadah akan dibiarkan, islam berekonomi akan diawasi, islam berpolitik akan dicabut seakar-akarnya.” 

 

Keempat, rendahnya kualitas Pendidikan dan ekonomi. Rendahnya kualitas Pendidikan dan ekonomi umat islam dijadikan senjata oleh mereka untuk meruntuhkan politik umat islam.

 

Mereka tidak suka umat islam maju secara pendidikan dan menguasai perekonomian, meskipun di negaranya sendiri. Segala cara mereka lakukan, sehingga umat islam rendah dan lemah secara pendidikan dan ekonomi.

 

Ketika umat islam lemah secara pendidikan dan ekonomi, maka akan mudah untuk mempengaruhi mereka, mengiming-imingi mereka dengan materi, dan mereka tidak akan punya kekuatan apa-apa, termasuk dalam urusan politik.

 

Kelima, pengaruh media yang tidak pro terhadap islam. Tantangan terbesar berikutnya adalah peran media yang tidak pro terhadap islam.

 

Di samping perang secara politik dan ekonomi, juga perang secara media. Tentu saja di bidang media pun, kita banyak ketinggalan dan didominasi oleh pihak-pihak yang tidak pro terhadap islam.

 

Dalam media, lebih banyak yang mendakwahkan politik sekuler daripada yang pro islam, politik yang tidak membawa agama daripada yang menjadikan agama sebagai bagain dari politik. Bahkan tidak sedikit, media yang memviralkan kejelekan-kejelekan islam, hokum islam itu kejam, menakut-nakuti umat islam, dan sebagainya.

 

Begitu besar dan banyak tantangan dakwah di bidang siyasah ini. Lalu apa yang harus kita lakukan? Bagaimana solusinya? Dari sekian banyak cara dakwah yang harus kita lakukan antara lain sebagai beirkut:

 

Pertama, umat islam islam harus kembali kepada ajaran islam yang murni, al-Quran dan as-sunnah. Bukan mengikuti ajaran islam yang tidak murni atau sudah terkontaminasi oleh ajaran non islam.

 

Kedua, umat islam harus menjalankan syariat islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupannya, termasuk dalam berpolitik. Dengan menghidupkan semangat menuntut ilmu dan belajar islam sepanjang hayat.

 

Ketiga, umat islam harus yakin dengan islamnya, bahwa islam agama yang sempurna, dan islam akan membawa kepada keselamatan di dunia dan akhirat, sehingga tidak ragu untuk berpolitik sesuai syariat islam.

 

Keempat, umat islam harus kuat secara ekonomi dan pendidikan, sehingga tidak mudah dibodohi dan dipengaruhi oleh pihak lain. Kelima, Umat islam harus bersatu, karena perpecahan sedikitpun akan membawa kepada kehancuran. Tanpa persatuan tidak akan pernah ada kekuatan. Dan ini paling sulit, meskipun tidak mustahil dan tidak ada yang mustahil bagi Allah swt.

 

Keenam, para da’I harus berani dan tidak boleh takut berdakwah di bidang politik. Ketujuh, dakwah media harus dimaksimalkan dan terus diikhtiarkan, tidak boleh kalah oleh media yang tidak pro terhadap islam. Harus lebih banyak media yang pro terhadap islam, untuk mengcunter media-media yang menjelekkan islam.

 

Meskipun berat dan terjal dakwah dalam siyasah ini, namun kita harus tetap optimis, jangan menyerah dan harus istiqomah, karena jalan dakwah adalah jalan terbaik dan sudah ada jaminan dari Allah swt.

 

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

 

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” (QS. Fussilat: 33)

 

Semoga dengan dakwah siyasah ini ke depan negara kita bisa dipimpin oleh pemimpin dambaan umat islam, yang bisa membawa negeri ini menjadi baladatun thayibatun wa rabbun ghafur, negeri yang subur makmur, aman dan sejahtera, berada dalam naungan ridha ilahi. Wallahul muta’an!

 

Lembang, 05 Mei 2024

 

@ Ahmad Wandi Lembang

 

@ SDIT Istiqomah Lembang

 

Artikel ahmadwandilembang.com

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024 Artikel Terbaru Ke - 227 Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com) Pada hari Senin-Selasa,...