TAKHRIJ HADIS ; KHUTBAH IED DUA KALI - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Senin, 25 Mei 2020

TAKHRIJ HADIS ; KHUTBAH IED DUA KALI

 
KHUTBAH IED DUA KALI

 
Oleh Ahmad Wandi


Khutbah ied berbeda dengan khutbah jumat, selain dilakukan sesudah shalat juga dilakukan hanya satu kali. Sedangkan khutbah jumat dilaksanakan dua kali sebelum shalat dan diselang dengan duduk sebentar. Namun ternyata banyak pula para khatib dalam shalat ied yang khutbahnya dua kali. Hal ini barangkali berdasarkan hadis berikut :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَحْرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ الْخَوْلَانِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى فَخَطَبَ قَائِمًا ثُمَّ قَعَدَ قَعْدَةً ثُمَّ قَامَ.

Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah saw keluar pada hari raya iedul fithri dan iedul adha, lalu beliau khutbah sambil berdiri kemudian duduk sebentar dan kemudian berdiri lagi.(HR. Ibnu Majah)[1]

Hadis diatas dhaif, karena diriwayatkan melalui dua rawi dhaif. Pertama,  Ismail  bin Muslim. Namanya Ismail   bin Muslim al-maki, Abu ishaq al-basri, dari basrah kemudian menetap di makah, dia faqih, dhaiful-hadis, tingkat ke-5.[2] Tingkat ke-5 Ibnu hajar, adalah lebih rendah sedikit dari tingkat ke-4, yang dengan siyarat shaduq sayiul-hifdzi, atau shaduq diragukan, atau dia mem punyai kelemahan, atau suka berbuat salah, atau berubah hapalan menjelang akhir hayatnya.(pikun). Dan dimasukkan ke golongan ini pula, rawi-rawi yang dicap termasuk tukang bid’ah, seperti syi’ah, qadariyah, dll.[3]

Ahmad bin Hanbal berkata : Ismail  bin Muslim al-Maki munkarul hadis. Ibnu Main berkata : dia laisa bisaiin. Ali bin al-Madini berkata : dia tidak ditulis hadisnya. Ibrahim bin Yaqub as-sa’di berkata : dia hadisnya lemah sekali. Abu Zur’ah berkata : dia orang basrah yang menetap di makah, hadisnya dhaif. Al-Bukhari  berkata dalam Tarikh al-Kabir-nya : Ibnu al-Mubarak meninggalkannya tapi kadang-kadang meriwayatkan darinya, dan telah meninggalkannya Yahya dan Ibnu Mahdi.[4]

Kedua, Abu Bahr. Nama lengkapnya abdurrahman bin Utsman bin Umayah bin Abdirrahman bin Abu Bakrah al-Tsaqafi, Abu Bahr al-Bakrawi al-basri.

Imam al-Bukhari  berkata, dari Ahmad bin Hanbal : orang-orang membuang  (tidak menjadikan hujah) hadis-hadisnya. Abu Hatim berkata, dari Ali bin al-Madini : ia membuang hadis-hadisnya. Abu Hatim berkata pula : dia tidak kuat, hadisnya ditulis tapi tidak berhujah dengannya.. Al-Nasai berkata : dia dhaif.

Al-Uqaili menerangkannya dalam ad-Dhu’afa (al-waraqah 117). Ibnu Hiban berkata : munkarul-hadis, termasuk rawi yang suka meriwayatkan hadis maqlub (terbalik) dari yang tsubut, dan menerima dari rawi yang tsiqah hadis yang sesuai (menyamai) hadis-hadis mereka, tidak layak berhujah dengannya. [5]  Ibnu Sahin mencantumkannya dalam at-tsiqat (tarjamah 804). Namun Ibnu al-Zauji menerangkannya dalam ad-Dhu’afa (al-waraqah 95). Abu Ahmad al-Hakim berkata : dia tidak kuat di kalangan ulama hadis. Dan al-Ijli memandang tsiqah kepadanya.[6] Al-Dzahabi berkata dalam ad-diwan : mereka ulama hadis meninggalkannya. Ibnu Hajar berkata dalam al-Taqrib : dia dhaif.[7]

Selain hadis di atas, terdapat hadis berikut :

أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ قَالَ: «السُّنَّةُ أَنْ يَخْطُبَ الْإِمَامُ، فِي الْعِيدَيْنِ خُطْبَتَيْنِ يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا بِجُلُوسٍ»

Dari Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah, ia berkata : termasuk sunnah, imam khutbah di dalam shalat ied dua kali, diselang antara keduanya dengan duduk.(HR. as-Syafii)[8]

Namun hadis ini bersumber dari rawi yang bernama Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah. ia adalah rawi tabiin. Keterangan yang datang dari seorang tabiin, bila meriwayatkan hadis tidak melalui sahabat maka hukumnya mursal, tidak bisa dijadikan hujah. Karena seorang tabiin tidak sezaman dengan beliau dan tentu saja tidak mengetahui masalah-masalah ibadah tanpa melaui seorang sahabat.

Kemudian ada pula hadis berikut :

وعن سعد بن أبي وقاص أن النبي  صلى الله عليه وسلم  صلى العيد بغير أذان ولا إقامة وكان يخطب خطبتين يفصل بينهما بجلسة. رواه البزار

Dari Saad bin Abi Waqas, bahwasanya nabi saw shalat ied dengan tanpa adzan dan iqamat, dan beliau khutbah dua kali dengan dipisah (diselang) antara keduanya dengan duduk. (HR. al-Bazzar)[9]

Namun hadis ini pun dhaif, karena diriwayatkan melalui orang yang tidak diketahui identitasnya.[10]

Sehubungan dengan masalah ini imam an-Nawawi mengatakan : Tidak ada satupun hadis yang shahih tentang berulang-ulangnya khutbah ied (dua kali).[11]

            Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa khutbah ied disyariatkan hanya satu kali. Wallahu a’lam.


[1] Dhaif. Ibnu Majah No. 1304.

[2] Taqrib al-Taqrib 1/54.

[3] Taqrib al-Taqrib 1/8.

[4] Tahdzibu al-Kamal 3/198-203.

[5] al-Majruhin 2/61.

[6] Tahdzib al-Tahdzib 6/227.

[7] Tahdzib al-Kamal 17/271-274.

[8] Musnad al-Syafi’I No. 463.

[9] Majma’ al-Zawaid 2/204.

[10] Majma’ al-Zawaid 2/204.

[11] Nasbu al-Rayah 2/221.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024 Artikel Terbaru Ke - 227 Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com) Pada hari Senin-Selasa,...