Sunah Shaum Ramadan (Gambar: Pixabay) |
7 SUNAH SHAUM RAMADAN, UMAT ISLAM WAJIB TAHU!
Shaum Ramadan adalah ibadah yang sangat mulia dan memiliki banyak keutamaan. Di samping termasuk rukun islam, seperti shalat, zakat dan haji, ibadah shaum pun memiliki banyak hikmah dan pelajaran dalam kehidupan.
Shaum Ramadan tersebut memiliki beberapa adab atau sunnah yang harus diperhatikan dan dijadikan pedoman, agar shaum kita lebih bermakna dan sesuai dengan kaifiyat yang telah ditentukan.
Baca Juga : 7 Keutamaan Bulan Ramadhan
Apa saja yang termasuk sunah shaum tersebut? Berikut adalah 7 sunnah shaum Ramadan yang wajib diperhatikan oleh umat islam.
1. Menetapkan Niat Di Malam Hari
Sunah shaum Ramadan yang pertama adalah menetapkan niat pada malam hari, bahwa besok akan melaksanakan ibadah shaum, yang disebut dengan tabyit.
Dari Aisyah, ia berkata, Rasulullah saw bersabda,
«مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ طُلُوعِ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ».
“Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar subuh, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. al-Daraquthni)[1]
Niat shaum ini tidak perlu
diucapkan, cukup dalam hati saja sebagaimana ibadah yang lainnya. Menurut
Syaijh Sayyid Syabiq, “Tidak disyaratkan mengucapkan niat, sebab niat itu
merupakan pekerjaan hati, tidak termasuk perbuatan lisan. Pada hakikatnya
bermaksud mengerjakan sesuatu dalam rangka melaksanakan perintah Allah swt dan
mengharapkan ridha-Nya.”[2]
2. Mengakhirkan Makan Sahur
Sunah shaum Ramadan yang kedua adalah mengakhirkan makan sahur. Dari Anas bin Malik, ia berkata, Nabi saw bersabda :
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Sahurlah kamu karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari)[3]
Makan sahur sebaiknya tidak ditinggalkan walaupun hanya dengan seteguk air, sebagaimana sabda Nabi saw,
السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ
“Makan sahur itu berkah, maka janganlah kamu meninggalkannya walaupun seseorang di antara kamu sekedar meneguk seteguk air. Karena sesungguhnya Allah serta para malaikat-Nya menshalawati orang-orang yang sahur.” (HR Ahmad)[4]
Sahur pun menjadi pembeda antara shaum kita dengan ahli kitab. Sebagaimana sabda Nabi saw,
إِنَّ فَصْلَ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السُّحُورِ
“Sesungguhnya pemisah antara shaum kita (ahli islam) dan shaum ahli kitab adalah makan sahur.” (HR. Muslim)[5]
Disunnahkan untuk mengakhirkan waktu sahur hingga menjelang fajar berdasarkan hadis Anas bin Malik,
“Nabi saw dan Zaid bin Tsabit pernah bersama makan sahur. Ketika keduanya selesai dari makan sahur, Nabi pun berdiri untuk pergi shalat, lalu beliau shalat. Kami berkata kepada Anas, ‘Berapa lama jarak antara waktu selesai makan sahur dan waktu pengerjaan shalat ?’ Beliau menjawab, ‘Sekitar waktu yang diperlukan seseorang untuk membaca 50 ayat’.” (HR. Bukhari)[6]
3. Menyegerakan Berbuka Shaum
Sunah shaum Ramadan yang ketiga adalah menyegerakan berbuka shaum. Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw bersabda :
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِنَّ أَحَبَّ عِبَادِي إِلَيَّ أَعْجَلُهُمْ فِطْرًا
Allah Azza Wajalla berfirman : “Sesungguhnya hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah yang paling segera berbuka shaumnya.” (HR. Ahmad)[7]
Dari Sahl bin Sa’ad, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Senantiasa umatku dalam kebaikan selama mereka mensegerakan berbuka shaum.” (HR Bukhari)[8]
Dari Umar ia berkata, Rasulullah saw bersabda :
إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ وَأَدْبَرَ النَّهَارُ وَغَابَتْ الشَّمْسُ فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ
“Apabila malam telah datang, dan siang telah pergi, dan matahari telah tenggelam, maka sesungguhnya orang shaum telah berbuka.” (HR Muslim)[9]
4. Berbuka Dengan Kurma Dan Air
Sunah shaum Ramadan yang keempat adalah berbuka dengan kurma dan air. Dari Salman bin Amir, ia berkata, Rasulullah saw bersabda,
إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ بِمَاءٍ فَإِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ
“Apabila seseorang di antara kamu berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma. Maka kalau tidak mendapatkannya, berbukalah dengan air, karena ia itu suci.” (HR Ahmad)[10]
Dianjurkan berbuka dengan yang manis-manis karena akan semakin menguatkan orang yang yang shaum. Adapun air bertujuan untuk menyucikan dan menyegarkan. Jika berada di Makkah, dianjurkan berbuka dengan air zam-zam.[11]
5. Berdoa Ketika Berbuka Shaum
Sunah shaum Ramadan yang kelima adalah berdoa ketika berbuka shaum. Orang yang shaum doanya akan diijabah, begitupun waktu berbuka. Dalam urutan ayat tentang shaum Allah swt berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al Baqarah [2] : 186)
Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, ia berkata, Rasulullah saw bersabda :
إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ
“Sesungguhnya bagi orang yang shaum, ketika ia berbuka, ada satu doa yang pasti diijabah.” (HR Ibnu Majah)[12]
Dari Ibnu Umar, bahwa Ketika Rasulullah saw berbuka beliau membaca do’a berikut,
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Telah hilang dahaga, terbasahi tenggorokan, dan telah ditetapkan pahala, insya Allah. (HR. Abu Daud)[13]
6. Memberi Makan Kepada Orang Yang Berbuka Shaum
Sunah shaum Ramadan yang keenam adalah memberi makan kepada orang yang berbuka shaum. Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata, Rasulullah saw bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barangsiapa yang memberi makan kepada yang shaum (untuk berbuka), maka baginya mendapat pahala seperti yang shaum tanpa akan dikurangi dari pahala yang shaum sedikitpun.” (HR Tirmidzi)[14]
Dari Abdullah bin Az Zubair, ia berkata,
أَفْطَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ فَقَالَ أَفْطَرَ عِنْدَكُمْ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمْ الْأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمْ الْمَلَائِكَةُ
“Rasulullah saw berbuka shaum di rumah Sa’ad bin Muadz. Beliau bersabda : “Telah berbuka di rumahmu orang-orang yang shaum, telah makan makananmu orang-orang abrar, dan telah menshalawati kamu para malaikat.” (HR Ibnu Majah)[15]
7. Lebih Banyak Shadaqah, Tadarus Al-Quran Dan Ibadah Lainnya
Sunah shaum Ramadan yang ketujuh adalah meningkatkan kebaikan seperti shadaqah, tadarus, dan juga ibadah lainnya.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Nabi saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan, yaitu Ketika Jibril alaihis salam menemui beliau. Jibril alaihis salam datang menemui beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan untuk membaca al-Quran hingga al-Quran selesai dibacakan untuk Nabi saw. apabila Jibril alaihis salam datang menemuinya, tatkal aitu beliau adalah orang yang lebih cepat dalam kebaikan dibandingkan angin yang berhembus. (HR. Bukhari)[16]
Ibnu al-Qayyim berkatan, “Nabi saw lebih banyak lagi melakukan kebaikan pada bulan Ramdhan. Beliau memperbanyak shadaqah, berbuat baik, membaca al-Quran, Shalat, dzikir, dan I’tikaf.”[17]
Demikian beberapa sunah shaum Ramadan yang perlu diperhatikan agar shaum Ramadhan kita lebih bermakna dan dapat meraih berbagai keberkahan dan keutamaan yang terdapat di bulan Ramadan. Wallahu a’lam bi al-shawwab.
Selasa malam, 13 Ramadhan 1444/ 04 April 2023
Artikel ahmadwandilembang.com
=========
Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
[1] Shahih. Al-Daraquthni (2213).
[2] Fiqh al-Sunnah 1/130.
[3] Shahih. Al-Bukhari (1789).
[4] Shahih Lighairih. Ahmad (11281). Dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib al-Arna’uth dalam tahqiqnya.
[5] Shahih. Muslim (1836), Abu Daud (1996), Al-Nasai (2137), Ahmad (17095), Al-Darimi (1635).
[6] Shahih. al-Bukhari (1921), Muslim (1097).
[7] Shahih. Ahmad (7240). Dishahihkan oleh Ahmad Syakir.
[8] Shahih. al-Bukhari (1821), Muslim (1838).
[9] Shahih. Muslim (1841).
[10] Hasan lighairih. Ahmad (15633, 15637, 15640, 15640, 15641, 15649), Abu Dawud (1689), al-Tirmidzi (594).
[11] Zad al-ma’ad 2/48, Kifayat al-akhyar, hlm. 251-252.
[12] Hasan lighairih. Ibnu Majah (2/350), Al Mustadrak (1/583), Syu’abul Iman (3/407), At Targhib Wat Tarhib (2/53) dengan sedikit perbedaan redaksi.
[13] Hasan. Abu Dawud (2/529), Al Mustadrak (1/422), Al Baihaqi, As Sunanul Kubra (2/255), Syu’abul Iman (3/407), al-Daraquthni (2/185), An Nasai, As Sunanul Kubra (2/255), Amalul Yaum Wal Lailah (1/268). Hadis ini dihasankan oleh al-Daraquthni, Syaikh Al-Albani, dan lain-lain.
[14] Shahih. al-Tirmidzi (807), Ibnu Majah (1746), Ahmad (5/192). Menurut al-Tirmidzi hasan shahih. Menurut al-Albani shahih.
[15] Shahih. Ibnu Majah (1737). Dishahihkan oleh Ibnu hajar al-Asqalani, al-Nawawi, Syu’aib al-Arna’uth.
[16] Shahih. al-Bukhari (1902), Muslim (2308).
[17] Zad al-Ma’ad 2/25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar