Tadarus Al-Quran di Bulan Ramadan (Gambar: Pixabay) |
TADARUS AL-QURAN DI BULAN RAMADHAN
Menyibukkan diri dengan membaca Alquran al-Karim di bulan Ramadhan termasuk ibadah yang paling utama dan merupakan salah satu sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab, Alquran adalah kalamullah dan merupakan asas Islam yang diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan kepada umat manusia dengan syariat yang paling utama, paling mudah, paling luhur, dan paling sempurna.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,” (Qs. Fâthir [35]: 29).
Al-quran juga akan memberi syafa’at bagi orang yang membacanya. Rasulullah SAW bersabda:
"الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ "، قَالَ: " فَيُشَفَّعَانِ "
“Puasa dan Alquran itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankanlah aku untuk memberikan syafaat kepadanya.’ Dan Alquran berkata, ‘Aku telah melarangnya dari tidur di malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.'” (HR. Ahmad)[1]
Rasulullah SAW sering kali menyuruh para sahabat untuk membaca Alquran di depan beliau. Imam Bukhâri dan Muslim meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah SAW pernah berkata kepada Ibn Mas’ud, di mana pada saat itu Rasulullah sedang di atas mimbar, “Bacakanlah kepadaku Alquran!” Ibn Mas’ud berkata, “Pantaskah aku membacakan untukmu, sedangkan Alquran diturunkan kepadamu?” Rasulullah SAW menjawab, “Sungguh aku senang mendengarnya dari orang lain.”
Lalu Ibn Mas’ud pun membacakan surat an-Nisâ’ hingga ayat yang berbunyi, “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” Beliau bersabda, “Cukup … cukup!” Ketika aku menoleh, kata Ibn Mas’ud, aku melihat air mata beliau bercucuran.”[2]
Dari Ibn ‘Abbas RA dituturkan, bahwasanya ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ (أَجْوَدَ) مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Rasulullah saw itu adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan ramadhan ketika jibril menemuinya. Jibril menemuinya pada setiap malam bulan ramadhan untuk bertadarus al-quran dengannya. Dan sungguh rasulullah saw itu ketika jibril menemuinya lebih lembut lagi dalam hal kebaikan daripada angin yang bertiup.” (HR. Bukhari)[3]
Dari Fatimah, Rasulullah menjelaskan,
أَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ يُعَارِضُنِي بِالْقُرْآنِ كُلَّ سَنَةٍ وَإِنَّهُ عَارَضَنِي الْعَامَ مَرَّتَيْنِ وَلَا أُرَاهُ إِلَّا حَضَرَ أَجَلِي
“Bahwasanya Jibril membacakan kepadaku Al-Qur’an setiap tahun, dan membacakannya dua kali tahun ini, dan aku tidak menilainya kecuali telah hampir datang ajalku.” (HR. Bukhari)[4]
Arti asal darasa adalah menghapus. Darastu al-kitab adrusuhu darsan ; aku menundukkannya dengan banyak membaca sampai ia ringan untuk aku hafal.[5]
Marilah kita perhatikan hadis-hadis Nabi yang menceritakan tentang keutamaan membaca Alquran, serta tentang segala kebaikan yang sangat banyak kandungannya. Rasulullah SAW bersada:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar dan mengajar al-Qur’an.” (HR. Bukhari)[6]
Dari Aisyah, dari Nabi saw,
«مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ، وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ، وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ»
“Orang yang membaca Alquran dan ia mahir maka nanti akan bersama-sama dengan para malaikat yang mulia lagi taat. Sedangkan, orang yang membaca Alquran dan ia merasa susah di dalam membacanya tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapatkan dua pahala.” (HR Bukhari)[7]
Dari Abu Musa al-Asy’ari, ia berkata, Rasulullah saw bersabda,
«مَثَلُ المُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ، وَمَثَلُ المُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ، لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ الحَنْظَلَةِ، لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ»
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran itu adalah seperti utrujah yang mana baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca Alquran itu seperti buah kurma yang mana tidak berbau tapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran itu seperti bunga yang mana baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran itu seperti hanzhalah yang mana tidak berbau dan rasanya pahit.”(HR Bukhari)[8]
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda,
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ فَقَالَ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ وَرَجُلٌٍ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ فَقَالَ رَجُلٌ لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ
“Tidak ada hasud kecuali kepada dua. (kepada) Seseorang yang Allah ajarkan kepadanya al-Qur’an, dia membacanya pada malam dan siang hari, dan mendengarnya tetangganya, lalu ia berkata : Ingin sekali aku diberi (kemampuan ) seperti yang diberikan kepada si fulan, aku akan melakukan seperti apa yang ia lakukan. Dan( kepada ) Orang yang oleh Allah diberi harta , ia gunakan harta itu pada kebaikan. Berkatalah seseorang: ingin sekali aku diberi ( kekayaan ) seperti yang diberikan kpd si fulan, aku akan lakukan seperti yang ia lakukan.” (HR. Bukhari)[9]
Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah saw bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُولُ الْم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Alquran) maka ia mendapatkan satu kebaikan. Sedangkan, satu kebaikan itu dibalas dengan 10 kali lipat. Aku tidak mengatakan, ‘Alif lâm mîm’ satu huruf tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)[10]
Dalam hal membaca Alquran, Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada kita untuk membaca dengan tartil dan tidak terburu-buru, dalam rangka melaksanakan firman Allah SWT:
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Dan bacalah Al Quran itu dengan tartil. (QS. Al-Muzamil [73]: 4)
Tartil asal katanya ratl, bermakna menyusun dan merangkai sesuatu dengan baik. maksud dari tartil al-quran adalah mengeluarkan kalimat dari mulut dengan ringan dan benar (Mu’jam Mufradat Alfazh Al-Quran, entri ratala).
Berdasarkan ayat di atas, tartil dipraktikkan pada waktu shalat malam dengan penuh penghayatan. Sehingga dengan sendirinya, amal tartil mencakup : membaca, menghafal dan memahami isinya.
Sudah sejauh mana kita melakukan iqra terhadap al-Quran ? Rasul pernah bersabda :
اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِي شَهْرٍ قُلْتُ إِنِّي أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ فَاقْرَأْهُ فِي سَبْعٍ وَلَا تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ
“Bacalah al-quran dalam satu bulan.” Aku menjawab, “aku masih kuat lebih dari itu.” Sabda nabi saw, “bacalah dalam tujuh hari, dan jangan lebih dari itu.” (HR. Bukhari)[11]
Sabda Nabi saw tersebut ditujukan kepada Abdullah bin ‘Amr yang sering membaca al-Quran semalam suntuk.
Dari Abu Umamah, Rasulullah saw bersabda,
" اقْرَءُوا الْقُرْآنَ؛ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَافِعًا لِأَصْحَابِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ،
“Bacalah Alquran karena sesungguhnya Alquran itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberikan syafaat kepada orang yang membacanya.” (HR Ahmad)[12]
Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah Saw juga bersabda,
"يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ إِذَا دَخَلَ الْجَنَّةَ: اقْرَأْ وَاصْعَدْ، فَيَقْرَأُ وَيَصْعَدُ بِكُلِّ آيَةٍ دَرَجَةً، حَتَّى يَقْرَأَ آخِرَ شَيْءٍ مَعَهُ"
“Kelak (di akhirat) akan dikatakan kepada Shahibul Alquran (orang yang senantiasa bersama-sama dengan Alquran, penj), ‘Bacalah, naiklah terus dan bacalah dengan perlahan-lahan (tartil) sebagaimana engkau telah membaca Alquran dengan tartil di dunia. Sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (HR Ibnu Majah)[13]
Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Alquran al-Karim, Rasulullah SAW bersabda:
«مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ تَعَالَى، يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ»
“Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di hadapan-Nya.” (HR. Abu Dawud)[14]
Semoga kita semua termasuk ashhabul Quran yang berhak mendapatkan syafaatnya pada hari kiamat kelak. Oleh karena itu, marilah bulan suci Ramadhan ini kita jadikan momentum terbaik untuk lebih dekat lagi bersama al-Quran. Allahummarhamna bil quran!
Selasa pagi, 20 Ramadan 1444/ 11 April 2023
Artikel ahmadwandilembang.com
=========
Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
[1] Hasan. Ahmad (6626), al-Thabrani, Majma’ al-Zawaid (3/181), Abu Nu’aim (8/161), al-Hakim (2036), al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman (1994). Dishahihkan oleh Ahmad Syakir dan Syaikh Al-Albani, dihasankan oleh al-Haitsami dan al-Bushiri, dan didhaifkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth.
[2] Shahih. al-Bukhari (5050), Muslim (800).
[3] Shahih. al-Bukhari (6).
[4] Shhaih. Al-Bukhari (3624).
[5] Lisan al-Arab 6/79.
[6] Shahih. al-Bukhari (5027).
[7] Shahih. Ahmad (24667), (26028), (26296), al-Bukhari (4937), Muslim (798), Al-Nasai (8045), (8046), (11646), Ibnu Majah (3797), al-Baihaqi (3861).
[8] Shahih. al-Bukhari (5427).
[9] Shahih. al-Bukhari (5026).
[10] Shahih. al-Tirmidzi (2910). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani.
[11] Shahih. al-Bukhari (5054).
[12] Shahih. Ahmad (22213).
[13] Shahih lighairih. Ahmad (6799), Abu Dawud (1464), Ibnu Majah (3780).
[14] Shahih. Ahmad (9274), (11287), (11463), (11875), (11892), Muslim (2700), Abu Dawud (1455), Ibnu Majah (3791).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar