Menggapai lailatul qadar di bulan ramadan (Gambar: Pixabay) |
MENGGAPAI LAILATUL QADAR
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan, salah satunya adalah lailatul qadar, suatu malam yang dinilai oleh Al-Quran dan Sunah sebagai “malam yang lebih baik dari seribu bulan”.
Secara Bahasa lailatul qadar berarti malam yang agung, malam yang besar nilainya. Secara istilah lailatul qadar adalah nama bagi dua malam :
Pertama, Malam diturunkannya al-quran pertama kali secara sekaligus dari lauhul mahfuzh ke Baitul izzah di langit dunia pada bulan Ramadhan, tanggalnya tidak ada yang tahu secara pasti. Lailatul qadar inilah yang dimaksud oleh ayat-ayat berikut :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan, 2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?, 3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribubulan, 4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan, 5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadar : 1-5)
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadan yang diturunkan padanya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, keterangan-keterangan petunjuk itu, dan pemisah antara yang haq dan yang batal. (QS. Al-Baqarah : 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada malam yang diberkahi. (QS. Ad-Dukhan : 3)
Syaikh Mustafa al-Maragi menjelaskan, “Surat al-Qadr menegaskan bahwa turunnya al-Quran itu pada malam lailatul qadar. Ayat al-Dukhan menguatkan dan menjelaskan bahwa turunnya al-Quran itu pada malam yang diberkahi. Ayat yang terdapat dalam surat al-Baqarah menunjukkan bahwa turunnya al-Quran itu pada bulan Ramadhan. Ayat pada surat al-Anfal menunjukkan bahwa turunnya al-Quran itu pada hari yang sama (nama harinya) dengan hari bertemunya dua pasukan besar pada perang badar, yang pada hari itu, Allah swt memisahkan yang haq dan batil. Maka jelaslah bahwa malam itu adalah malam jum’at, tanggal 17 Ramadan.”[1]
Kedua, Salah satu malam yang terjadi pada setiap bulan Ramadhan, pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir.
Nabi saw. bersabda:
إِلْتَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ.
"Maka carilah oleh kalian pada sepuluh (malm) terakhir". (H.r. Muslim)[2]
Maksudnya cari dari tanggal 21 sampai 29/30 Ramadhan. Hadis ini tidak menginformasikan ketentuan harinya, bisa jadi 21, 22, 23, dan seterusnya. Dari Aisyah bahwasannya Nabi saw. bersabda,
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَاأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْ الَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah lailatul qadar itu pada malam-malam ganjil dari 10 terakhir bulan Ramadhan". (HR. Bukhari)[3]
Keutamaan Lailatul Qadar
1. Malam penuh keberkahan
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada malam yang diberkahi. (QS. Ad-Dukhan : 3)
Sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah, malaikat akan turun pada malam laulatul qadar dengan jumlah yang tak terhingga. Malaikat akan turun membawa kebaikan dan keberkahan sampai terbitnya waktu fajar.[4]
2. Lebih baik daripada seribu bulan
al-Nakha’I berkata, “Amalan Ketika lailatul qadar lebih baik daripada amalan selama seribu bulan.”[5] Menurut ulama lainnya, “shalat dan amalan pada malam lailatul qadar lebih baik daripada shalat dan shaum pada seribu bulan yang bukan lailatul qadar.”[6]
3. Orang yang menghidupkan lailatul qadar akan mendapatkan ampunan dosa
«مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar kerena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari)[7]
4. Pahala yang sempurna dan ampunan yang lengkap
Dalam sebuah hadis Nabi saw. bersabda:
فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا قَدْ حُرِمَ
“Pada bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan barangsiapa tidak mendapati malam itu maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan.” HR. Ahmad, Ibnu Abu Syaibah, Abd bin Humaid, Ishaq bin Rahawaih.[8]
Kata at-Tibrizi, “Sabda Nabi: “Barangsiapa tidak mendapati malam itu maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan”. Maksudnya, kehilangan pahala yang sempurna atau ampunan yang lengkap, yang dengannya orang yang menghidupkan malam itu memperoleh keberuntungan.”[9]
Jadi, pahala sempurna dan ampunan lengkap merupakan dua di antara beragam nilai keagungan Lailatul Qadar yang senantiasa “turun” di bulan Ramadhan. Kesempatan menggapai nilai keagungan malam itu terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Sebab “peluang emas” ini belum tentu kita peroleh kembali di tahun yang akan datang.
Cara Menggapai Lailatul Qadar
Rasulullah saw tidak menjelaskan waktu lailatul qadar secara terperinci. Dari Ubadah bin Shamit ra, ia mengatakan,
خَرَجَ نَبِـيُّ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : خَرَجْتُ ِلأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فَتَلاَحَى رَجُلاَنِ مِنَ اْلمُسْـلِمِينَ فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ فَرُفِعَتْ،وَعَسَىأَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالخَامِسَةِ.
"Nabi Allah saw. keluar untuk memberi tahu kami tentang lailatul Qadar, namun dua orang dari muslimin bertengkar. Beliau bersabda,'Saya keluar untuk memberi tahu kalian tentang lailatul qadr, tetapi si fulan dan si fulan bertengkar. Maka diangkatlah dariku, tetapi mudah-mudahan jadi lebih baik bagi kamu. Maka carilah pada malam kesembilan, ketujuh dan kelima". )HR. Bukhari)[10]
Lailatul qadr yang dimaksud tidak sempat dijelaskan dengan lebih terperinci oleh Rasulullah saw.sehinggga hal itu senantiasa dipertanyakan. Tetapi yang jelas mengenai fadhilah dan keutamaannya tergambar pada sikap beliau ketika menghadapi sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, yang padanya akan terdapat lailatul qadr. Maka dapat disimpulkan bahwa Rasululah saw. sendiri tidak diberi tahu kapan tepatnya terjadi lailatul qadr.
Informasi tentang lailatul qadr diangkat kembali dengan sebab perkelahian antara dua orang laki-laki dihadapan Rasululah saw. Hal ini menunjukkan bahwa lailatul qadr tidak layak hadir di antara orang yang sedang berbuat maksiat.Sehubungan dengan itu, Bukhari menetapkan di dalam kitab shahihnya,"Bab diangkatnya lailatul qadr disebabkan pertengkaran manusia"
Dengan demikian kita dapat mengambil pelajaran bahwa dengan tidak dijelaskannya kepastian waktu terjadi lailatul qadr, Rasulullah saw. berharap bahwa hal itu akan lebih baik untuk kita. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw.bersabda,
الصِّـيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِماً فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْـهَلْ فَإِنِ امْرُؤٌقَـاتَلَهُ أَوْشَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَتَيْنِ. وَالَّذِينَـفْسُ مُحَمَّدٍ بِـيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِمِنْ رِيحِ اْلمِسْكِ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي،اَلصِّياَمُ لىِ وَأَناَ أَجْزِيْ بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا.
"Saum itu adalah perisai. Bila seseorang sedang saum, maka jangan rafats (kotor dalam kata-kata) dan jangan yajhal (bersikap bodoh), bila ada seseorang yang mau berkelahi atau memarahinya, maka hendaklah ia katakan 'Sesungguhnya 'Saya sedang shaum' dua kali. Dan demi yang diri Muhammad pada tangan kekuasaan-Nya, pastilah mulut yang saum itu lebih wangi menurut pandangan Allah daripada minyak misk (kasturi), karena ia meninggalkan makanan,minuman, dan syahwatnya karena-Ku. Saum itu untuk-Ku dan Akulah yang memberi pahalanya, dan kebaikan itu (dipahalai) dengan sepuluh kali lipat. (HR. Bukhari)[11]
Sikap Rasululah saw. dalam mencari dan mendapatkan lailatul qadr pada sepuluh hari terakhir setiap bulan Ramadan, lebih tampak lagi dengan ajakan beliau kepada keluarganya untuk bangun melaksanakan ibadah yang lebih giat dari malam-malam sebelumnya. Dari Aisyah, ia berkata,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَادَخَلَ العَشْرُ َشَدَّ مِئْزَرَهُ وأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Bahwasanya Rasulullah saw. apabila memasuki sepuluh terakhir Ramadan,beliau tidak tidur dan membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya. (HR. Bukhari)[12]
Tanda Lailatul Qadar
Bahwa Ibnu Masud berkata,
إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُا مَنْ قَامَ السَّنَةَ أَصَابَ لَيْلَةَالْقَدْرِ فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَالَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّلَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا
"Barangsiapa yang beribadah pada tahun ini, ia akan mendapatkan lailatul qadar. Ubay berkata,'Demi Allah yang tidak ada tuhan melainkan Dia, bahwa lailatul qadar itu terjadi pada bulan Ramadhan, ia bersumpah dengan sesuatu yang ia sanjung, dan demi Allah sesungguhnya aku tahu malam apakah dia itu? Dia adalah malam yang kita diperintahkan oleh Rasulullah untuk beribadah padanya, yaitu malam ke-27 yang cerah, dan tandanya adalah matahari terbit pada kecerahan harinya, putih tiada bayangan. (HR. Muslim)[13]
Dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah saw. bersabda,
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْبَوَاقِي مَنْ قَامَهُنَّابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ تِسْعٍ أَوْسَبْعٍ أَوْ خَامِسَةٍ أَوْ ثَالِثَةٍ أَوْ آخِرِ لَيْلَةٍ وَقَالَ رَسُولُاللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِأَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌلَا بَرْدَ فِيهَا وَلَا حَرَّ وَلَا يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَاحَتَّى تُصْبِحَ وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُمُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلَايَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ
"Lailatul qadar itu terjadi pada 10 terakhir (Ramadhan). Barang siapa beribadah pada malam-malam itu karena mengharap pahalanya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa yang telahlalu dan dosa terkemudian. Ia adalah malam ganjil (yaitu) malam ke-9 (maksudnya ke-21), 7 (maksudnya ke-23), 5 (maksudnya ke-25), 3 (maksudnya ke-27) atau malam terakhir(bulan Ramadhan, maksudnya ke-29). Dan Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya tanda lailatul qadar adalah langit bersih, terang bagaikan bulan sedang purnama, tidak dingin, dan tidak pula panas, tidak layak bagi bintang dijatuhkan pada malam itu hingga masuk waktu shubuh,dan tandanya (pula) bahwa matahari cerah keluar secara seimbang, tiada bayangan seperti malam bulan purnama, dan tidak layak setan keluar bersamanya ketikaitu. (HR. Ahmad)[14]
Tanda kehadiran Lailatul qadar adalah keesokan harinya matahari terlihat putih tanpa sinar pada pagi hari. Artinya, tanda lailatul qadar ini hanya bisa diketahui setelah terjadi pada keesokan harinya. Wallahu a’lam bi al-shawwab!
Baca Pula : Ketentuan I’tikaf, Umat Islam Wajib Tahu!
Sabtu sore, 24 Ramadan 1444 H/ 15 April 2023 M
Artikel ahmadwandilembang.com
=========
Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
[1] Tafsir al-Maragi (10/207).
[2] Shahih. Muslim (1165).
[3] Shahih. Al-Bukhari (2017).
[4] Zad al-Masir 9/192-194.
[5] Lathaif al-Ma’arif, hlm. 341.
[6] Zad al-Masir 9/191.
[7] Shahih. al-Bukhari (1901).
[8] Shahih. Ahmad (9493), Ibnu Abu Syaibah (8867), Abd bin Humaid (1429), Ishaq bin Rahawaih (1).
[9] Misykat al-Mashabih 6/822.
[10] Shahih. Al-Bukhari (2023).
[11] Shahih. Al-Bukhari (1894).
[12] Shahih. Al-Bukhari (2024).
[13] Shahih. Muslim (762).
[14] Hasan lighairih. Ahmad (22765).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar