ADAKAH SHALAT KIFARAT DI HARI JUM’AT TERAKHIR RAMADHAN? - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Kamis, 13 April 2023

ADAKAH SHALAT KIFARAT DI HARI JUM’AT TERAKHIR RAMADHAN?

 

SHALAT KAFFARAH DI HARI JUM’AT TERAKHIR RAMADHAN
Tidak ada syariat shalat kifarat di hari jumat terakhir ramadan (Gambar : Pixels)

ADAKAH SHALAT KIFARAT DI HARI JUM’AT TERAKHIR RAMADHAN?

 

Dalam Group WA menyebar berita seperti ini:

 

Bersabda Rasulullah SAW : ” Barangsiapa selama hidupnya pernah meninggalkan shalat tetapi tak dapat menghitung jumlahnya, maka shalatlah di hari Jum’at terakhir bulan Ramadhan sebanyak 4 rakaat dengan 1x tasyahud (tasyahud akhir saja), tiap rakaat membaca 1 kali Fatihah kemudian surat Al-Qadar 15 X dan surat Al-Kautsar 15 X .

 

Niatnya: ” Nawaitu Usholli arba’a raka’atin kafaratan limaa faatanii minash-shalati lillaahi ta’alaa”

 

Sayidina Abu Bakar ra. berkata ” Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Shalat tersebut sebagai kafaroh (pengganti) shalat 400 tahun dan menurut Sayidina Ali ra. shalat tersebut sebagai kafaroh 1000 tahun.

 

Maka shohabat bertanya :” umur manusia itu hanya 60 tahun atau 100 tahun, lalu untuk siapa kelebihannya?”.

 

Rasulullah SAW menjawab: ” untuk kedua orangtuanya, untuk istrinya, untuk anaknya dan untuk sanak familinya serta orang-orang yang didekatnya/ lingkungannya”

 

Pak Ustadz, mohon pencerahan tentang hal ini. Jazakumullohu khoir.

 

JAWABAN:

 

Shalat adalah kewajiban yang ditentukan batas waktunya. Allah swt berfirman,

 

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

 

“Sesungguhnya shalat merupakan kewajiban bagi orang beriman yang telah ditetapkan waktunya.” (QS. An-Nisa: 103).

 

Sehingga hukum asal shalat wajib harus dikerjakan pada waktunya yang telah ditentukan. Dan tidak boleh keluar dari hukum asal ini, kecuali karena ada sebab yang diizinkan oleh syariat, seperti alasan bolehnya menjamak shalat.

 

Alasan lain yang membolehkan seseorang shalat di luar waktu adalah ketika dia memiliki udzur di luar kesengajaannya. Seperti karena ketiduran atau lupa. Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

مَنْ نَسِيَ صَلَاةً، أَوْ نَامَ عَنْهَا، فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا

 

“Barang siapa yang kelupaan shalat atau tertidur sehingga terlewat waktu shalat maka penebusnya adalah dia segera shalat ketika ia ingat.” (HR. Ahmad 11972 dan Muslim 1600).

 

Dalam riwayat lain, juga dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

مَنْ نَسِىَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا ، لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ

 

“Siapa yang lupa shalat, maka dia harus shalat ketika ingat. Tidak ada kifarat untuk menebusnya selain itu.” (HR. Bukhari 597 & Muslim 1598)

 

Berdasarkan hadis tersebut, tidak ada kifarat shalat bagi yang lupa atau ketiduran, kecuali shalat ketika ingat atau bangun. Bagaiman jika meninggalkan shalatnya karena sengaja? Maka jelas tidak ada kifarat dan tidak ada qadha baginya. Segeralah bertobat dan perbanyak shalat sunat.

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ

 

Amal manusia pertama yang akan dihisab kelak di hari kiamat adalah shalat. Allah bertanya kepada para Malaikatnya – meskipun Dia paling tahu – “Perhatikan shalat hamba-Ku, apakah dia mengerjakannya dengan sempurna ataukah dia menguranginya?” Jika shalatnya sempurna, dicatat sempurna, dan jika ada yang kurang, Allah berfirman, “Perhatikan, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunah?.” jika dia punya  shalat sunah, Allah perintahkan, “Sempurnakan catatan shalat wajib hamba-Ku dengan shalat sunahnya.” (HR. Nasai 465, Abu Daud 864, Turmudzi 415, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

 

Syaikhul Islam mengatakan,

 

وتارك الصلاة عمدا لا يشرع له قضاؤها ، ولا تصح منه ، بل يكثر من التطوع ، وهو قول طائفة من السلف

 

“Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, tidak disyariatkan meng-qadhanya. Dan jika dilakukan, shalat qadhanya tidak sah. Namun yang dia lakukan adalah memperbanyak shalat sunah. Ini merupakan pendapat sebagian ulama masa silam.” (Al-ikhtiyarot, hlm. 34).

 

Keterangan lain disampaikan Ibnu Hazm,

 

من تعمد ترك الصلاة حتى خرج وقتها فهذا لا يقدر على قضائها أبداً، فليكثر من فعل الخير وصلاة التطوع؛ ليُثَقِّل ميزانه يوم القيامة؛ وليَتُبْ وليستغفر الله عز وجل

 

“Siapa yang sengaja meninggalkan shalat sampai keluar waktunya, maka selama dia tidak bisa mengqadha’-nya. Hendaknya dia memperbanyak amal soleh dan shalat sunah, agar memperberat timbangannya kelak di hari kiamat. Dia harus bertaubat dan banyak istighfar.” (al-Muhalla, 2/279).


Bersumber Hadis Yang Palsu

 

Redaksi hadis seperti yang ditanyakan tidak ditemukan dalam berbagai kitab hadis. Namun terdapat beberapa hadis yang agak mirip berkaitan dengan shalat kifarat, di antara riwayat-riwayat tersebut adalah sebagai berikut.

 

Pertama, al-Dzahabi dalam kitabnya Ahadits al-Mukhtarah:

 

أحاديث مختارة من موضوعات الجورقاني وابن الجوزي (ص: 107)

77 - (51) وبإسناد مظلم عَن أَحْمد بن عبيد الله النهرواني، ثَنَا أَبُو عَاصِم، ثَنَا الْأَوْزَاعِيّ، عَن يحيى، عَن أبي سَلمَة، عَن أم سَلمَة قَالَت: دخل شَاب، فَقَالَ: يَا رَسُول الله {إِنِّي أضعت صَلَاتي، فَمَا حيلتي؟} قَالَ: حيلتك بعد مَا تبت أَن تصلي لَيْلَة الْجُمُعَة ثَمَان رَكْعَات، تقْرَأ فِي كل رَكْعَة خَمْسَة وَعشْرين مرّة (قل هُوَ الله أحد) فَإِذا فرغت، فَقل ألف مرّة: " صلى الله على مُحَمَّد "، فَإِن ذَلِك كَفَّارَة لَك، وَلَو تركت صَلَاة مِائَتي سنة، وَكتب لَك بِكُل رَكْعَة عبَادَة سنة، ومدينة فِي الْجنَّة، وَبِكُل آيَة ألف حوراء، وتراني فِي الْمَنَام ن ليلته. الحَدِيث. وَهَكَذَا، فَلْيَكُن الحَدِيث الْمَوْضُوع  وَإِلَّا فَلَا.

 

Dari Ummi Salamah: datang seorang pemuda kepada Rasulullah bertanya "Wahai Rasulullah s.a.w. aku telah menelantarkan shalatku, apa yang dapat aku lakukan?". Rasulullah s.a.w. menjawab "Hendaknya kamu shalat pada malam Jumat delapan rakaat, setiap rakaat membaca Qul Huallaahu Ahad sebanyak 25 kali, lalu setelah shalat bacalah Shallallahu Ala Muhammad sebanya 1000 kali, maka itu akan menebus shalat-shalatmu yang kau tinggalkan walaupun dua ratus tahun danAllah akan mencatat setiap rakaatnya seperti ibadah setahun dan menjanjikan sorga, dan setiap ayat seribu bidadari dan akan melihatku dalam mimpi pada malam itu". (al-Dzahabi, Ahadits Mukhtarah No. 77)

 

Menurut al-Dzahabi, hadis ini sanadnya gelap, dan termasuk hadis maudhu (palsu).

 

Kedua, al-Kanwi dalam kitabnya al-Atsar al-Marfuah fi al-Akhbar al-Maudhu'ah:

 

مَنْ قَضَى صَلَوَاتٍ مِنَ الْفَرَائِضِ فِي آخِرِ جُمُعَةٍ مِنْ رَمَضَانَ كَانَ ذَلِكَ جَابِرًا لِكُلِّ صَلاةٍ فَائِتَةٍ مِنْ عُمْرِهِ إِلَى سَبْعِينَ سَنَةً

 

"Barang siapa mengqadha shalat-shalat fardhu yang ditinggalkannya pada Jum’at terakhir bulan Ramadhan, maka itu menjadi penebus dari shalat-shalat yang ditinggalkannya selama hidupnya hingga 70 tahun."


Ali al-Qari dalam kitab Maudhu'at Shughra dan Kubra mengatakan, hadits ini batil secara pasti sebab bertentangan dengan ijma' (konsensus) bahwa satu ibadah tidak akan bisa mengganti ibadah-ibadah lain yang terlewat bertahun-tahun. (Ashlu Sifat Shalat Nabi saw, al-Albani, hlm. 85)

 

Syaikh Musthafa al-Siba’I memasukkan hadis ini contoh hadis maudhu dari aspek matan, yaitu bertentangan dengan ijma (kesepakatan para ulama). (al-Sunnah wa Makanatuha 1/99)

 

Imam Shaukani dalam kitab al-Fawaid al-Majmu'ah fil Ahadits al-Maudhu'ah mengatakan: Hadits (artinya) Barangsiapa shalat di Jumat terakhir bulan Ramadhan lima shalat fardlu selama sehari semalam, maka ia telah mengqadla semua shalat yang ditinggalkannya selama setahun, ini maudhu' tidak diragukan lagi. Saya tidak menemukan dalam kitab-kitab hadits maudhu', tapi ini populer di kalangan ulama-ulama kota San'a pada masa ini, maka banyak yang melakukannya. Saya tidak tahu siapa yang pertama kali membuat hadits maudhu' ini, mudah-mudahan Allah memjelekkan para pendusta (pemalsu hadits).

 

Menurut Ibnu Hajar al-Haitami sebagai berikut:

 

 وأقبح من ذلك ما اعتيد في بعض البلاد من صلاة الخمس في هذه الجمعة عقب صلاتها زاعمين أنها تكفر صلوات العام أو العمر المتروكة وذلك حرام أو كفر لوجوه لا تخفى

 

“Yang lebih buruk dari itu adalah tradisi di sebagian daerah berupa shalat 5 waktu di jumat ini (jumat akhir Ramadhan) selepas menjalankan shalat jumat, mereka meyakini shalat tersebut dapat melebur dosa shalat-shalat yang ditinggalkan selama setahun atau bahkan semasa hidup, yang demikian ini adalah haram atau bahkan kufur karena beberapa sisi pandang yang tidak samar.” (Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj 2/457)

 

Mengomentari statemen di atas, Syekh al-Syarwani mengatakan:

 

 قوله ( وذلك ) أي الزعم المذكور قوله ( لوجوه إلخ ) منها إسقاط القضاء وهو مخالف للمذاهب كلها كردي

 

“Ucapan Syekh Ibnu Hajar, yang demikian ini adalah haram atau bahkan kufur karena beberapa sisi pandang yang tidak samar, di antaranya adalah dapat menggugurkan kewajiban mengqadha shalat, hal ini menyalahi seluruh mazhab-mazhab.” (Abdul Hamid al-Syarwani, Hasyiyah al-Syarwani ‘ala al-Tuhfah 2/457)

 

Dalam kitab Fatawa Syabakah al-Islamiyah  disebutkan redaksi yang sama dengan redaksi selebaran, yaitu:


النية نويت أن أصلي أربع ركعات كفارة لما فاتني، ما صحة هذا، فائدة من المجموعة المباركة في كفارة من فاتته صلاة في عمره عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: من فاتته صلاة في عمره ولم يحصها، فليقم في آخر جمعة من رمضان ويصلي أربع ركعات بتشهد واحد، يقرأ في كل ركعة فاتحة الكتاب وسورة القدر 15 مرة وسورة الكوثر كذلك، ويقول في النية نويت أن أصلي أربع ركعات كفارة لما فاتني من الصلاة، وقال أبو بكر سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: هي كفارة أربعمائة سنة، حتى قال علي كرم الله وجهه هي كفارة ألف سنة، قالوا: يا رسول الله، ابن آدم يعيش ستين سنة أو مائة سنة، فلمن تكون الصلاة الزائدة؟ قال: تكون لأبويه وزوجته وأولاده فأقاربه وأهل البلد، فإذا فرغ من الصلاة صلى على النبي صلى الله عليه وسلم مائة مرة بأي صيغة كانت ثم يدعو بهذا الدعاء ثلاث مرات وهو هذا: اللهم يا من لا تنفعك طاعتي ولا تضرك معصيتي، تقبل مني ما لا ينفعك واغفر لي ما لا يضرك يا من إذا أوعد وفى وإذا توعد تجاوز وعفا، أغفر لعبد ظلم نفسه، وأسألك اللهم إني أعوذ بك من بطر الغنى وجهد الفقر إلهي خلقتني ولم أك شيئاً ورزقتني ولم أك شيئاً، وارتكبت المعاصي فإني مقر لك بذنوبي فإن عفوت عني فلا ينقص ما ملك شيئاً وإن عذبتني فلا يزيد في سلطانك شيئاً، إلهي أنت تجد من تعذبه غيري وأنا لا أجد من يرحمني غيرك، اغفر لي ما بيني وبينك واغفر لي ما بيني وبين خلقك يا أرحم الرحمين، ويا رجاء السائلين ويا أمان الخائفين ارحمني برحمتك الواسعة أنت أرحم الراحمين يا رب العالمين، اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات وتابع بيننا وبينهم بالخيرات، رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليماً كثيراً آمين. وبالله التوفيق؟

 

Mayoritas ulama yang mengkaji masalah القضاء العمري atau qadla seumur hidup mengambil kesimpulan bahwa hadits tentang itu palsu karena bertentangan dengan ketentuan syariat mengenai masalah qadla dan tidak diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits populer. Indikasi kedua adalah karena hadits tadi mengandung unsur-unsur berlebih-lebihan yang tidak masuk akal. Hadits tersebut juga merangsang orang meninggalkan shalat secara sengaja karena mereka dapat beranggapan dengan melakukan shalat sekali sebanyak 4 rakaat saja dapat menghapus semua dosa meninggalkan shalat.


Al-Dimasyqi dalam kitab al-Manaarul Muniif fis Sahih wal Dlaif menyebutkan bahwa di antara tanda-tanda hadits dlaif, adalah hadits tersebut menyebutkan imbalan pahala yang berlebihan atas amal yang kecil atau menyebutkan siksa yang berlebihan atas kesalahan dan dosa kecil. Kalau kita amati isi hadits yang ada dalam selebaran tersebut, maka termasuk dalam ketegori ini.


Pengkultusan Jumat terakhir bulan Ramadhan ternyata juga didapati pada sebagian besar masyarakat muslim Pakistan. Mereka menyebutnya Jumah Wida' atau Jumat terkhir bulan Ramadhan. Biasanya pada Jumat itu masyarakat berbondong-bondong ke masjid untuk shalat Jumat Wida dan ikut berdoa bersama imam. Masjid-masjid yang biasanya tidak penuh jamaah, maka pada Jumat Wida' dipenuhi oleh jamaah. (Fatawa Syabakah al-Islamiyah, nomor fatwa: 64749)

 

Bahaya Menyebarkan Hadis Palsu

 

Seiring dengan semaraknya sarana informasi, manusia begitu mudah menyebarkan apapun yang dia dengar atau terima, termasuk di media social seperti Facebook, WatsApp, Twitter, dan lain-lain. Termasuk hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita sangat yakin, maksud mereka baik, memotivasi masyarakat untuk beramal. Namun jangan sampai ini menjadi alasan untuk melakukan menyebarkan kedustaan atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Dari Mughirah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

 

“Sesungguhnya berdusta atas namaku, tidak seperti berdusta atas nama orang lain. Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, hendaknya dia siapkan tempatnya di neraka.” (HR. Bukhari 1291, Muslim 5)

 

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

مَنْ رَوَى عَنِّى حَدِيثًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ

 

“Siapa yang meriwayatkan dariku suatu hadits yang ia menduga bahwa itu dusta, maka dia adalah salah seorang dari dua pendusta (karena meriwayatkannya).” (HR. Muslim dalam muqoddimah, Ibnu Majah 39)

 

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan:

 

1.      Shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya.

2.     Shalat tidak boleh dilakukan di luar waktunya kecuali apabila diizinkan oleh syariat, seperti ketiduran atau lupa, dan tidak ada kifarat kecuali dengan shalat ketika ingat atau bangun.

3.     Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja tidak ada kifarat baginya, segeralah bertaubat dan perbanyak shalat sunat.

4.     Tidak ada syariat shalat kifarat, dan hadis yang menjadi landasannya adalah maudhu atau palsu.

5.     Haram hukumnya menyebarkan hadis shalat kifarat karena termasuk berdusta atas nama Nabi saw dan berdampak negative bagi masyarakat luas, akan semakin banyak orang yang meninggalkan shalat.

 

 

Wallahu a’lam bi al-shawwab.

 

Baca pula : ADAKAHTAHAJUD DI BULAN RAMADHAN?

 

Pertanyaan dapat disampaikan melalui : 089626128748 atau abuabyan156@gmail.com

 

Kamis pagi, 22 Ramadan 1444 H/ 13 April 2023 M

 

@ Ahmad Wandi Lembang

 

@ SDIT Istiqomah Lembang

 

Artikel ahmadwandilembang.com

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024 Artikel Terbaru Ke - 227 Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com) Pada hari Senin-Selasa,...