Agar Cinta Nabi ﷺ Tak Bertepuk Sebelah Tangan |
5 CATATAN PENTING, AGAR CINTA NABI ﷺ TAK BERTEPUK SEBELAH TANGAN!
Cinta Nabi ﷺ adalah kewajiban umat islam dan memiliki berbagai keutamaan. Di satu sisi diperintahkan dalam al-Quran dan hadis, namun di sisi yang lain memiliki banyak keutamaan.
Berbicara masalah cinta Nabi ﷺ, banyak orang yang mengaku bahwa dia cinta Nabi ﷺ, dan dia merasa itu cukup dengan pengakuan saja. Padahal itu hanya klaim sepihak. Dia mencintai Nabi ﷺ, namun Nabi ﷺ belum tentu mencintai dirinya. Seolah-olah “cinta tak harus memiliki” atau lebih parah lagi “cinta bertepuk sebelah tangan”.
Nah, para pembaca Budiman, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar cinta kepada Nabi ﷺ tidak bertepuk sebelah tangan. Karena yang kita harapkan, bukan hanya dapat mencintai Nabi ﷺ, tetapi Nabi ﷺ pun mencintai kita. Bukan sekedar pengakuan saja, tetapi betul-betul kita bisa hidup bersamanya. Amien
Berikut 5 catatan penting, agar conta Nabi ﷺ tidak bertepuk sebelah tangan.
1. Lebih Mencintai Nabi ﷺ Daripada Diri Sendiri
Pertama, kita harus mencintai Nabi ﷺ lebih dari mencintai diri kita sendiri, termasuk orang tua kita dan anak-anak keturunana kita. Bahkan dibandingkan seluruh manusia di muka bumi ini.
Sahabat Abdullah bin Hisyam menuturkan, kami pernah bersama Nabi ﷺ yang saat itu beliau menggandeng tangan Umar bin Khattab, kemudian Umar berujar: "Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala-galanya selain diriku sendiri." Nabi ﷺ bersabda: "Tidak, demi Dzat yang jiwa berada di Tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Maka Umar berujar: 'Sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku'. Maka Nabi ﷺ bersabda: "sekarang (baru benar) wahai Umar." (HR. al-Bukhari 6632)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidaklah beriman –dengan keimanan yang sempurna- salah seorang dari kamu, samapai aku menjadi yang paling dia cintai daripada bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. bukhari dan muslim).
Dari Anas bin Malik dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka." (HR. al-Bukhari 16)
2. Lebih Mencintai Nabi Daripada Dunia
Bahkan bukan hanya mencintai orang-orang yang tercinta saja, kita tidak boleh mencintai sesuatu yang berharga di dunia ini melebihi cinta kita kepada Nabi ﷺ. Misalnya mencintai keluarga, harta kekayaan, dan sebagainya.
{قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (24)} [التوبة: 24]
Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. at taubah : 24)
3. Cinta Nabi ﷺ Bukan Sekedar Pengakuan
Cinta kepada Nabi ﷺ bukan hanya pengakuan, tetapi butuh pembuktian. Cinta bukan kata-kata, tapi fakta dan realita.
Dalam sebuat hadis disebutkan,
قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا بُنَيَّ، إِنْ قَدَرْتَ أَنْ تُصْبِحَ وَتُمْسِيَ لَيْسَ فِي قَلْبِكَ غِشٌّ لأَحَدٍ فَافْعَلْ ثُمَّ قَالَ لِي: يَا بُنَيَّ وَذَلِكَ مِنْ سُنَّتِي، وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الجَنَّةِ
Anas bin Malik berkata, Rasulullah ﷺ berkata kepadaku, “wahai anakku ! jika kamu mampu pada pagi sampai sore hari di hatimu tidak ada sifat khianat pada seorangpun, maka perbuatlah,’ kemudian beliau berkata kepadaku lagi, ‘wahai anakku ! itu termasuk sunnahku. Dan barangsiapa yang menghidupan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang telah mencintaiku, maka aku bersamanya di surga’.” (HR. tirmidzi)
Berdasarkan hadis tersebut, cinta kepada harus dibuktikan dengan cara menghidupkan sunnahnya. Orang yang benar-benar menghidupkan sunnah, maka dia benar-benar telah membuktikan cintanya kepada Nabi ﷺ.
4. Cinta Nabi ﷺ Sebagai Persiapan Menuju Akhirat
Cinta kepada Nabi ﷺ pun harus diyakini sebagai bekal menuju kehidupan akhirat, kehidupan yang sesungguhnya, kekal dan abadi selamanya. Sehingga cinta kepada Nabi ﷺ betul-betul merupakan ibadah yang sangat diperintahkan dalam agama.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا ، قَالَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى السَّاعَةُ ؟ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟ قَالَ : حُبَّ اللهِ وَرَسُولِهِ ، قَالَ : أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ.
Dari Anas bin Malik ra : Seorang arab bertanya kepada Rasulullah ﷺ : " Kiamat itu kapan?" . Rasulullah ﷺ balik bertanya kepadanya : "Apa yang telah kau siapkan untuk itu ? " Dia menjawab : " Dengan mencintai Alah dan Rasul-Nya ". Nabi ﷺ bersabda : "Engkau akan bersama-sama dengan siapa yang engkau cintai." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
5. Yang Paling Penting Dicintai, Bukan Hanya Sekedar Mencintai
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31)
“(Katakanlah Wahai Muhammad) Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (Qs. Ali ‘Imran 31)
Ibnu Katsir rahimahullahu Ta’ala berkata tentang ayat diatas : “Ayat yang mulia ini menjadi hakim atas orang-orang yang mengaku mencintai Allah namun ia tidak berjalan di atas sunnah Nabi-Nya Muhammad ﷺ. Maka sesungguhnya ia telah berdusta dalam pengakuannya itu, kecuali ia telah benar-benar mengikuti syari’at dan agama Muhammad ﷺ dalam segenap perkataannya dan keadaan dirinya.” (Tafsir Ibn Katsir, Surat Ali Imran Ayat 31)
قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ الْعُلَمَاءِ: لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبّ، إِنَّمَا الشَّأْنُ أَنْ تُحَبّ
Sebagian ahli hikmah berkata, “Yang terpenting bukanlah mencintai, yang terpenting adalah dicintai.” (Tafsit Ibnu Katsir 2/32)
Demikian beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar cinta kepada Nabi ﷺ tidak bertepuk sebelah tangan. Karena yang kita harapkan, bukan hanya dapat mencintai Nabi ﷺ, tetapi Nabi ﷺ pun mencintai kita. Bukan sekedar pengakuan saja, tetapi betul-betul kita bisa hidup bersamanya di surga Allah swt. Amien
Ahmad Wandi Lembang
Lembang, 16 Februari 2023 pkl. 09.30 wib.
@SDIT Istiqomah Lembang
=========
Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar