7 ALASAN TIDAK BOLEH MERAYAKAN TAHUN BARU IMLEK, UMAT ISLAM WAJIB TAHU! - Ahmad Wandi Lembang

Terus berkarya, berbagi inspirasi, dan menebar manfaat

Breaking

Senin, 23 Januari 2023

7 ALASAN TIDAK BOLEH MERAYAKAN TAHUN BARU IMLEK, UMAT ISLAM WAJIB TAHU!

 



 

Oleh : Ahmad Wandi

 

Merayakan tahun baru imlek atau tahun baru china hampir sudah menjadi tradisi dan budaya, khususnya masyarakat Thionghoa di berbagai belahan dunia. Disambut dengan meriah dengan serba merah, dari mulai anak-anak sampai dewasa, bahkan hampir tidak memperlihatkan apapun identitas agamanya.

 

Namun bagi sebagian kalangan muslim, boleh atau tidaknya merayakan malam tahun baru imlek ini, masih menjadi perdebatan atau kontroversi. Sebagian menyatakan boleh-boleh saja, karena bukan urusan agama, bahkan harus dengan alasan toleransi. Sementara yang lainnya menyatakan tidak boleh karena dalam islam masalah perayaan sudah ada aturan dan ketentuannya.

 

Apakah anda penasaran, seperti apa alasan-alasan yang menjadi landasan sehingga merayakan tahun baru imlek tidak diperbolehkan dalam islam? Simak penjelasannya sebagai berikut.

 

1.     Perayaan tahun baru imlek adalah ritual agama lain

 

Alasan pertama tidak boleh merayakan tahun baru imlek adalah karena tahun baru ini ternyata bukan berasal dari islam, tetapi berasal dari bangsa china penyembah dewa. Dilansir situs China Highlights, perayaan Imlek berasal dari 3.500 tahun yang lalu. Beberapa orang percaya bahwa Imlek berasal dari Dinasti Shang (1600-1046 SM).

Pada saat itu orang mengadakan upacara pengorbanan untuk menghormati dewa dan leluhur pada awal atau akhir setiap tahun. Seiring dengan perkembangan Imlek, ada sejumlah adat istiadat yang sudah ditinggalkan dan dirubah sesuai tempat dan daerah.

Imlek juga berkaitan dengan cerita monster Nian. Dikutip dari situs Britannica, salah satu legenda mengatakan bahwa ribuan tahun yang lalu, monster Nian akan menyerang penduduk desa pada hari pertama setiap tahun baru.

Dalam cerita itu, ada seorang lelaki tua yang bijaksana mengetahui bahwa monster itu takut dengan suara keras, cahaya terang, dan warna merah. Lalu, orang-orang memasang lentera merah dan gulungan merah di jendela dan pintu mereka untuk mencegah Nian masuk.

Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang lagi. Hal itu membuat Hari Raya Imlek selalu dirayakan dengan petasan, kembang api, dan pakaian serta dekorasi berwarna merah. (news.detik.com)

Namun seiring berjalannya waktu, imlek menjadi budaya di berbagai negara dan kalangan, dengan tidak memperhatikan identitas suatu agama. Bahkan terus mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman, tentu saja dengan cara dan ciri khas masing-masing daerah.

 

Namun di lihat dari kacamata islam, yang memiliki prinsip ketauhidan yang sangat kokoh. Kepercayaan kepada dewa dan monster, tentu saja menyalahi ketauhidan tersebut. Karena tidak ada yang menciptakan langit dan bumi, yang berkuasa atas segala sesuatu, yang wajib diibadahi, yang mendatangkan manfaat dan mafsadat, kecuali hanya satu, yaitu Allah swt.

 

2.    Larangan perayaan apapun selain idul fitri dan idul adha

 

Alasan kedua tidak boleh merayakan tahun baru imlek adalah perayaan yang disyariatkan atau diperbolehkan dalam islam hanya ada dua, yaitu idul fitri dan idul adha. Artinya, selain kedua hari raya tersebut tidak diperbolehkan bagi umat islam.

 

Dalam hal ini Rasulullah SAW menjelaskan sebagai berikut.

 

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ "

 

Dari Anas, dia berkata: Rasulullah SAW tiba di Madinah, sedangkan penduduknya memiliki dua hari khusus untuk permainan (perayaan), maka beliau bersabda: "Apakah maksud dari dua hari ini?" mereka menjawab: "Kami biasa mengadakan permainan (merayakan) pada dua hari tersebut semasa masih Jahiliyyah." Maka Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik dari kedua hari tersebut, yaitu hari (raya) kurban (idul Adlha) dan hari raya Idul Fithri." (HR. Abu Dawud No. 1134)

 

Imam Muhammad Syamsul Haq al-Azhim Abadi menjelaskan, bahwa dua hari yang dimaksud adalah hari nairuz dan Mihrajan. Keduanya merupakan dua perayaan Jahiliyyah. Hari Nairuz adalah hari pertama dalam perhitungan tahun bangsa Arab yang diukurkan ketika matahari berada pada titik bintang  haml/ aries. Hari Nairuz dalam perhitungan tahun matahari versi bangsa Arab sama dengan hari pertama Muharram dalam tahun berdasarkan bulan (Hijriah). Merayakan hari Nairuz, artinya merayakan tahun baru Matahari (imlek). Sementara hari Mihrajan adalah hari pertengahan tahun, tepatnya ketika matahari berada pada titik bintang mizan / gemini di awal musim semi, pertengahan antara musim dingin dan panas. (Aunu al-Ma’bud)

 

Artinya, bahwa hadis di atas dengan tegas menyatakan perayaan tahun baru apapun harus ditinggalkan. Hadis di atas juga membatasi hanya dua hari yang boleh dirayakan, Idul Fithri dan idul Adha saja.

 

3.    Tidak boleh menyerupai non muslim

 

Setelah jelas bahwa perayaan tahun baru imlek adalah perayaan tahun baru yang dirayakan oleh bangsa china para penyembah dewa dan kaum beragama konghucu. Maka umat islam yang ikut merayakannya sama dengan mengikuti atau menyerupai mereka.

 

Adapun mengikuti non muslim sangat dilarang dalam islam, karena berarti termasuk kepada golongan mereka. Berikut penjelasannya dalam hadis.

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ»

 

Dari Ibnu Umar, berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai satu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud No. 4031)

 

Tasyabuh artinya menyerupai. Maksudnya menyerupai, menandingi atau mengekor ritual, perayaan, dan hal-hal lain terkait ajaran kaum non muslim. Umat islam hari ini banyak yang meyakini bahwa untuk meninggikan derajat islam, ritual-ritual tertentu harus diselenggrakan demi menandingi umat yang lain. Padahal nyatanya, Nabi SAW justru melarang karas umatnya untuk melakukan hal tersebut karena termasuk tasyabuh.

 

4.    Akan dibangkitkan bersama non muslim pada hari kiamat

 

Alasan keempat, yang lebih mengkhawatirkan lagi, selain dilarang, orang yang menyerupai agama lain itu nanti pada hari kiamat dia akan dibangkitkan bersama mereka yang diikutinya.

 

Dalam hal ini, sahabat Abdullah bin Amr menjelaskan sebagai berikut.

 

مَنْ بَنَى بِأَرْضِ الْمُشْرِكِينَ , وَصَنَعَ نَيْرُوزَهُمْ وَمِهْرَجَانَهمْ , وَتَشَبَّهَ بِهِمْ حَتَّى يَمُوت , حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْم الْقِيَامَة "

 

Abdullah bin Amr berkata, “Barangsiapa yang membangun rumah di negeri orang-orang musyrik, turut terlibat dalam perayaan Nairuz dan Mihrajan mereka, dan bertasyabuh dengan mereka sampai ia meninggal, maka kelak akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat.” (Aun al-Ma’bud 3/64)

 

Kemudian dalam al-Quran, Allah SWT berfirman.

 

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [المائدة: 51]

 

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(-mu). Sebagian mereka menjadi teman setia bagi sebagian yang lain. Siapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS. Al-maidah [5]: 51)

 

Menurut Ibnu Taimiyyah, ayat ini semakna dengan hadis di atas.

 

قَوْلِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّهُ قَالَ مَنْ بَنَى بِأَرْضِ الْمُشْرِكِينَ وَصَنَعَ نَيْرُوزَهُمْ وَمِهْرَجَانَهُمْ وَتَشَبَّهَ بِهِمْ حَتَّى يَمُوتَ حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

 

Perkataan Abdullah bin Amr, ia berkata, “Siapa yang membangun rumah di negeri orang-orang musyrik, turut terlibat dalam perayaan Nairuz dan Mihrajan mereka, dan bertasyabuh dengan mereka sampai ia meninggal, maka kelak akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat.” (Aun al-Ma’bud 3/64)

 

 

5.    Tidak boleh mengucapkan selamat tahun baru imlek, sama dengan perayaan-perayaan agama lainnya

 

Dilihat dari aspek sejarah, imlek dalam agama konghucu adalah ritual agama untuk menyembah dewa dan para leluhur. Sekaligus diyakini sebagai penolak bala atau monster Nian yang diyakini sangat berbahaya oleh mereka.

 

Mengucapkan selamat tahun baru imlek, berarti sama saja dengan mempercayai dan meyakini apa yang diyakini dan dipercaya oleh saudara kita yang beragama konghucu. Artinya, kalau memiliki kepercayaan yang sama dengan mereka, apa bedanya agama kita dengan mereka.

 

Dalam islam, atau dari kacamata agama islam, apa yang mereka yakini jelas salah besar. Karena tuhan itu hanya Allah, sementara mereka tuhannya bukan Allah. Hari raya itu idul fitri dan idul adha, bukan imlek dan yang lainnya. Sementara menurut agama yang lain, bisa jadi sebaliknya, yang benar itu adalah sesui dengan apa yang mereka yakini.

 

Ketika umat islam dipaksakan harus membenarkan agama orang lain, begitupun sebaliknya, keduanya sama-sama melanggar agama masing-masing yang dianutnya. Sama-sama durhaka dalam kacamata agamanya masing-masing. Keduanya tidak jujur dan berbohong terhadap agamanya. Bisa jadi mempermainkan agamanya. Na’udzu billah min dzalik.

 

Toleransi ada batasnya, tidak perlu berlebihan dan dipaksakan, apalagi sampai melanggar aturan agama itu sendiri. Toleransi cukup untuk tidak saling mengganggu dan memberi kebebasan untuk menjalankan agama masing-masing, sesuai dengan batas-batas dan aturan yang berlaku.

 

6.    Tidak boleh imlek bersama

 

Karena imlek merupakan ritual agama, maka tidak boleh agama lain ikut campur, atau ikut serta merayakannya. Kecuali umat agama lain itu, dia meyakini atau mempercayai apa yang ada dalam agama konghucu tersebut.

 

Dalam islam, dan begitu juga agama lain, tidak boleh mencampuradukkan antara hak dan batil, mencampuradukkan agamanya dengan agama yang lain. Masing-masing agama memiliki aturan dan syariat tersendiri.

 

Cukup menjalankan agama masing-masing dengan benar itu sudah cukup. Ketika umat islam merayakan Idul Fithri dan idul Adha, para penganut agama lain tidak perlu ikut-ikutan merayakan Idul Fitri dan Idul Adha secara bersama-sama. Begitu pun sebaliknya, ketika agama lain merayakan upacara agamanya, umat islam tidak perlu ikut serta merayakannya. Tidak ada pihak yang dirugikan, karena tidak saling mengganggu.

 

7.    Atas nama toleransi, agama dikorbankan

 

Ketika dipaksakan, harus saling mengucapkan selamat, apalagi merayakan suatu upacara agama tertentu secara bersama-sama dari berbagai agama. Maka dapat dipastikan, bahwa dia akan melanggar agamanya masing-masing.

 

Atas nama toleransi, jangan sampai melanggar agama itu sendiri. Tuhan agama apapun tidak mengajarkan, dia baik dan toleran kepada agama lain, sementara dia sendiri mengecewakan tuhan agamanya sendiri.

 

Rasulllah saw sebagai orang yang paling toleran telah digambarkan dalam al-Quran sebagai berikut.

 

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah. Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)

 

Demikian 7 alasan tidak diperbolehkannya merayakan tahun baru imlek bagi umat islam. Setuju atau tidak setuju dengan artikel ini, sikapi secara bijak dan ilmiah, tetap saling menghargai dan menjaga persaudaraan. Karena kebenaran hanya milik Allah SWT. Semoga bermanfaat!

 

=========

Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL SEBELUMNYA

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024

GOES TO PANGANDARAN, FAMILY GATHERING 2024 Artikel Terbaru Ke - 227 Oleh : Ahmad Wandi, M.Pd (ahmadwandilembang.com) Pada hari Senin-Selasa,...