7 CATATAN SEPUTAR PENGHINAAN PEMBAKARAN AL-QURAN DI SWEDIA
Oleh Ahmad Wandi
Penghinaan terhadap al-quran terulang kembali, kali ini terjadi di Swedia dengan melakukan pembakaran al-Quran yang dilakukan oleh Rasmus Paludan, seorang pria Denmark-Swedia, orang sayap kanan yang anti islam. Katanya, ini bukan yang pertama, tapi sudah ke sekian kalinya.
Pelecehan dan penistaan terhadap islam, symbol slam, dan ummat Islam memang hampir terus datang silih berganti. Dan, sepertinya enggan berhenti dari masa ke masa. Pelecehan tersebut ditujukan kepada Allah swt, Nabi Muhammad, al-Quran, dan symbol-simbol islam lain-lainnya.
Pelecehan dan penistaan ini datang dari luar Islam (orang kafir, musyrik, atheis, dan lain-lain) bahkan dari dalam (misal: kaum munafik, kaum liberal, sekular dan pluralis).
Jika tuduhan itu datang dari luar, tentu sangat wajar. Karena tugas mereka adalah menghancurkan umat Islam dan merusak agamanya. Tujuannya memurtadkan mereka atau, minimal, menghilangkan identitas mereka sebagai Muslim (QS. Al-Baqarah: 120, 217).
Setelah itu hilanglah rasa bangga mereka kepada Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna (QS. Ali Imran: 19, 85). Sampai pada akhirnya, tidak lagi merasa terhina ketika Islam dihina. Tak lagi merasa malu ketika Islam dicela, difitnah, dan dituduh macam-macam. Ini namanya hilang Ghīrah, dalam bahasa Buya Hamka. Padahal Ghīrah terhadap agama inilah yang mampu bangkitkan kejayaan agama, bangsa dan negara.
Berikut beberapa catatan menarik terkait penghinaan pembakaran al-Quran di Swedia.
1. PENISTAAN AL-QURAN DALAM SEJARAH
Dalam catatan sejarah, terjadi penistaan al-quran sudah sering terjadi, bahkan sejak al-Quran itu diturunkan di zaman Nabi saw. Sampai suatu ketika Rasulullah saw sempat dilarang mengeraskan bacaan al-Quran karena khawatir akan membuat risih orang-orang musyrik dan mendapatkan pelecehan dari mereka.
Allah swt berfirman, "Janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalat dan janganlah pula merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu," (QS. Al-Isra: 110)
Penistaan al-quran dilakukan dengan berbagai cara, ada yang mengacak-mangacak isinya, merubah penafsirannya, sesuai dengan keinginan mereka. Ini rata-rata dilakukan oleh para akademisi di berbagai kampus. Bahkan tidak sedikit yang beragama islam atau kampus islam ternama yang keliru belajar filsafat ilmu.
Ada juga yang sangat ironi, yang melakukannya umat islam dari kalangan pejabat public atau tokoh masyarakat, agar mendapatkan simpati dan dukungan politik dari kelompok tertentu. Mereka memberikan dukungan atau pembelaan kepada kelompok tertentu dengan cara menistakan al-Quran.
Kelompok lainnya yang sangat masif, tentu saja para kaum kafir dan munafiqin yang benci kepada islam. Baik terang-terangan atau tidak, yang jelas mereka berani secara terbuka menghina, melecehkan dan menistakan al-Quran. Ada yang merobeknya, mengencinginya, membakarnya, dan yang lainnya.
2. SELALU DICARI CELAH UNTUK MERUSAK DAN MENJATUHKAN AL-QURAN
Karena al-quran ini adalah kitab suci umat islam. Kunci kesuksesan dan keselamatan yang hakiki dan abadi. Siapa yang berpegang teguh kepadaal-Quran dan as-sunnah tidak akan tersesat selamanya. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Disahihkan oleh Syaikh Salim Al-Hilali dalam At-Ta’zhim wa Al-Minnah, hlm. 12-13).
Oleh karena itu, para islamophobia atau yang tidak suka dengan islam selalu mencari cari agar al-Quran ini ditinggalkan dan tidak dijadikan pegangan oleh kaum muslimin. Mereka merusaknya, menghinanya, dan apapun mereka lakukan agar semua manusia tidak percaya kepadanya.
Namun Allah swt telah menjaminnya, bahwa al-Quran akan senantiasa dalam pemeliharaan-Nya. Firman-Nya, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
3. KEBEBASAN BEREKSPRESI YANG KEBABLASAN
Kenapa mereka berani menghina dan melecehkan al-Quran? Pada umumnya mereka yang berani melakukan itu semua dengan alasan “kebebasan berakspresi”. Dalam al-Quran mereka akan selalu beralasan sebagai “senda gurau dan bermain-main saja”.
Hal tersebut sudah dinyatakan oleh Allah swt. “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja’. Katakanlah, ‘Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman.” (QS. At-Taubah : 65-66)
Padahal kebebasan berekspresi yang mereka gaungkan, sebenarnya hanya alasan saja dan melindungi diri saja, ketika banyak pihak yang mendesaknya. Karena sebenarnya kebebasan itu sendiri ada batasannya.
Dia sendiri tidak akan menerima, ketika keyakinannya, sesuatu yang menjadi prinsip dalam hidupnya, diganggu atau dihina oleh orang lain. Mereka tidak akan menerima ketika foto orangtuanya dibakar atau diinjak-injak di hadapannya. Sebagaimana rakyat Indonesia, tidak akan menerima ketika bendera merah putih dibakar atau dirobek-robek. Meskipun dengan alasan kebebasan berekspresi.
4. BETAPA MUDAH MENYEBARKAN KEBENCIAN KEPADA ISLAM
Kasus pembakaran al-Quran dan penistaan agama islam lainnya di sejumlah negara Eropa begitu sering terjadi. Itu semua menunjukkan, bahwa kebencian terhadap Islam, begitu mudah dibangkitkan dan mendapat dukungan sebagian masyarakat Eropa.
Dalam bukunya, “Muhammad, A Biography of the Prophet” (1996), Karen Armstrong menggambarkan keresahannya, bahwa di Eropa pada tahun-tahun belakangan ini, kebencian lama terhadap Islam mulai terus dibangkitkan. “Orang-orang Eropa mudah menyerang Islam, walaupun mereka hanya tahu sedikit tentang Islam,” tulis Armstrong, mantan biarawati yang banyak menulis buku tentang Islam, Yahudi, dan Kristen.
Salah satu faktornya menurut DR. Adian Husaini, “Perlu dicatat bahwa sejarah benturan Eropa-Islam memang berlangsung sangat panjang. Itu fakta sejarah. Islam memang satu-satunya peradaban dan kekuatan yang pernah menaklukkan Barat. Islam pernah menduduki Spanyol selama sekitar 800 tahun (711-1492). Islam pernah menaklukkan Ibu Kota Romawi Timur (Konstantinopel) tahun 1453. Islam pernah mengepung Vienna – yang menjadi jalan penaklukan bagian Eropa lainnya – selama dua kali (1529 dan 1683). Dan Islam juga akhirnya memenangkan Perang Salib yang berlangsung hampir 200 tahun.” (mediadakwah.id)
Namun apa pun motivasi kebencian dan pelecehan terhadap Islam, kita patut merenungkan kebenaran al-Quran: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu, orang-orang yang berada di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS Ali Imran: 118)
5. MEMBUKA PINTU TERORISME DAN EKSTRIMISME
Siapa yang tidak marah melihat penghinaan dan pelecehan al-Quran secara terang-terangan. Siapapun yang memiliki iman pasti tidak akan tinggal diam. Namun yang perlu disadari, kita sebagai umat islam jangan sampai terpancing emosi, apalagi bertindak gegabah dan di luar batas.
Kejadian seperti ini bisa jadi memang disengaja, sebagaimana yang disebutkan di atas, agar umat islam terpancing emosinya, kemudian terjadi berbagai bentuk kekerasan dan sikap ekstrimis. Mereka menginginkan umat islam dicap sebagai teroris dan ekstrimis. Dan ini hanya islam, tidak berlaku untuk selain islam.
Di Amerika, serangan Jepang terhadap Pearl Harbour tidak menimbulkan sentimen anti-Jepang. Meskipun begitu banyak warga keturunan Hispanik yang melakukan aksi terorisme, tetapi tidak muncul gelombang anti-Hispanik di Amerika. Tetapi, begitu dalam peristiwa WTC 11 September 2001 dimunculkan wajah-wajah Arab sebagai pelakunya, maka terjadi gelombang sentimen anti-Islam di mana-mana. Bukan tanpa alasan, jika sampai sekarang, hampir tidak ada negara-negara Eropa yang berani mengangkat orang Islam sebagai menteri kabinet.
Begitu mudahnya kampanye anti-Islam dibangkitkan, terutama melalui media massa di Barat yang banyak dikuasai kelompok tertentu. Maka para politisi di Barat juga tidak jarang menggunakan isu ‘sentimen anti-Islam’ untuk meraih dukungan politik. Pengalaman sejarah menunjukkan, menjelang pilpres di AS, dukungan rakyat AS terhadap George W. Bush sangatlah kecil. Tetapi, setelah petistiwa 11 September 2001, dukungan terhadap Bush melonjak tajam.
6. MEMBANGKITKAN IMAN DAN GHIRAH
Katika agama dihina dan dinista, kita tidak bisa tinggal diam begitu saja. Karena yang merasakannya, kepekaan iman dan keberpihakan kita. Sebagai tadzkirah, berikut nasihat emas Buya Hamka untuk kita semua.
Rasa cemburu (ghiroh) dalam konteks beragama adalah konsekuensi dari Iman itu sendiri. Orang yang beriman akan tersinggung jika agamanya dihina, bahkan agamanya itu akan didahulukan daripada keselamatan dirinya sendiri.
Ini pertanda masih adanya ghiroh di dalam dirinya. Bangsa penjajah pun telah mengerti tabiat Umat Islam yang semacam ini.
Jika agamamu, nabimu, kitabmu dihina dan engkau diam saja, jelaslah ghiroh telah hilang darimu.
Jika ghiroh tidak lagi dimiliki oleh bangsa Indonesia, niscaya bangsa ini akan mudah dijajah oleh asing dari segala sisi.
Jika ghiroh telah hilang dari hati, gantinya hanya satu, yaitu kain kafan. Sebab kehilangan ghiroh sama dengan mati.
7. SIKAP KITA KEPADA PARA PENISTA AGAMA
Kemarahan kita tidak mesti melahirkan sikap yang berlebihan. Memang tidak ridha dan di rela, al-Quran sampai dibakar dan dinistakan. Namun sebagai seorang muslim kita harus melihat Nabi saw dalam bertindak. Kita tidak boleh gegabah dan harus bertindak lebih cerdas. Jangan sampai kita terjebak dan masuk ke dalam perangkap mereka.
Apalagi di Barat maupun di Indonesia, Islamofobia sering berimpitan dengan isu melawan “radikalisme Islam”, yang memandang Islam dan Muslim sebagai agama yang mengajarkan intoleransi, ekstremisme, terorisme, dan kekerasan. Mereka yang menganut paham anti terhadap radikalisme Islam sering terjebak pada Islamofobia.
Selama penghinaan, kebencian, penodaan, dan segala bentuk penistaan terhadap Islam, Nabi, dan segala aspek keislaman itu dapat dilakukan melalui jalur hukum yang semestinya, jauhi sikap main hakim sendiri yang bertentangan dengan agama, hukum dan nilai luhur kemanusiaan.
Bersamaan dengan itu penting terus mempromosikan dan manampilkan pandangan serta praktik Islam yang mencerdaskan, mendamaikan, menyatukan, mencerahkan, dan menjadi rahmatan lil ‘alamin.
Para pembaca yang budiman, kita yakin Al-Quran ini adalah Kalamullah. Al-Quran adalah milik Allah. Dan pasti, Allah yang menjaganya dari berbagai upaya untuk merusaknya.
Ketika orang-orang merusaknya dan menjatuhkannya, mari kita menjaganya dan memuliakannya. Perkuat cinta kita kepada al-Quran dengan mempelajarinya, membacanya, memahaminya, mentadaburinya, mengamalkannya dan mendakwahkannya. Mudah-mudahan kita menjadi AShabul Quran yang layak mendapatkan syafaatnya pada hari kiamat, Amien Ya Rabbal Alamien.
Wallahu a'lam bi al-shawwab!
=========
Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar