Oleh Ahmad Wandi
Bulan safar adalah bulan ke 2 dalam islam (kalender hijriah). Dalam bahasa Arab, Safar artinya kosong. Ini berawal dari kebiasaan orang Arab ketika zaman dulu, pada bulan tersebut mereka meninggalkan rumah sehingga menjadi kosong.
Selain itu, terdapat mitos bulan Safar menjadi bulan penuh kesialan. Ada juga yang menyebutkan, Safar diambil dari nama sebuah penyakit dipercaya oleh orang Arab jahiliyah. Penyakit tersebut menyerang perut hingga terasa sakit karena ada ulat besar besar yang bersarang di dalamnya.
Keyakinan bahwa safar bulan sial yang telah ada sejak zaman Jahiliyyah nampaknya belum hilang sampai hari ini, sehingga banyak acara pernikahan, acara bepergian serta aktivitas lainnya digagalkan pada bulan ini. Artinya keyakinan sebagian masyarakat kita tidak jauh berbeda dengan zaman jahiliyah dahulu.
Anggapan sial bulan safar dibantah langsung oleh Rasulullah saw dalam beberapa hadisnya :
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada penyakit menular, tidak ada shafar, dan tidak ada hammah.” (HR. Al Bukhari no. 5717)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ... مَا أَعْدَى الْأَوَّلَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ خَلَقَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ فَكَتَبَ حَيَاتَهَا وَمَوْتَهَا وَمُصِيبَاتِهَا وَرِزْقَهَا
Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada penyakit menular, tidak ada shafar. Allah menciptakan segala sesuatu serta Allah tetapkan jatah usianya, rezekinya, dan musibahnya.” (HR. Ahmad no. 7993, dinilai sahih oleh Al-Albani)
Anggapan sial termasuk thiyarah atau tathayyur, thiyarah adalah dosa besar, karena termasuk syirik, yaitu meyakini ada yang mengatur, mencipta dan berkuasa selain Allah.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan:
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ.
"Thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan." Hadits riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di As Silsilah Ash Shahihah, no: 429.
Asal muasal keyakinan thiyarah yang dilakukan orang Arab Jahiliyyah, dijelaskan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah:
وأصل هذا أنهم كانوا يزجرون الطير والوحش ويثيرونها فما تيامن منها وأخذ ذات اليمين سموه سانحا وما تياسر منها سموه بارحا وما استقبلهم منها فهو الناطح وما جاءهم من خلفهم سموه القعيد فمن العرب من يتشاءم بالبارح ويتبرك بالسانح ومنهم من يرى خلاف ذلك
“Dan asal hal ini adalah mereka menghalau dan menggerakkan burung dan binatang, kapan dia pergi ke kanan dan menuju arah kanan maka mereka menamakannya *As Sanih*, dan kapan pergi ke kiri dan mengambil arah kiri maka mereka menamakannya *Al Barih*, Dan apa yang datang dari depan maka dinamakan *An Natih*, dan apa yang datang dari belakang mereka namakan *Al Qa’id*, maka sebagian orang Arab ada yang pesimis dengan burung Al Barih dan mengambil berkah dengan As Sanih dan diantara mereka ada yang berpendapat sebaliknya.” (Lihat kitab Miftah Dar As Sa’adah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah meniadakan keyakinan thiyarah dan semisalnya;
عن أَبَي هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ. رواه البخاري و مسلم
“Tidak ada penyakit menular, thiyarah dan burung hantu dan shafar (yang dianggap membawa kesialan). Dan larilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa.” (HR. Bukhari, no. 5387 dan Muslim, no 2220).
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Shafar ditafsiri dengan banyak penafsiran: Pertama, bahwa ia adalah bulan shafar yang dikenal dan orang arab pesimis dengannya. Kedua, ia adalah penyakit perut yang menyerang unta. Dan ia berpindah dari satu unta ke unta lainnya. Maka kata sambungnya mengikuti ‘Adwa (penyakit menular). Termasuk dalam bab menyebutkan perkara khusus kepada yang umum.
Ketiga, shafar, bulan shafar maksudnya adalah mengulur-ulur dimana orang kafir tersesat denganya. Mereka mengakhirkan pengharaman bulan muharam ke bulan Shafar, sehingga mereka menghalalkan setahun dan mengharamkan setahun.
Yang paling kuat adalah bahwa maksdunya disini adalah bulan Shafar, dimana orang Jahiliyah pesimis dengannya. Adapun waktu tidak ada pengaruhnya dalam takdir Allah Azza Wajalla. Ia dengan waktu lainnya sama saja, ditakdirkan di dalamnya kebaikan dan keburukan. (Majmu’ Fatawa Syekh Ibnu Utsaimin 2/113).
KEYAKINAN SIALNYA BULAN SAFAR TIDAK BENAR
Semua musibah adalah kekuasaan Allah swt, tidak ada kaitan dengan bulan safar. Sebagaimana dalam firman-Nya:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ [التغابن : 11]
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. At Taghabun: 11.
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
بأمر الله، يعني: عن قدره ومشيئته.
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah” maksudnya adalah dengan perintah Allah yaitu dengan takdir dan kehendak-Nya.”
Kemudian, semua musibah sudah tercatat di lauhul mahfuz. Allah subhanahu wa ta’ala berfiman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. QS. Al Hadid: 22.
Hal ini juga sudah ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضى الله عنهما قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ».
“Abdullah bin ‘Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah telah menulis takdir seluruh makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi 50 ribu tahun”. HR. Muslim.
Bagaimana cara mengobati thiyarah atau anggapan sial? Cara mengobati thiyarah setidaknya ada ada dua cara. Pertama, bertawakal kepada Allah sw. sebagaimana dalam hadis berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضى الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ». ثَلاَثًا « وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ ».
“Abdullah bin Masud radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ath Thiyarah adalah kesyirikan, Ath Thiyarah adalah keyirikan,” beliau ucapkan itu tiga kali, kemudian beliau bersabda: “Dan tidak ada diantara kita melainkan (akan timbul perasaan itu), akan tetapi Allah menghilangkannya dengan bertawakkal (bersandar kepada-Nya).” HR. Abu Daud.
Kemudian yang kedua, berdo’a kepada Allah swt. sebagaimana dalam hadis berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضى الله عنهما قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ قَالَ « أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ».
“Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang dipalingkan dari keperluannya oleh perasaan bernasib sial maka sungguh dia telah berbuat syirik.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa penebus perasaan itu”, beliau menjawab: “Salah seorang dari kalian mengucapakan: “Allahumma laa khaira illa khairuka wa laa thaira illa thairuka wa laa ilaaha ghairuka” (Wahai Allah, tidak ada kebaikan melainkan kebaikan-Mu, tidak ada kesialan kecuali kesialan yang engkau takdirkan dan tidak ada sembahan selain-Mu).” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 1065.)
Pada hakikatnya setiap waktu dan tempat adalah baik dan tidak ada yang buruk. Baik dan buruknya sesuatu, tergantung kita menyikapinya atau memanfaatkannya. Semoga kita semua terhindar dari berbagai penyakit syirik, khurafat dan takhayul, serta diberi keistiqomahan di atas aqidah yang lurus. Amien
_Wallahu a’lam bi al-shawwab_
Lembang, Muharram 1443 H
Ust. Ahmad Wandi, M.Pd, awalofficial.com
=========
Dapatkan update artikel islam setiap harinya dari ahmadwandi.blogspot.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kajian AWAL Official", caranya klik link https://t.me/awalofficialcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar